KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum berniat melepas kembali saham hasil buyback atau saham treasury. Perusahaan batubara ini menargetkan akan menjual saham tersebut pada pertengahan tahun depan.
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman mengatakan, belum ada rencana menjual kembali saham treasury dalam waktu dekat. "Kami akan menjualnya saat akan jatuh tempo, sekitar pertengahan tahun 2019," papar dia kepada KONTAN, Kamis (22/11).
Merujuk laporan keuangan kuartal III tahun ini, PTBA memiliki saham treasury sebanyak 196,06 juta saham, setara dengan Rp 2,3 triliun. Saham ini berasal dari sejumlah buyback yang dilakukan di periode sebelumnya.
Buyback terakhir dilakukan menjelang tutup tahun 2015. Saat itu, PTBA membeli 66,05 juta saham di pasar. Nilainya kala itu Rp 402,22 miliar.
PTBA tak melakukan buyback pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2017, perusahaan melakukan pemecahan rasio saham atau stock split dengan rasio 1:5.
Sehingga, jumlah saham treasury PTBA saat ini mencapai 980,28 juta unit saham. Jumlah itu setara dengan 8,51% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Berdasarkan POJK Nomor 2/POJK.04/2013, saham treasury harus kembali dijual dua tahun setelah buybcak. Artinya, jatuh tempo penjualan saham treasury akan berakhir akhir tahun ini.
Namun, tenggat waktu tersebut bisa diperpanjang selama setahun jika kondisinya tidak memungkinkan. Misalnya, karena faktor harga yang lebih rendah dibanding harga sebelum buyback.
Seandainya sudah diperpanjang satu tahun harga saham masih belum oke, emiten wajib menjual saham treasury dengan patokan harga tertentu. Patokannya, tidak lebih rendah dari harga penutupan perdagangan satu hari sebelum tanggal penjualan, atau menggunakan rata-rata harga selama 90 hari terakhir.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyatakan, saham treasury tersebut sejatinya bisa menjadi tambahan kas PTBA. "PTBA bisa mendapat keuntungan tambahan," ujar Robertus.
Sebab, berdasarkan perhitungan dia, PTBA bisa meraup pemasukan sekitar Rp 4,6 triliun dengan menjual saham treasury. Padahal, total nilainya Rp 2,3 triliun.
Proyeksi keuntungan itu dengan asumsi harga saham PTBA di level Rp 4.700. Hingga kemarin, penurunan saham emiten batubara termasuk PTBA masih berlanjut.
Yanuar menambahkan, terlalu berspekulasi jika melihat prospek PTBA dari potensi pemasukan penjualan saham treasury. "Ini hanya faktor kejutan jika memang dijual," imbuh dia.
Nilai tersembunyi PTBA berasal dari pemasukan transfer kuota domestic market obligation (DMO). Sepanjang sembilan bulan tahun ini, PTBA telah menyuplai 9,9 juta ton batubara untuk pasar dalam negeri. Jumlah ini jauh di atas batas minimal untuk PTBA, sebanyak 6,4 juta ton.
PTBA mengaku telah menerima proposal pembelian 3 juta-5 juta ton batubara dari perusahaan lain. "Kami menghitung, transfer kuota ini akan menambah pendapatan hingga US$ 8 di setiap penjualan satu ton," jelas Yanuar.
Dia merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 5.500. Kemarin, saham PTBA turun 2,99% ke level Rp 4.220 per saham.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.