Perkuat Bisnis, Bank Besar Akan Menyuntik Modal Anak Usaha

Rabu, 12 Juni 2019 | 11:04 WIB
 Perkuat Bisnis, Bank Besar Akan Menyuntik Modal Anak Usaha
[]
Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah anak usaha milik bank besar bakal mendapat injeksi modal guna memperkuat cakupan bisnis. Salah satunya, BCA Syariah yang bakal mendapatkan suntikan dari induk, Bank Central Asia (BCA) pada kuartal II-2019.

Setelah melakukan proses akuisisi Bank Royal Indonesia, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, perseroan ini belum berencana menambah modal anak usaha lain. "Hanya BCA Syariah tahun ini. Mungkin di kuartal II atau di kuartal III paling lama," katanya, Senin (10/6).

Secara terpisah, Direktur Utama BCA Syariah John Kosasih mengamini hal tersebut. Menurutnya, dana penambahan modal salah satunya untuk ekspansi jaringan BCA Syariah di Nanggroe Aceh Darussalam.

"Ekspansi pembiayaan juga kami lakukan, sehingga membutuhkan modal dan untuk mendukung ekspansi strategis lain," terangnya kepada KONTAN, Selasa (11/6).

Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BCA Syariah memang sempat mengalami penurunan, dari 27,73% per Maret 2018 menjadi 25,68% di Maret 2019. Tahun 2019, BCA Syariah menargetkan aset, kredit maupun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh di rentang 10%–15% secara yoy

Sementara itu, Wakil Direktur Utama Bank BNI Herry Sidharta menyebutkan, pihaknya berniat menambah modal anak usaha BNI Sekuritas di semester II-2019 ini. Injeksi tersebut rencananya rampung pada bulan Juni 2019 dan saat ini tengah dalam proses perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Anak usaha Bank BNI, yakni PT Bank BNI Syariah juga memasukkan opsi suntikan modal. Tujuannya mengejar naik ke bank BUKU III dengan modal inti minimal Rp 5 triliun tahun ini.

Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan, selain opsi penambahan modal pihaknya juga memiliki cadangan strategis berupa inbreng aset tetap alias penyertaan modal berupa aset tetap. "Tentu opsi penambahan modal tersebut tetap harus melalui persetujuan dari pemegang saham pengendali yaitu BNI," katanya.

BNI Syariah memang memerlukan modal sedikitnya Rp 730 miliar untuk dapat naik kelas menjadi BUKU III. Pada kuartal I-2019, BNI Syariah berhasil mencetak pertumbuhan laba signifikan sebeesar 42,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 135 miliar. Dengan laba ditahan, total modal inti perseroan saat ini berada di kisaran Rp 4,27 triliun.

Tahun ini, BNI Syariah memperkirakan laba bersih akan tumbuh moderat di kisaran 35%. Memakai asumsi tersebut, maka modal inti perseroan diproyeksi naik menjadi Rp 4,8 triliun pada akhir tahun.

Di sisi lain, Bank BRI Agroniaga akan melangsungkan proses rights issue di semester II 2019 dengan target perolehan dana mencapai Rp 700 miliar. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto menjelaskan, dana yang berhasil diserap tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis, terutama pengembangan infrastruktur teknologi informasi (TI) memuluskan rencana naik kelas ke BUKU III.

"Rights issue melalui PUT (Penawaran Umum Terbatas) sedang dimintakan persetujuan ke pemilik saham mayoritas, dan rencananya akan diputus di RUPS-LB akhir Juni ini," jelas Agus.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan
| Kamis, 18 September 2025 | 08:38 WIB

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan

Pertumbuhan kredit Bank BRI (BBRI) diproyeksikan lebih bertumpu ke segmen konsumer dan korporasi, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan. 

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun
| Kamis, 18 September 2025 | 07:15 WIB

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun

JITEX 2025 diikuti  335 eksibitor dan 258 buyer. Tahun ini kami menghadirkan buyer internasional dari sembilan negara dan lebih banyak investor

 Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi
| Kamis, 18 September 2025 | 07:12 WIB

Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi

Kapasitas produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhan food tray program MBG. sehingga tidak perlu impor

Progres Proyek LRT  Fase 1B Capai 69,88%
| Kamis, 18 September 2025 | 07:00 WIB

Progres Proyek LRT Fase 1B Capai 69,88%

Pada Zona 1, yakni Jl. Pemuda Rawamangun dan Jl. Pramuka Raya, progres pembangunan telah mencapai 69,06%

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu
| Kamis, 18 September 2025 | 06:58 WIB

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu

CTRA berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan pertumbuhan, margin, dan mendorong nilai jangka panjang

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru
| Kamis, 18 September 2025 | 06:57 WIB

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru

BSDE mengantongi marketing sales ruko Rp 1,26 triliun atau berkontribusi sekitar 25% dari total pra-penjualan di semester I-2025

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut
| Kamis, 18 September 2025 | 06:55 WIB

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut

Penurunan suku bunga Federal Reserve biasanya turut menyebabkan dolar AS melemah dalam jangka pendek

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang
| Kamis, 18 September 2025 | 06:52 WIB

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang

Ekspor konsentrat tembaga telah dilarang sejak 1 Januari 2025 berdasarkan Permendag Nomor 22 Tahun 2023 junto Permendag Nomor 20 Tahun 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler