Pembangkit di China, India dan AS Menjaga Permintaan Batubara Dunia Tetap Tinggi

Jumat, 17 Desember 2021 | 15:29 WIB
Pembangkit di China, India dan AS Menjaga Permintaan Batubara Dunia Tetap Tinggi
[ILUSTRASI. Bayangan cerobong pembangkit batubara terpantul dari kaca jendela sebuah bangunan di Shanghai, China, 14 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Permintaan global batubara kemungkinan naik ke level tertinggi sepanjang masa, terangkat kenaikan konsumsi di China, India dan Amerika Serikat (AS).

Kenaikan permintaan yang datang dari pembangkit listrik itu, bisa menghambat upaya dunia untuk memangkas emisi gas rumah kaca, demikian pernyataan International Energy Agency (IEA) pada Jumat (17/12).

IEA memproyeksikan pembangkit listrik bertenaga batubara memproduksi listrik hingga 10.350 terawatt-jam pada tahun 2021, atau naik 9% dari tahun sebelumnya. Kenaikan itu didorong oleh pemulihan ekonomi yang cepat, yang "meningkatkan permintaan listrik jauh lebih cepat daripada yang dapat dipertahankan oleh pasokan rendah karbon."

Baca Juga: Perbankan Batasi Pembiayaan untuk Energi Fosil, Begini Pengaruhnya ke Sektor Batubara

Permintaan batubara secara keseluruhan, termasuk permintaan dari industri, seperti semen dan baja, diperkirakan tumbuh 6% tahun ini. Meskipun tidak akan melebihi rekor tingkat konsumsi tahun 2013 dan 2014, permintaan batubara bisa mencapai titik tertingginya yang baru sepanjang masa di tahun depan, kata laporan IEA.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan peningkatan itu merupaka pertanda yang mengkhawatirkan tentang upaya yang bisa dilakukan dunia untuk menurunkan emisi menuju net zero.

China bertanggungjawab atas penggunaan lebih dari setengah pembangkit listrik tenaga batubara di dunia. Produksi pembangkit batubara di negeri itu diperkirakan akan meningkat 9% dalam basis tahunan di 2021, demikian pernyataan IEA. Sedang pembangkit batubara di India diperkirakan tumbuh 12% year-on-year di tahun ini.

Baca Juga: Diguyur Banyak Sentimen, Simak Saham Pilihan di Sektor Tambang Batubara

Pengurangan penggunaan batubara merupakan topik yang mengundang perdebatan dalam pembicaraan iklim di Glasgow, bulan lalu. Negara-negara akhirnya setuju untuk menggunakan narasi "mengurangi secara bertahap" konsumsi batubara sebagai bagian dari upaya menjaga kenaikan suhu global sedekat mungkin dengan 1,5 derajat Celcius.

China telah berjanji untuk mulai mengurangi konsumsi batubara, tetapi akan melakukannya hanya setelah tahun 2025. Komitmen itu memberi keleluasaan bagi perusahaan pembangkit untuk meningkatkan kapasitas produksi listriknya dalam empat tahun mendatang.

Mengutip laporan yang diterbitkan minggu ini oleh para peneliti dari China's State Grid Corporation, kekhawatiran keamanan energi berarti negara tersebut kemungkinan akan membangun sebanyak 150 gigawatt (GW) kapasitas listrik tenaga batubara baru selama periode 2021-2025. Proyek baru itu menjadikan total kapasitas pembangkit batubara di China menjadi 1.230 GW.

Bagikan

Berita Terbaru

Menakar Untung & Buntung Tawaran Indonesia Untuk Mengimpor Migas Lebih Banyak dari AS
| Selasa, 13 Mei 2025 | 13:03 WIB

Menakar Untung & Buntung Tawaran Indonesia Untuk Mengimpor Migas Lebih Banyak dari AS

Beban yang ditanggung APBN berpotensi makin membengkak jika Indonesia mengimpor migas lebih banyak dari Amerika Serikat.

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton
| Selasa, 13 Mei 2025 | 12:18 WIB

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton

Adapun pasokan cadagan beras pemerintah yang sudah dikuasai oleh Bulog hingga 9 Mei 2025 sudah tembus 3,6 juta ton. 

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:40 WIB

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)

Kontribusi terbesar terhadap penjualan datang dari segmen manufaktur dan retail, yang bersama-sama menyumbang 97% terhadap total penjualan.

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:38 WIB

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (13 Mei 2025) 1 gram Rp 1.884.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  29,93% jika menjual hari ini.

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:15 WIB

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025

ALII memproyeksikan profitabilitas dan volume jasa ALII pada tahun ini bisa meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan  tahun 2024.

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:57 WIB

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande

Sejak 1 Juni 2024 pendaftaran produk yang mengandung omethoate, carbosulfan, dan Methomyl di China ditangguhkan dan produksinya dilarang.

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:23 WIB

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT

Rata-rata margin laba bersih tahun 2025-2029 diprediksi meningkat sebesar 22,10% dibanding posisi per akhir tahun 2024.

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:03 WIB

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut

Belum ada sentimen negatif, harga bitcoin diprediksi masih akan bertahan di kisaran US$ 102.000 hingga US$ 108.000 per btc.

Catur dan Support System
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Catur dan Support System

Pendanaan masih menjadi persoalan klasik di program pembinaan olahraga seperti catur yang merupakan olahraga sejuta umat.

Tarif, Konsumsi dan Sustainability
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Tarif, Konsumsi dan Sustainability

Esensi dari keberlanjutan atau sustainability sebenarnya sederhana yakni mengurangi yang tidak perlu.

INDEKS BERITA

Terpopuler