Prospek Ramayana Lestari (RALS) Kena Efek Melemahnya Daya Beli Kelas Bawah

Kamis, 24 Februari 2022 | 04:20 WIB
Prospek Ramayana Lestari (RALS) Kena Efek Melemahnya Daya Beli Kelas Bawah
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) masih abu-abu. Padahal, sektor ritel diuntungkan oleh momentum Lebaran dan kenaikan harga crude palm oil (CPO).

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan, Ramadan dan lebaran secara historis terbukti mampu mendongkrak kinerja penjualan emiten ritel seperti RALS. Pada masa tersebut, masyarakat lebih banyak membelanjakan uang untuk membeli pakaian baru.

"Apalagi, kami ekspektasi penyebaran kasus Covid-19 varian omicron saat lebaran sudah mereda jika dibandingkan saat ini," kata Christine, Rabu (23/2). 

Baca Juga: Ada Gerai Matahari Disebut Tak Patuh Gunakan PeduliLindungi, Ini Tanggapan LPPF

Christine menambahkan, kenaikan harga CPO secara tidak langsung memberi dampak positif terhadap perusahaan ritel. Pada periode 2015-2016, saham emiten ritel berkinerja cukup baik seiring naiknya harga CPO.

Kendati begitu, secara fundamental, Christine menilai RALS punya kondisi kurang baik. Pasalnya, target pasar RALS yang mayoritas kelompok menengah ke bawah merupakan yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. 

Dengan tingkat daya beli yang terpukul akibat pandemi, penjualan RALS bakal ikut tergerus. "Penjualan RALS sejauh ini belum menunjukkan perbaikan signifikan sejak tahun lalu," ujar Christine.

Indeks keyakinan konsumen Indonesia memang mulai membaik. Tapi ini tidak serta merta memperbaiki daya beli masyarakat secara keseluruhan. Analis Maybank Sekuritas Indonesia Willy Goutama mengatakan, daya beli masyarakat kelas bawah yang merupakan target pasar RALS masih tergolong lemah.

Efek kenaikan harga CPO terhadap daya beli tahun ini juga tidak signifikan. "Kami berpendapat katalis positif dari membaiknya harga CPO baru akan terlihat di tahun depan," kata Willy, Rabu (23/2).

Efek Omicron 

Baca Juga: Ada Sentimen DMO Minyak Sawit, Panin Sekuritas Rekomendasikan Beli Saham LSIP

Willy menyebut, seiring pemulihan ekonomi, diharapkan tingkat pengangguran juga turun. Alhasil, daya beli juga kembali meningkat.

Willy melihat saat ini RALS masih dibayangi sentimen negatif penyebaran Covid-19 varian omicron. Berdasarkan hitungannya, imbas omicron, rerata pertumbuhan penjualan per toko alias same sales store growth (SSSG) RALS turun 8% di kuartal pertama tahun ini. "Baru akan pulih di kuartal dua jadi 2%, lalu 25%, dan 10% untuk kuartal III dan IV tahun ini," jelas dia.

Analis MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan dalam risetnya juga menuliskan, bisnis ritel masih terpengaruh penyebaran kasus Covid-19 di kuartal satu ini. Alhasil, bisnis ritel masih akan kontraksi. 

Karena itu, Rifqi menilai, RALS akan lebih berfokus terhadap peningkatan penjualan secara online serta mempertahankan keberadaan gerai yang sudah ada. RALS disebut akan terus melanjutkan penjualan melalui e-commerce. Hanya saja, kontribusi penjualan online Ramayana Lestari terhadap total penjualan belum terlalu besar.

Willy juga meragukan penjualan online RALS akan mendorong tingkat penjualan secara signifikan. Ini karena karakteristik dan target pasar RALS. Ia menjelaskan, belanja data atau internet justru tergolong mahal untuk pelanggan dari kelompok berpendapatan rendah. Ditambah lagi, kebutuhan target pasar RALS justru memandang kunjungan toko sebagai hiburan. 

Tahun ini, Willy memperkirakan RALS akan membukukan pendapatan Rp 4,1 triliun dengan laba bersih Rp 321 miliar. Willy merekomendasikan hold saham RALS dengan target Rp 725 per saham.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Ramayana Lestari (RALS) di Tengah Lonjakan Kasus Omicron

Christine menyebut, valuasi RALS mahal dan merekomendasikan hold dengan target 
Rp 700 per saham. Rifqi memasang rekomendasi beli dengan target harga Rp 850.    

