Profil Kredit Melemah, Prospek Peringkat Gajah Tunggal Turun Jadi Negatif

Rabu, 10 April 2019 | 19:48 WIB
Profil Kredit Melemah, Prospek Peringkat Gajah Tunggal Turun Jadi Negatif
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service merevisi prospek peringkat PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dari stabil menjadi negatif.

Pada saat bersamaan, Moody's menegaskan peringkat perusahaan serta peringkat obligasi senior yang dijamin Gajah Tunggal senilai US$ 250 juta di posisi B2.

Brian Grieser, Vice President and Senior Credit Officer Moody's, mengatakan, prospek negatif peringkat Gajah Tunggal mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa profil kredit Gajah Tunggal akan tetap lemah selama 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

Menurut Moody's, profil kredit yang lemah itu disebabkan sebagian besar oleh paparan dari biaya bahan baku dan nilai tukar rupiah yang akan terus membebani margin perusahaan.

Rasio utang Gajah Tunggal, yang diukur dari rasio utang terhadap EBITDA, telah melanggar pemicu penurunan peringkat untuk peringkat B2, yakni 4,5 kali.

Pada 2018, rasio utang yang disesuaikan Gajah Tunggal meningkat menjadi 5,1 kali dari 4,8 kali pada 201. Menurut Moody's, kenaikan rasio utang itu disebabkan oleh laba yang lebih rendah akibat pelemahan rupiah dan kenaikan tajam harga karbon pada 2018.

Perusahaan yang sahamnya merupakan anggota indeks Kompas100 ini melaporkan dan menghasilkan sebagian besar pendapatan dalam rupiah. Namun, hampir semua biaya bahan baku dan utang berdenominasi atau berkaitan dengan dollar Amerika Serikat (AS).

Pertumbuhan pendapatan yang solid, baik di dalam negeri maupun melalui ekspor, menurut Moody's, belum sepenuhnya mengurangi tekanan pada margin yang didorong oleh melemahnya rupiah dan harga komoditas yang lebih tinggi pada 2018. Akibatnya, margin EBITDA turun menjadi 12,5%, posisi terendah dalam lima tahun terakhir.

Karena itu, menurut Moody's, harga karbon yang lebih rendah, harga karet alam dan karet sintetis yang terkendali, dan nilai tukar rupiah yang lebih kuat seharusnya akan mendukung peningkatan margin Gajah Tunggal pada tahun ini.

Moody's memperkirakan, arus kas Gajah Tunggal akan sedikit lebih kuat di tahun ini karena investasi modal kerja mereda. Meski begitu Moody's berharap, Gajah Tunggal memiliki arus kas yang lebih banyak untuk digunakan mendanai persyaratan utang dan belanja modal sertai menyisakan sedikit penyangga jika terjadi volatilitas biaya bahan baku dan mata uang.

Gajah Tunggal memiliki pembayaran amortisasi utang sebesar US$ 12,5 juta setiap kuartal di bawah pinjaman sindikasi bank. Pembayaran amortisasi utang ini akan naik mennjadi US$ 15, juta setiap kuartal sejak Juli 2020 dan seterusnya.

Moody's memperkirakan, Gajah Tunggal akan terus bergantung pada fasilitas modal kerja jangka pendek pada 2019. Peringkat B2 mendukung ekspektasi Moody's bahwa Gajah Tunggal akan berhasil memperluas fasilitas modal kerja yang jatuh tempo pada Agustus 2019.

Penegasan peringkat B2 Gajah Tunggal mencerminkan posisi  terdepan di pasar ban bias dan ban pengganti motor, bauran prodk yang seimbang antara ban radial, ban bias, dan ban sepeda motor, serta diversifikasi geografis yang solid.

Menurut Moody's, penurunan peringkat Gajah Tunggal kemungkinan akan terjadi jika margin EBITDA tetap di bawah 15% pada 2019 karena meningkatnya biaya bahan baku, biaya transportasi dan logistik, serta pelemahan mata uang rupiah.

Penurunan peringkat juka akan terjadi jika rasio utang terhadap EBITDA tetap di atas 4,5 kali. Faktor lain yang membuat peringkat Gajah Tunggal menurun adalah penurunan likuiditas, baik karena penurunan saldo kas, kegagalan untuk memenuhi persyaratan perjanjian utang, maupun ketidakmampuan untuk memperbarui fasilitas modal kerja jangka pendek secara tepat waktu.

