PTBA Akan Menjual Saham Treasuri di Tahun Depan

Jumat, 23 November 2018 | 09:21 WIB
PTBA Akan Menjual Saham Treasuri di Tahun Depan
[ILUSTRASI. Tambang Batubara Bukit Asam]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum berniat melepas kembali saham hasil buyback atau saham treasury. Perusahaan batubara ini menargetkan akan menjual saham tersebut pada pertengahan tahun depan.

Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman mengatakan, belum ada rencana menjual kembali saham treasury dalam waktu dekat. "Kami akan menjualnya saat akan jatuh tempo, sekitar pertengahan tahun 2019," papar dia kepada KONTAN, Kamis (22/11).
 
Merujuk laporan keuangan kuartal III tahun ini, PTBA memiliki saham treasury sebanyak 196,06 juta saham, setara dengan Rp 2,3 triliun. Saham ini berasal dari sejumlah buyback yang dilakukan di periode sebelumnya.
 
Buyback terakhir dilakukan menjelang tutup tahun 2015. Saat itu, PTBA membeli 66,05 juta saham di pasar. Nilainya kala itu Rp 402,22 miliar.
 
PTBA tak melakukan buyback pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2017, perusahaan melakukan pemecahan rasio saham atau stock split dengan rasio 1:5.
 
Sehingga, jumlah saham treasury PTBA saat ini mencapai 980,28 juta unit saham. Jumlah itu setara dengan 8,51% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
 
Berdasarkan POJK Nomor 2/POJK.04/2013, saham treasury harus kembali dijual dua tahun setelah buybcak. Artinya, jatuh tempo penjualan saham treasury akan berakhir akhir tahun ini.
 
Namun, tenggat waktu tersebut bisa diperpanjang selama setahun jika kondisinya tidak memungkinkan. Misalnya, karena faktor harga yang lebih rendah dibanding harga sebelum buyback.
 
Seandainya sudah diperpanjang satu tahun harga saham masih belum oke, emiten wajib menjual saham treasury dengan patokan harga tertentu. Patokannya, tidak lebih rendah dari harga penutupan perdagangan satu hari sebelum tanggal penjualan, atau menggunakan rata-rata harga selama 90 hari terakhir.
 
Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyatakan, saham treasury tersebut sejatinya bisa menjadi tambahan kas PTBA. "PTBA bisa mendapat keuntungan tambahan," ujar Robertus.
 
Sebab, berdasarkan perhitungan dia, PTBA bisa meraup pemasukan sekitar Rp 4,6 triliun dengan menjual saham treasury. Padahal, total nilainya Rp 2,3 triliun.
 
Proyeksi keuntungan itu dengan asumsi harga saham PTBA di level Rp 4.700. Hingga kemarin, penurunan saham emiten batubara termasuk PTBA masih berlanjut.
 
Yanuar menambahkan, terlalu berspekulasi jika melihat prospek PTBA dari potensi pemasukan penjualan saham treasury. "Ini hanya faktor kejutan jika memang dijual," imbuh dia.
 
Nilai tersembunyi PTBA berasal dari pemasukan transfer kuota domestic market obligation (DMO). Sepanjang sembilan bulan tahun ini, PTBA telah menyuplai 9,9 juta ton batubara untuk pasar dalam negeri. Jumlah ini jauh di atas batas minimal untuk PTBA, sebanyak 6,4 juta ton.
 
PTBA mengaku telah menerima proposal pembelian 3 juta-5 juta ton batubara dari perusahaan lain. "Kami menghitung, transfer kuota ini akan menambah pendapatan hingga US$ 8 di setiap penjualan satu ton," jelas Yanuar.
 
Dia merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 5.500. Kemarin, saham PTBA turun 2,99% ke level Rp 4.220 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler