Tarif Impor CPO Malaysia ke India direkomendasikan Naik 5%

Selasa, 27 Agustus 2019 | 08:12 WIB
Tarif Impor CPO Malaysia ke India direkomendasikan Naik 5%
[ILUSTRASI. Kelapa Sawit]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Kementerian Perdagangan India telah merekomendasikan menaikkan tarif atas impor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Malaysia. 

Kenaikan tarif impor tersebut termuat dalam dokumen temuan awal investigasi safeguard yang diterbitkan Kementerian Perdagangan India (26/08).

Besaran kenaikan tarifnya sebesar 5% yang dikenakan untuk dua produk turun minyak sawit yang menjadi subjek investigasi, yakni refined bleached deodorised (RBD) palmolein dan RBD palm oil.

Dalam dokumen tersebut dinyatakan, kenaikan tarif akan diberlakukan selama 180 hari, atau enam bulan.

Sebelumnya, sejak 1 Januari 2019 bea impor CPO asal Malaysia sudah dipangkas dari 44% menjadi 40%. 

Sedangkan tarif impor produk turunan CPO, yakni RBD palmolein dan RBD palm oil dipangkas dari 54% menjadi 45%.

Baca Juga: Jaga Ekspor CPO, Malaysia Buka Pintu Untuk Produk India

Nah, kesepakatan pemangkasan tarif, merujuk pada dokumen tersebut, telah terbukti merugikan industri lokal di India.

Salah satunya terlihat dari penurunan kapasitas produksi produsen lokal yang sangat signifikan.

Industri pengolahan India hanya mengoperasikan kurang dari sepertiga kapasitas produksinya.

Selain itu, pangsa pasar produsen India turun dari 69% pada 2015-2016 menjadi 61% pada periode April-Juni 2019.

Peluang bagus buat Indonesia

Sebagian besar CPO dan produk turunannya yang diimpor oleh India berasal dari Indonesia dan Malaysia.

Namun seiring pemangkasan tarif, impor dari Malaysia melonjak signifikan.

Data Malaysian Palm Oil Board ( MPOB) menunjukkan, sepanjang Januari 2019-Juli 2019 ekspor minyak sawit Malaysia ke India mencapai sekitar 3,04 juta ton.

Realisasi ekspor tersebut melonjak 99,93% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,52 juta ton.

Di saat bersamaan, ekspor CPO dan produk turunannya yang berasal dari Indonesia ke India, anjlok 17%.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan, pada semester I-2018 ekspor ke India mencapai 2,5 juta ton.

Pada semester I-2019 volumenya anjlok menjadi 2,1 juta ton.

B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors’ Association of India (SEA), berharap Kementerian Keuangan segera mengeluarkan keputusan untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. 

Kenaikan tarif akan menekan impor produk turunan minyak sawit dan menyediakan lapangan bermain untuk Indonesia yang kehilangan bagian di pasar India," kata Mehta kepada Reuters (26/08).

Bagikan

Berita Terbaru

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global
| Rabu, 02 April 2025 | 13:00 WIB

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global

Kontributor pendapatan masih didominasi dari ekspor pihak ketiga senilai US$1,76 miliar, denan ekspor berelasi menyumbang US$ 42,11 juta.

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia
| Rabu, 02 April 2025 | 11:00 WIB

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia

Penggunaan DME di Indonesia pada 2023 masih didominasi untuk kebutuhan aerosol propellant dengan pangsa pasar mencapai 24%.

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump
| Rabu, 02 April 2025 | 10:30 WIB

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump

Produsen mobil termasuk General Motors Co. dan Hyundai Motor Co. melaporkan kenaikan penjualan mobil di Amerika Serikat (AS) 

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok

Permintaan safe haven yang semakin tinggi seiring ketidakpastian ekonomi di tengah tarif Trump membuat harga emas terus menanjak. 

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian

Pihak korban yang diwakili oleh Onny menuntut agar penyelesaian kasus Net89 tetap diselesaikan menggunakan pendekatan restorative justice (RJ).

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)
| Rabu, 02 April 2025 | 08:33 WIB

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)

Harga emas Antam (2 April 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.819.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,04% jika menjual hari ini.

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi
| Rabu, 02 April 2025 | 08:14 WIB

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025, berpotensi berada di bawah angka 5% year on year (yoy)

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya
| Rabu, 02 April 2025 | 08:00 WIB

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya

Pada segmen IPP Hidro dan Energi Terbarukan, di saat pendapatannya melonjak justru rugi bersihnya malah membengkak.

Inilah Saham-Saham Favorit Goldman Sach dan Fil Ltd di bursa IDX30
| Rabu, 02 April 2025 | 07:00 WIB

Inilah Saham-Saham Favorit Goldman Sach dan Fil Ltd di bursa IDX30

Goldman Sach mendekap saham BBCA sebanyak 885,66 juta pada 7 Maret 2025 dengan cost average basis di harga Rp 7.141 per saham.

Bursa Saham AS Lesu Mengawali Kuartal II 2025
| Rabu, 02 April 2025 | 06:00 WIB

Bursa Saham AS Lesu Mengawali Kuartal II 2025

Kekhawatiran kondisi ekonomi AS akibat kebijakan tarif AS yang diumumkan pada Rabu (2/4) membuat pasar kurang bergairah. 

INDEKS BERITA

Terpopuler