Pemerintah Berniat Manfaatkan Sentimen Positif dari Perbaikan Peringkat

Kamis, 13 Juni 2019 | 08:57 WIB
Pemerintah Berniat Manfaatkan Sentimen Positif dari Perbaikan Peringkat
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif menyelimuti surat utang pemerintah Indonesia, setelah Standard and Poor's Global Ratings (S&P) menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia. Perbaikan peringkat oleh dari BBB- menjadi BBB itu, membuka celah bagi pemerintah untuk menarik pendanaan dengan biaya lebih ringan.

Perbaikan peringat utang ini membuat imbal hasil alias yield surat utang negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun mulai menurun. Rabu (12/6) kemarin, tingkat imbal hasil turun ke level 7,69% dari posisi 29 Mei lalu di level 8,01%.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Luky Alfirman mengatakan, sentimen positif dari kenaikan rating utang Indonesia sudah tampak sejak akhir pekan lalu.

Ia berharap, sentimen positif ini bisa mengurangi beban pembayaran bunga utang pemerintah. "Pasti akan berpengaruh perhitungan terhadap beban biaya bunga utangnya. Pokoknya sentimen rating S&P sangat positif saat ini, dan kami manfaatkan momentum itu," kata Luky, Selasa (11/6) lalu.

Hingga akhir April lalu, pembayaran bunga utang pemerintah telah mencapai Rp 82,6 triliun atau tumbuh 3,08% year on year. Pembayaran bunga utang itu telah memenuhi 29,94% dari target dalam APBN 2019.

Meski demikian, Luky masih belum bisa memperkirakan, seberapa besar penghematan anggaran yang bisa dilakukan dari menurunnya yield dan beban bunga utang pemerintah. Sebab, ia masih perlu melihat dinamika pasar obligasi domestik hingga akhir tahun.

Apalagi, banyak faktor yang memengaruhi pergerakan yield SUN. Terutama soal ketidakpastian dan volatilitas yang sangat tinggi yang terjadi pada perekonomian dunia saat ini.

 Beban masih berat

Meski peringkat membaik, yield obligasi pemerintah Indonesia tergolong tinggi dibanding negara yang setara. India, yang memiliki peringkat BBB- level yield obligasi tenor 10 tahun hanya 7%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai, tren penurunan yield memang akan berpengaruh terhadap beban bunga utang ke depan. Namun, besarnya penghematan juga bergantung seberapa besar utang baru yang diambil pemerintah.

Apalagi, ada potensi pelebaran defisit anggaran tahun ini. "Kalau volume naik, beban bunga tetap," katanya.

Bagikan

Berita Terbaru

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 07:30 WIB

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025

AMRT menyebut adanya penutupan gerai di tahun ini merupakan bagian dari srategi eksansi di tahun depan.

INDEKS BERITA

Terpopuler