Peringkat Gajah Tunggal, menurut Moody's, tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat mengingat prospeknya yang negatif. Namun, prospek peringkat bisa kembali stabl jika Gajah Tunggal terus meningkatkan basis pendapatan sambil mempertahankan margin EBITDA sekitar 15%, menghasilkan arus kas bebas positif, dan mengurangi tingkat utang.

Gajah Tunggal merupakan produsen ban terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Gajah Tunggal memiliki kapasitas produksi per hari sebanyak 55.000 ba mobil radial penumpang, 14.500 ban bias, 95.000 ban sepeda motor, dan 2.000 ban radial bus dan truk.

Gajah Tunggal juga memiliki kapasitas untuk memproduksi 40.000 ton tali ban dan 75.000 ton karet sintetis.

Pemegang saham utama Gajah Tunggal adalah Denham Pte Ltd (49,5%), anak usaha produsen ban asal China Giti Tyre, dan Compagnie Financiere Michelin SCmA (10%).

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

FORE Mengejar Profit dari Bisnis Kopi Premium
| Sabtu, 26 April 2025 | 10:04 WIB

FORE Mengejar Profit dari Bisnis Kopi Premium

Setelah melantai di Bursa Efek Indonesia, PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) fokus melakukan ekspansi gerai baru

Menakar Rebalancing Indeks Likuid di Bursa
| Sabtu, 26 April 2025 | 10:01 WIB

Menakar Rebalancing Indeks Likuid di Bursa

Rebalancing beberapa indeks, seperti IDX30 dan IDX80 ini akan berlaku mulai 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025 mendatang.

Sukses Menjadi Raja Kopi di Kampung Sendiri
| Sabtu, 26 April 2025 | 09:00 WIB

Sukses Menjadi Raja Kopi di Kampung Sendiri

Menyusuri kisah Edward Tirtanata membangun Kopi Kenangan hingga berhasil memiliki 1.000 gerai saat ini.

Profit 30,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melorot Kembali (26 April 2025)
| Sabtu, 26 April 2025 | 08:31 WIB

Profit 30,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melorot Kembali (26 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (26 April 2025) 1 gram Rp 1.965.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,88% jika menjual hari ini.

Cinema XXI (CNMA) Masih Terus Melebarkan Layar Bioskop
| Sabtu, 26 April 2025 | 08:25 WIB

Cinema XXI (CNMA) Masih Terus Melebarkan Layar Bioskop

Pada kuartal I-2025, Cinema XXI membuka empat lokasi bioskop baru dengan tambahan 15 layar.​di sejumlah wilayah.

Tensi Dagang Mereda, Tapi Asing Tetap Keluar dari Bursa Saham Indonesia
| Sabtu, 26 April 2025 | 07:03 WIB

Tensi Dagang Mereda, Tapi Asing Tetap Keluar dari Bursa Saham Indonesia

Di tengah tren penguatan IHSG, dana asing masih keluar dari pasar saham, kendati nilainya tak sebesar pekan sebelumnya.

Rupiah Masih Belum Keluar dari Tekanan
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Masih Belum Keluar dari Tekanan

Rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.829 per Jumat (25/4), menguat 0,26% dari hari sebelumnya.

Prodia Bidik Layanan Pemeriksaan Kesehatan
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:15 WIB

Prodia Bidik Layanan Pemeriksaan Kesehatan

Prodia lewat anak usaha Prodia Diagnostic Line mulai mengoperasikan pabrik reagen baru untuk antisipasi permintaan medical check up. 

Indonesia Berpeluang Jadi Destinasi Investasi Migas
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:10 WIB

Indonesia Berpeluang Jadi Destinasi Investasi Migas

Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan pemerintah untuk menarik minat investasi mitas seperti nilai keekonomian, iklim investasi serta politik.

Sepertiga ke Jamban
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:07 WIB

Sepertiga ke Jamban

Ingat, kelak, tak ada bukti kesuksesan program makan bergizi gratis (MBG) kecuali anak-anak yang tumbuh sehat dan cerdas.

INDEKS BERITA

Terpopuler