Penerbitan Green Bond di Indonesia Masih Minim

Kamis, 07 Februari 2019 | 06:14 WIB
Penerbitan Green Bond di Indonesia Masih Minim
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi berwawasan lingkungan (green bond) masih tergolong minim di Indonesia. Padahal, instrumen ini memiliki potensi pasar yang cukup besar di Tanah Air.

Sebagai informasi, pemerintah terbilang getol menerbitkan instrumen ini. Baru-baru ini, pemerintah dikabarkan akan merilis green sukuk di pasar global dengan peringkat BBB dari Fitch Rating. Pemerintah saat ini tengah menjalani roadshow ke sejumlah negara mencari investor.

Tahun lalu, pemerintah mengklaim sukses menjaring investor dari penerbitan obligasi syariah (sukuk) hijau senilai US$ 1,25 miliar pada Maret 2018. Ketika itu, pemerintah merilis dua seri sekaligus.

Pertama, sukuk bertenor lima tahun dengan imbalan 3,75%. Kedua, sukuk bertenor 10 tahun dengan imbalan 4,4%. Keduanya didaftarkan di Bursa Saham Singapura dan Nasdaq Dubai.

PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menyusul menerbitkan green bond dengan nilai Rp 500 miliar pada Juli 2018 untuk membiayai proyek infrastruktur ramah lingkungan. Dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT SMI menerbitkan dua seri. Kupon 7,55% untuk obligasi bertenor tiga tahun, dan kupon 7,8% untuk tenor lima tahun.

Yang terbaru, Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan menerbitkan obligasi hijau. Nilainya sekitar US$ 500 juta, sebagai bagian dari penerbitan obligasi global BRI yang mencapai Rp 20 triliun.

Analis Obligasi Bank Negara Indonesia Ariawan menyampaikan, green bond sebenarnya sudah ada sejak 2007 ketika European Investment Bank menerbitkan green bond atau climate awareness bond senilai 1 miliar. Namun, baru lima tahun terakhir tren penerbitan green bond marak, seiring meningkatnya kesadaran investor global mengalokasikan sebagian portofolionya untuk instrumen berwawasan lingkungan.

Sayangnya, sebagian investor di Indonesia belum akrab dengan green bond. Di samping itu, sebagian besar perusahaan di Indonesia lebih terbiasa menerbitkan obligasi konvensional. "Tidak sembarang perusahaan bisa merilis green bond karena harus ada pertanggungjawaban bahwa hasil dana penerbitannya benar-benar ditujukan untuk proyek-proyek berwawasan lingkungan," kata Ariawan, Rabu (6/2).

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menambahkan, minimnya jumlah green bond yang beredar di Indonesia juga disebabkan sebagian besar investor domestik masih berorientasi pada imbal hasil. "Karena green bond tergolong baru di Indonesia, investor juga masih khawatir dengan risiko likuiditas ketika berinvestasi pada produk tersebut," sambung Desmon.

Tetapi, dari sisi investasi, green bond sama menariknya dengan obligasi korporasi pada umumnya. Jika suatu obligasi korporasi konvensional menawarkan kupon 8% untuk tenor 5 tahun, green bond dengan tenor serupa berpeluang menawarkan kupon di level yang sama. "Struktur green bond dengan obligasi konvensional sebenarnya sama, hanya tujuan penggunaan dananya saja yang berbeda," kata Desmon.

Ariawan menilai, penerbitan green bond berpotensi lebih ramai di tahun ini. Sikap The Federal Reserve berhati-hati menerapkan kebijakan kenaikan suku bunga AS membantu pasar obligasi lebih kondusif.

Bagikan

Berita Terbaru

Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?
| Sabtu, 15 November 2025 | 16:54 WIB

Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kini memimpin volume transaksi BEI, menggeser GOTO. Pahami penyebab lonjakan harga saham BUMI yang fantastis.

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto
| Sabtu, 15 November 2025 | 08:16 WIB

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto

Pengelola bursa kripto di Indonesia, PT Central Finansial X (CFX), bakal kedatangan pesaing tangguh.

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:46 WIB

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem

Redenominasi bukan sekadar menghapus nol di atas kertas, melainkan membangun kepercayaan baru terhadap nilai ekonomi Indonesia.

Keadilan Iklim COP30
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:31 WIB

Keadilan Iklim COP30

COP 30 harus kembali ke akarnya, memastikan rakyat yang paling terdampak mendapatkan perlindungan utama.

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:26 WIB

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut

BI mewaspadai pergerakan inflasi kelompok pangan alias volatile food yang mulai meningkat beberapa waktu terakhir.

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:15 WIB

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing

Mengupas strategi berinvestasi Natanael Yuyun Suryadi, Direktur PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SPID) 

 Membentuk Ulang Industri Lelang
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:06 WIB

Membentuk Ulang Industri Lelang

Menyusuri perjalanan karier Deny Gunawan hingga menjabat Chief Operating Officer (COO) PT JBA Indonesia

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG

Mengupas profil dan strategi bisnis baru PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) di sektor susu sapi perah dan turunannya

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara

Industri baja dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan berkeahlian tinggi.

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas
| Sabtu, 15 November 2025 | 06:56 WIB

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas

Total nilai impor pakai bekas itu sebesar Rp 112,35 miliar atau setara 19.391 balpres yang dimusnahkan.

INDEKS BERITA

Terpopuler