KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pengembangan pabrik etanol PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) masih tertunda. Pembangunan pabrik yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas 50 juta liter per tahun itu masih menunggu kepastian regulasi.
Direktur Utama PT Madusari Murni Indah Tbk, Arief Goenadibrata, mengharapkan pada tahun ini regulasi terkait bioetanol dan ketahanan pangan dapat terealisasi dan membawa efek positif bagi perusahaan. Sebab, melalui regulasi tersebut, manajemen MOLI menilai permintaan etanol beserta turunannya bakal meningkat.
Madusari Murni mengakui rencana pembangunan pabrik masih digodok, termasuk perihal kemungkinan perusahaan itu untuk bermitra. "Ada beberapa alternatif (untuk bermitra), dari luar negeri maupun lokal. Yang lokal bisa untuk supporting equipment pabrikan," kata Arief kepada KONTAN, Minggu (5/5).
Namun manajemen MOLI belum bisa membeberkan secara mendetail skema kerjasama pengembangan pabrik baru tersebut. Saat ini Madusari Murni memiliki pabrik dengan kapasitas 80 juta liter per tahun yang utilitasnya sudah mencapai 100%.
Adapun MOLI masih terus memperkuat pasar yang sudah mereka kuasai. Sejauh ini penjualan masih didominasi pasar lokal sebanyak 60% dan sisanya ekspor sekitar 40%. Salah satu pelanggan besar MOLI adalah perusahaan beverage asal Filipina bernama Tanduay Distiller Inc, yang sepanjang tiga bulan pertama di tahun ini menyumbang senilai Rp 94 miliar bagi pendapatan MOLI. Jumlah itu naik 9,3% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 86 miliar.
Penjualan produk etanol menjadi tulang punggung bisnis MOLI, yakni 92% atau sekitar Rp 260 miliar di kuartal I-2019. Angka itu naik 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara produk karbon dioksida yang biasanya dipakai minuman bersoda dan pengawetan ikan terbilang stagnan, yakni Rp 13 miliar atau setara kuartal I-2018.
Secara umum, pendapatan MOLI pada kuartal pertama tahun ini Rp 283,52 miliar, naik 2,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 277 miliar. Sedangkan laba bersihnya menurun tipis 0,72% year on year (yoy) menjadi Rp 26,10 miliar.