Perang Dagang Bikin Yield SUN Naik

Rabu, 07 Agustus 2019 | 08:00 WIB
Perang Dagang Bikin Yield SUN Naik
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali memasuki tekanan. Yield surat utang negara (SUN) kembali naik beberapa hari terakhir.

Yield SUN seri acuan 10, misalnya, pada Selasa lalu (6/8) berada di level 7,62%. Padahal, pada 26 Juli lalu masih berada di level 7,18%.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, tren kenaikan yield SUN merupakan imbas pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS. Mata uang Garuda terpukul eskalasi perang dagang antara AS dan China, terutama pada awal Agustus.

Baca Juga: Penawaran masuk lelang sukuk negara hari ini mencapai Rp 18,05 triliun 

Apa lagi, kini perang dagang antara kedua negara tersebut meluas menjadi perang mata uang. Sedikit kilas balik, pertengahan pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberi tambahan tarif 10% pada US$ 300 miliar produk impor China mulai 1 September mendatang. Tensi perang dagang semakin panas karena Trump sempat menuduh China sebagai manipulator mata uang.

Menanggapi AS, pemerintah China lantas sengaja melemahkan mata uang yuan, agar nilai produk-produk ekspornya tetap kompetitif di pasar.

Tercatat, kemarin, mata uang yuan menyentuh level CNY 7,03 per dollar AS. Ini merupakan level terendah dalam satu dekade terakhir.

Buntutnya, kurs rupiah kembali melemah 0,15% ke Rp 14.277 per dollar AS. Dalam lima tahun terakhir, rupiah sangat terpengaruh oleh pergerakan dollar AS dan yuan, kata Eric, Selasa (6/8).

Defisit neraca

Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, bukan tidak mungkin kenaikan yield SUN berlanjut jika kurs rupiah tidak segera stabil. Dia mengingatkan, perang dagang tak hanya melibatkan AS dan China, tapi juga Jepang dan Korea Selatan. Sayangnya China, Jepang dan AS adalah tiga negara teratas tujuan ekspor Indonesia, ujarnya.

Pada saat yang sama, kinerja ekspor Indonesia belum memuaskan. Kita masih kesulitan menemukan pasar baru di tengah berkecamuknya perang dagang. Alhasil, neraca dagang Indonesia pun rentan defisit. Begitu pula dengan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang kembali terancam melebar.

Baca Juga: Wow, Kepemilikan Investor Asing di Surat Berharga Negara (SBN) Mencapai Rekor 

Padahal, kedua data tadi sangat krusial bagi fundamental rupiah. Ujungnya, data tersebut mempengaruhi kondisi pasar obligasi domestik.

Belum cukup, depresiasi rupiah juga bisa mendorong asing melakukan aksi jual, seiring meningkatnya risiko perbedaan nilai tukar. Jika demikian, tekanan di pasar obligasi Indonesia makin besar. Apalagi kini nilai kepemilikan asing telah berada di atas Rp 1.000 triliun.

Sementara itu, menurut analisa Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, tren kenaikan yield SUN masih berpotensi terjadi, paling tidak hingga akhir Agustus nanti. Yield SUN mungkin baru bisa turun ketika memasuki September-Oktober. Saat itu, ada kemungkinan The Fed kembali memangkas suku bunga acuan AS.

Eric menilai, jika rupiah kembali menguat secara berkelanjutan, ada potensi yield SUN 10 tahun turun dan mendekati level 6% seperti di pertengahan bulan lalu.

Ia menambahkan, para investor bisa memanfaatkan tren kenaikan yield SUN untuk mendapatkan spread yang lebar dengan yield US Treasury dengan tenor 10 tahun, sekitar 580 bps. Sementara real interest rate Indonesia masih menarik, dengan inflasi di kisaran 3,5%.

Bagikan

Berita Terbaru

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:30 WIB

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan transaksi pemberian pinjaman ke anak usaha terkendali yakni PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).​

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:14 WIB

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO

Pengendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sight Investment Company Pte Ltd selaku menambah porsi kepemilikan sahamnya di SILO. 

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:10 WIB

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI

Sucor Sekuritas akan membawa tiga perusahaan jumbo untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2026.

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:04 WIB

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu

Salah satu emiten ritel yang diproyeksi bakal kecipratan rezeki dari momen Natal dan tahun baru 2025 adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:58 WIB

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026

Emiten pertambangan anggota holding MIND ID membidik pertumbuhan kinerja keuangan dan produksi pada 2026​.

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

INDEKS BERITA

Terpopuler