KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valas Asia diperkirakan berpotensi berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan depan. Kendati begitu, volatilitas pada pergerakan mata uang Asia masih akan tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, hanya yen Jepang (JPY) yang menguat terhadap dolar AS sebesar 0,36% secara harian ke level 143,68 pada Jumat (30/5).
Selain JPY, valas di Asia kompak melemah. bath Thailand (THB) menjadi valas Asia paling terpuruk dengan koreksi 0,78% ke 32,831. Kemudian won Korea (KRW) di posisi kedua dengan penurunan 0,69% ke level 1.380,71. Sementara rupiah (IDR) turun 0,12 ke 16.327.
Baca Juga: Penurunan BI Rate Dinilai Akan Memperluas Ruang Likuiditas Valas Perbankan
Indeks dolar (DXY) memang menguat 0,13% ke 99,41 pada Jumat (30/5) dibanding sehari sebelumnya. Sehingga mengakumulasi penguatan 0,29% dalam sepekan.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menuturkan, penguatan dolar AS didorong oleh harapan kesepakatan tarif. Donald Trump menunda kembali ancaman tarif 50% ke Eropa dan juga harapan pada pembicaraan tarif AS-China.
Lalu, pada Kamis kemarin pengadilan AS memblokir tarif Trump yang menyebabkan dolar AS menguat. Kemudian Trump banding dan pengadilan tinggi mengabulkan keinginan Trump untuk menunda keputusan pengadilan yang memblokir tarif Trump. Hal itu dinilai akan memberikan dorongan ke bawah terhadap dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan pekan depan fokus investor akan mengarah pada testimoni The Federal Reserve. Sebab, akan ada rilis inflasi AS yang diperkirakan akan sedikit menurun. Ibrahim menilai, di jangka panjang, JPY, yuan China (CNY), dan dolar Singapura (SGD) masih menarik untuk dicermati.