Berita Market

Persepsi Risiko Investasi RI Tertinggi dalam 15 Bulan

Senin, 14 Februari 2022 | 07:00 WIB
Persepsi Risiko Investasi RI Tertinggi dalam 15 Bulan

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit default swap (CDS) Indonesia mencapai level tertinggi sejak November 2020. Jumat (11/2), CDS untuk tenor 5 tahun menyentuh level 95,79. Malah, Senin (7/2), CDS tenor 5 tahun sempat menyentuh 97,30.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, fokus utama pelaku pasar saat ini adalah soal kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, sehingga muncul ketidakpastian di pasar.  Alhasil, CDS Indonesia mulai naik, seiring kenaikan yield US Treasury.

The Fed diprediksi menaikkan suku bunga Maret 2022 nanti. "Selama belum ada kepastian, kondisi pasar akan dipenuhi dengan kekhawatiran dan spekulasi,” jelas Ramdhan, Jumat (11/2).

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menambahkan, pelaku pasar mencemaskan seberapa besar Fed fund rate akan naik. “Yang ditunggu, apakah The Fed menaikkan langsung 50 basis poin atau 25 basis poin secara bertahap,” imbuh Yudha.

Selain itu, dari dalam negeri, kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan membuat kekhawatiran dan persepsi risiko berinvestasi di Indonesia pun jadi naik. Terlebih, negara lain sudah melewati gelombang omicron.

Ramdhan melihat, tidak tertutup kemungkinan level CDS Indonesia masih naik ke depan. Kendati begitu, kenaikan risiko ini merupakan hal yang wajar.

Alasannya, ini juga terjadi di negara emerging market lainnya. “Investor juga tidak perlu khawatir berlebih, likuiditas di dalam negeri masih sangat baik, Indonesia juga punya fundamental yang solid,” imbuh Ramdhan.

Yudha juga melihat, posisi investor asing di Indonesia saat ini rendah. Alhasil, meski asing cenderung risk off, efek ke pasar tidak besar. Inflasi juga terjaga dan nilai tukar rupiah stabil.

Baik Ramdhan maupun Yudha memperkirakan, kenaikan CDS Indonesia akan mulai turun ketika The Fed sudah memberikan kepastian soal kebijakan suku bunga acuan, yaitu kapan dan besaran kenaikannya. Ketika hal tersebut terjadi, pasar akan langsung priced in dan akan kembali stabil.

Di tengah ketidakpastian, Ramdhan menilai surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun bisa jadi pilihan, karena likuiditasnya baik. Sementara Yudha menilai obligasi korporasi menarik karena berpotensi mencetak kinerja lebih baik ketimbang obligasi negara.

 

Terbaru