KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tekstil masih optimistis melihat prospek tahun ini. Mereka melihat, pertumbuhan kinerja hingga akhir tahun nanti lebih banyak didorong oleh membaiknya permintaan.
Ambil contoh, PT Pan Brothers Tbk (PBRX). Perusahaan ini menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 15%, lebih tinggi dibanding realisasi pendapatan tahun lalu.
PBRX memprediksi permintaan dari luar negeri akan naik. Peritel fesyen di luar negeri akan mulai menjajakan fesyen musim dingin. "Pendapatan mulai April hingga akhir September biasanya meningkat," ujar Head of Corporate Secretary PBRX Iswar Deni pada KONTAN belum lama ini.
Sebesar 95% pendapatan PBRX berasal dari penjualan ekspor. PBRX mengekspor garmen untuk sejumlah merek terkenal, seperti Uniqlo dan Adidas.
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menargetkan pendapatan tahun ini tumbuh antara 10% hingga 12%. Target ini memang lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun lalu.
"Itu karena tahun lalu SRIL melakukan akuisisi dua perusahaan," ujar Corporate Communication SRIL Joy Citra Dewi. Sehingga, kinerja tahun lalu melonjak karena mulai terkonsolidasinya kinerja keuangan dua perusahaan tersebut.
Untuk mencapai target tahun ini, SRIL bakal memperdalam pasar Amerika Serikat (AS) dan Asia. Diharapkan porsi ekspor terhadap pendapatan SRIL bisa meningkat jadi 62%–65%.
Daya beli
Tirta Heru, Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) menargetkan, penjualan bisa tumbuh 20% tahun ini. RICY bakal berkonsentrasi khusus di pasar domestik dengan memperkuat distribusi ke daerah yang sudah ada.
Per 2018, komposisi pendapatan RICY adalah 70% ekspor dan 30% domestik. "Kami yakin masih banyak yang bisa dikembangkan di sektor ini," kata dia.
Potensi industri garmen memang masih positif. Berdasarkan data penjualan sandang Bank Indonesia (BI), penjualan sandang terus tumbuh. Maret lalu, pertumbuhannya mencapai 40,6%, melebihi periode Februari, yakni 33,7%. Namun, manajemen ketiga emiten tersebut belum bersedia merinci kinerja kuartal pertama.
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji mengatakan, tahun ini akan menjadi peluang besar bagi emiten tekstil untuk berkembang. Alasannya, daya beli konsumen membaik akibat pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil.
Tapi, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, ada potensi penurunan pendapatan. Terlebih, untuk emiten dengan porsi ekspor yang besar. Tahun ini dolar AS diprediksi melemah. Beda dengan tahun lalu yang diuntungkan dengan penguatan dollar, kata dia.