Bagikan

Berita Terbaru

Dana Kelolaan Reksadana Melonjak, Reksadana Risiko Rendah Paling Diminati
| Rabu, 12 November 2025 | 15:28 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Melonjak, Reksadana Risiko Rendah Paling Diminati

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 621,68 triliun pada Oktober 2025.

Saham Moratelindo (MORA) Kembali Melejit Usai Terbang 277,91%, Masih Fase Uptrend?
| Rabu, 12 November 2025 | 10:15 WIB

Saham Moratelindo (MORA) Kembali Melejit Usai Terbang 277,91%, Masih Fase Uptrend?

MORA telah memiliki jaringan sendiri secara end to end, yaitu dari backbone international dan domestik, hingga jaringan dari rumah ke rumah.

Bisnis Biodiesel & Gula Bakal Jadi Motor Utama Penggerak Kinerja, Saham TBLA Menarik?
| Rabu, 12 November 2025 | 08:46 WIB

Bisnis Biodiesel & Gula Bakal Jadi Motor Utama Penggerak Kinerja, Saham TBLA Menarik?

Hingga September 2025, bisnis biodiesel telah menjadi tulang punggung pendapatan dan laba bersih PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).

Ada Isu Merger, Saham GOTO Bergairah
| Rabu, 12 November 2025 | 08:45 WIB

Ada Isu Merger, Saham GOTO Bergairah

Sejak akhir Oktober, harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatatkan tren rebound yang kuat.

Terjadi Aksi Jual Asing di Big Bank, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini Rabu (12/11)
| Rabu, 12 November 2025 | 08:39 WIB

Terjadi Aksi Jual Asing di Big Bank, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini Rabu (12/11)

Pelemahan IHSG sejalan dengan aksi jual asing di saham-saham perbankan besar (big bank) dan aksi ambil untung di saham sektor komoditas. 

Pendapatan Layanan Seluler Merosot, Laba Emiten Telekomunikasi Melorot
| Rabu, 12 November 2025 | 08:37 WIB

Pendapatan Layanan Seluler Merosot, Laba Emiten Telekomunikasi Melorot

Kinerja emiten telekomunikasi masih tertekan di sepanjang sembilan bulan tahun ini. Penyebabnya, loyonya kontribusi segmen telepon dan data..

Surya Biru Murni (SBMA) Bidik Pertumbuhan di Bisnis Pengolahan Limbah B3
| Rabu, 12 November 2025 | 08:30 WIB

Surya Biru Murni (SBMA) Bidik Pertumbuhan di Bisnis Pengolahan Limbah B3

SBMA telah mengumumkan diversifikasi bisnis baru pada Oktober 2025 lalu, yakni konstruksi dan pengolahan limbah B3.​

Strategi Ekspansi Tambang di Balik Penurunan Kinerja Grup Merdeka Saat Ini
| Rabu, 12 November 2025 | 08:29 WIB

Strategi Ekspansi Tambang di Balik Penurunan Kinerja Grup Merdeka Saat Ini

Ketika seluruh proyek strategis tadi sudah beroperasi, maka Grup Merdeka akan diuntungkan berkat bertambahnya sumber pendapatan.

Raup Laba Selisih Kurs, Laba Golden Eagle Energy (SMMT) Melonjak Tiga Digit
| Rabu, 12 November 2025 | 08:26 WIB

Raup Laba Selisih Kurs, Laba Golden Eagle Energy (SMMT) Melonjak Tiga Digit

PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) mengantongi laba bersih sebesar US$ 3,89 juta per 30 September 2025. Angka ini menanjak 106,91% secara tahunan.

Harga Batubara Anjlok, Kinerja Indo Tambangraya Megah (ITMG) Jeblok
| Rabu, 12 November 2025 | 08:20 WIB

Harga Batubara Anjlok, Kinerja Indo Tambangraya Megah (ITMG) Jeblok

Di periode Januari-September 2025, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatat laba bersih US$ 131 juta atau terkoreksi 52% secara tahunan.

INDEKS BERITA

Terpopuler