Perdagangan Saham Evergrande Ditangguhkan, Menunggu Keterbukaan Informasi

Senin, 03 Januari 2022 | 13:57 WIB
Perdagangan Saham Evergrande Ditangguhkan, Menunggu Keterbukaan Informasi
[ILUSTRASI. Kantor pusat Evergrande Group di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, 26 September 2021. REUTERS/Aly Song/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONGKONG. Evergrande Group mengumumkan penangguhan perdagangan sahamnya di bursa Hong Kong hingga perusahaan itu menerbitkan keterbukaan informasi. Pengembang properti asal China itu tidak merinci apa jenis informasi yang harus dipublikasikannya. 

Dengan menanggung kewajiban lebih dari US$ 300 miliar, atau setara Rp 4.277,8 triliun, Evergrande merupakan pengembang dengan utang terbesar di dunia. Dari total kewajibannya itu, senilai $20 miliar (Rp 285,19 triliun) berbentuk obligasi di pasar global, yang sudah mendapat peringkat macet, bulan lalu, setelah kegagalannya melakukan pelunasan.

Pengembang properti itu kembali melewatkan pembayaran kupon senilai US$ 255 juta (Rp 3,6 triliun lebih) yang jatuh tempo pada Selasa lalu. Kedua kupon itu memang memiliki masa tenggang pembayaran hingga 30 hari.

Baca Juga: Evergrande Batalkan Rencana Pembayaran Akhir Tahun Kepada Investor Wealth Management

Perusahaan telah membentuk komite manajemen risiko, yang banyak anggotanya merupakan wakil dari perusahaan milik negara. Evergrande juga mengatakan akan secara aktif berkomunikasi dengan krediturnya.

Media lokal pada akhir pekan lalu melaporkan instruksi dari pemerintah kota di pulau resor Hainan China ke Evergrande pada 30 Desember untuk menghancurkan 39 bangunan tempat tinggalnya dalam waktu 10 hari. Alasannya, konstruksi dari bangunan tersebut melanggar hukum.

Mengutip pemberitahuan dari pemerintah Hainan ke unit Evergrande di daerah itu, bangunan-bangunan tersebut memiliki luas lebih dari 435.000 meter persegi.

Evergrande tidak menanggapi permintaan komentar tentang perkembangan Hainan.

Pada hari Jumat, Evergrande menarik kembali rencana untuk melunasi para pembeli produk wealth management yang diterbitkannya. Evergrande mengatakan setiap investor produk manajemen kekayaannya akan menerima 8.000 yuan (Rp 17,9 juta), atau setara per bulan sebagai pembayaran pokok selama tiga bulan, terlepas dari kapan investasinya jatuh tempo.

Langkah ini mencerminkan tekanan likuiditas yang semakin dalam di pengembang properti.

"Pasar mengamati kemajuan pelepasan aset dari Evergrande untuk membayar utangnya, tetapi prosesnya akan memakan waktu," kata Conita Hung, direktur strategi investasi di Tiger Faith Asset Management.

Baca Juga: Tahun Depan Regulator China Akan Reformasi Semua Pasar Modalnya, Ubah Sistem IPO

"Dan perintah pembongkaran di Hainan akan melukai sedikit kepercayaan pembeli rumah yang tetap ada di perusahaan."

Evergrande mengatakan pekan lalu 91,7% dari proyek nasionalnya telah melanjutkan konstruksi setelah mangkrak selama tiga bulan. Penghentian sebagian besar proyek itu terkait dengan kegagalan pengembang itu melunasi tagihan dari pemasok dan kontraktor.

Saham Evergrande rontok hingga 89% sepanjang tahun lalu, dengan ditutup senilai HK$1,59 pada Jumat (31/12).

Unit EV-nya China Evergrande New Energy Vehicle Group membalikkan kerugian awal menjadi naik 14% pada perdagangan sore hari Senin. Sementara unit manajemen properti Evergrande Services juga berbalik dari zona merah menjadi naik 1%.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA