KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kita baru saja melewati hari penting terbentuknya Indonesia. Yakni Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928; ketika para pemuda dari berbagai suku bangsa Nusantara bersumpah mewujudkan cita-cita membentuk satu bangsa Indonesia.
Peran pemuda memang sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Boleh jadi Indonesia gagal merdeka pada 17 Agustus 1945 bila tanpa aksi pemuda yang revolusioner dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Tapi setelah itu para pemuda sepertinya berada di bawah bayang-bayang orang tua. Baik di dunia bisnis maupun politik nasional.
Baru belakangan ini, kepemimpinan pemuda terasa menonjol. Di dunia politik, kian banyak pemuda yang menduduki jabatan kepala daerah. Walaupun kerap dituding sebagai politik dinasti, banyak di antara mereka yang punya karakter kepemimpinan yang cakap dan menorehkan kinerja yang bagus.
Di dunia bisnis, kepemimpinan pemuda lebih menonjol lagi. Apalagi di era digital ini, banyak pemuda sukses memimpin perusahaan, bahkan membesarkan bisnis startupnya menjadi unicorn, hingga decacorn.
Presiden Jokowi, saat memperingati Hari Sumpah Pemuda, juga menekankan pentingnya peran pemuda dalam kursi kepemimpinan. Saat dunia tengah mengalami disrupsi, waktunya kaum muda menjadi pemimpin untuk memenangkan kompetisi, dan harus siap berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Kepemimpinan pemuda juga sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaannya. Bayangkan bila yang berkompetisi dalam kontes Pemilu 2024 nanti hanya para tokoh itu-itu saja yang muncul dalam setiap jajak pendapat, kondisi politik akan terus memanas.
Setiap hari selalu diisi dengan perang urat saraf antara cebong vs kampret, buzzerrp vs kadrun, dan seterusnya.
Bila para pemuda yang relatif bersih dari perseteruan tersebut muncul dalam kontestasi pemilu serentak 2024, maka kondisi yang sangat tidak produktif dan hanya menambah potensi keterbelahan bangsa ini diharapkan bisa berakhir pula.
Peluangnya terbuka, lantaran level playing field jadi lebih setara. Para gubernur yang kini unggul di berbagai survei sudah tak menjabat lagi pada 2022 dan 2023. Para menteri pun harus mengundurkan diri bila berniat maju di pemilihan presiden.
Sehingga, ada waktu untuk menunjukkan kinerja dan sumbangsihnya bagi kemajuan masyarakat –sebagai modal kontes di ajang pemilihan pemimpin nasional 2024.