KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Juni 2017 silam, transaksi saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dalam jumlah besar jarang sekali terjadi.
Namun belum lama ini, pemegang saham pengendali HRTA, yakni PT Terang Anugrah Abadi mengurangi kepemilikan di emiten perhiasan emas tersebut.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 20 November 2019 memperlihatkan, kepemilikan PT Terang Anugrah Abadi di HRTA berkurang 100 juta saham dibanding posisi hari sebelumnya.
Transaksi tersebut membuat porsi kepemilikan PT Terang Anugrah Abadi di HRTA berkurang dari 73,01% sehari sebelumnya menjadi 70,84%.
Baca Juga: Jual Beli Emas Online Kian Marak
Hanya saja, pada tanggal tersebut data transaksi harian HRTA tidak menunjukkan adanya transaksi besar.
Pada hari itu tidak ada catatan transaksi di pasar negosiasi.
Sementara di pasar reguler, jumlah saham yang diperdagangkan pada 20 November 2019 hanya 157.600 saham senilai Rp 44,4 juta.
Harga rata-ratanya adalah Rp 282 per saham.
Jika menggunakan acuan harga rata-rata ini, maka estimasi nilai transaksi 100 juta saham HRTA tersebut mencapai Rp 28,2 miliar.
Penerbitan oblligasi
Transaksi yang dilakoni PT Terang Anugrah Abadi berlangsung di tengah proses penerbitan obligasi Hartadinata Abadi.
Pada Selasa (19/11) Hartadinata Abadi merilis prospektus penerbitan obligasi dengan target pendanaan Rp 600 miliar.
HRTA akan menggunakan dana tersebut untuk sejumlah kepentingan.
Pertama, membayar sebagai utang pokok yang diperoleh dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Ro 142,5 miliar.
Kedua, menyuntikkan modal kerja bagi anak perusahaan, yaitu PT Gadai Cahaya Dana Abadi dalam bentuk pinjaman sebesar Rp 120 miliar.
Baca Juga: Catat, ini rencana penerbitan obligasi total Rp 18,23 triliun dari 13 emiten
Ketiga, meningkatkan utilisasi pabrik perseroan, dalam bentuk pembelian bahan baku, biaya sumber daya manusia, biaya overhead pabrik serta biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha.
Masa penawaran awal obligasi tersebut berlangsung sejak 20 November 2019 hingga 26 November 2019.
Sementara penawaran umum diperkirakan pada 4-5 Desember 2019 dan penjatahan pada 6 Desember 2019.
Obligasi yang bisa dibeli dengan modal minimal Rp 5 juta, itu akan dicatatkan di BEI pada 11 Desember 2019.