KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa lalu (7/8), terbilang mengejutkan. Hitungan BPS, ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% di kuartal tersebut. Lebih tinggi dari kuartal I 2025 yang tumbuh 4,87%.
Mengejutkan, karena angka ini melewati perkiraan banyak ekonom yang umumnya memprediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 4,8%. Tidak ada ekonom yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
Tak ayal, data realisasi pertumbuhan ekonomi versi BPS tersebut mengundang pertanyaan. Apalagi, konsumsi rumah tangga sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi tumbuhnya tidak beda jauh dari kuartal I 2025 akibat daya beli yang masih lemah.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga cenderung flat alias mendatar yakni sebesar 4,97% di kuartal II 2025 dibandingkan 4,95% di kuartal sebelumnya. Kita tahu, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kuartal II 2025 lalu, konsumsi rumah tangga menyumbang sampai 54,25% pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaannya, dengan konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh datar tersebut, kok bisa ekonomi tumbuh sampai 5,12% di kuartal II 2025?
Hal lain yang mengundang pertanyaan ekonom adalah soal pertumbuhan investasi yang melonjak ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Versi BPS, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 6,99% di kuartal II 2025. Pertumbuhan investasi itu jauh lebih tinggi dari kuartal I 2025 yang cuma naik 2,12%.
PMTB sendiri menjadi kontributor terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga dengan sumbangan 27,83% ke pertumbuhan ekonomi. Lompatan pertumbuhan investasi ini ditambah lonjakan ekspor yang membuat angka pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini terkerek.
Namun, mengingat selisih yang mencolok dengan proyeksi banyak ekonom, sepertinya, BPS perlu memberi penjelasan lebih rinci, terang dan meyakinkan soal data yang menjadi dasar hitungan pertumbuhan ekonomi ini. Penjelasan yang transparan penting untuk menepis keraguan soal data pertumbuhan ekonomi yang disuguhkan BPS. Ini penting demi menjaga kepercayaan publik dan pasar.
Sebab, bagaimanapun data BPS menjadi rujukan utama pasar dan juga kebijakan ekonomi.