Ramayana Tetap Rajin Buyback, Sayangnya Harga Saham RALS Masih Tertekan

Jumat, 11 Juni 2021 | 10:00 WIB
Ramayana Tetap Rajin Buyback, Sayangnya Harga Saham RALS Masih Tertekan
[]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) masih rajin melakukan buyback saham RALS di pasar. Sejauh ini, saham RALS yang sudah dibeli kembali mencapai 204,94 juta saham.

Jumlah, tepatnya sebanyak 204.940.900 lembar, atau setara 2,89% dari modal disetor dan ditempatkan penuh pada RALS. 

Merujuk data RTI, saham treasury yang dimiliki RALS per 31 Maret 2021 sebanyak 353.515.600 lembar 4,98%.

Nah, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 7 Juni 2021, kepemilikan saham RALS oleh PT Ramayana Lestari Sentosa sudah bertambah menjadi 558,456,500, atau 7,87%.

Pada hari itu, jumlah saham RALS yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa, menurut catatan KSEI bertambah tiga juta lembar.

Baca Juga: Gercep, Realisasi Buyback Saham RALS dalam Dua Minggu Sudah 38,89% dari Target

Sesuai persetujuan rapat umum pemegang saham pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 14 April 2021, RALS memiliki waktu selama enam bulan, atau hingga 14 Oktober 2022 untuk merealisasikan buyback.

RALS menganggarkan dana maksimal Rp 350 miliar. Jumlah saham yang akan dibeli kembali maksimal 354,8 juta lembar, atau 5% dari seluruh modal disetor dan ditempatkan penuh pada perseroan.

 

Sayangnya, meski sudah memborong saham dalam jumlah besar dari pasar, aksi tersebut tidak berdampak pada kenaikan harga saham RALS.

Sejak buyback dimulai 15 April 2021, harga saham RALS lebih sering berada dalam tekanan. 

Baca Juga: Penjualan Ramayana Lestari (RALS) kuartal II-2021 bisa tumbuh, ini rekomendasinya

Memang, saham RALS sempat bergerak naik ke 920 per saham pada 19 April 2021. Namun sejak saat itu harga saham emiten ritel tersebut terus terkoreksi. Kemarin (10/6) harga saham RALS berada di Rp 665 per saham.

 

 

Koreksi ini tampaknya tidak lepas dari efek kinerja keuangan RALS yang masih tertekan akibat pandemi Covid-19.

Laporan keuangan RALS per 31 Maret 2021 menunjukkan, total pendapatan emiten tersebut anjlok 46,41% year on year (yoy) menjadi Rp 490,94 miliar.

Ini membuat emiten pemilik gerai Ramayana Department Store itu mesti menanggung rugi tahun berjalan sebesar Rp 85,67 miliar. 

Pada periode sama tahun sebelumnya, RALS masih mampu menangguk laba tahun berjalan Rp 13,30 miliar.

Selanjutnya: Selain Garuda dan Waskita, Beban Utang Mengancam Kesehatan BUMN Sektor Energi

 

Bagikan

Berita Terbaru

Bisnis Asuransi Kendaraan Masih Kekurangan Bahan Bakar
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:25 WIB

Bisnis Asuransi Kendaraan Masih Kekurangan Bahan Bakar

Pelaku industri asuransi kendaraan dituntut bekerja lebih keras karena pelemahan daya beli masih akan membayangi 

Eramet Bidik Nikel dan Baterai Listrik
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:23 WIB

Eramet Bidik Nikel dan Baterai Listrik

Airlangga menerangkan, kemitraan Indonesia dan Eramet berpotensi besar dalam mempercepat transformasi industri hijau

Mengangkut Laba dari Penjualan Truk di 2025
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:21 WIB

Mengangkut Laba dari Penjualan Truk di 2025

Penjualan wholesales  kendaraan niaga sebanyak 4.650 unit pada Januari 2025. Jumlah ini menurun 4% dibanding Januari 2024 sebanyak 4.839 unit.

Jasa Teknologi Menopang Pertumbuhan Laba MLPT
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:16 WIB

Jasa Teknologi Menopang Pertumbuhan Laba MLPT

Dalam setahun terakhir, saham MLPT menjadi salah satu yang mengalami lonjakan harga paling pesat di Bursa Efek Indonesia

BOLT Melebarkan Pasar Ekspor
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:11 WIB

BOLT Melebarkan Pasar Ekspor

PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) membidik pertumbuhan penjualan sebesar 8% di sepanjang tahun ini dan terus mengembangkan pasar ekspor

Metland Memoles Enam Proyek Hotel
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:07 WIB

Metland Memoles Enam Proyek Hotel

Pemangkasan anggaran perjalanan dinas yang dilakukan pemerintah cukup dirasakan imbasnya di beberapa pengelola hotel, termasuk Metropolitan

Ekspor Listrik ke Singapura Tambah Devisa US$ 4,2 M
| Jumat, 07 Maret 2025 | 06:03 WIB

Ekspor Listrik ke Singapura Tambah Devisa US$ 4,2 M

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia diketahui masih menahan izin ekspor listrik ke Singapura

Perpanjangan Izin Ekspor Freeport Bukan Relaksasi
| Jumat, 07 Maret 2025 | 05:59 WIB

Perpanjangan Izin Ekspor Freeport Bukan Relaksasi

Yuliot menuturkan, perpanjangan ekspor ini hanya berlaku selama enam bulan, sesuai dengan masa berlaku Permen ESDM No. 6 Tahun 2025.  

Lagi, Pertamina Tepis Isu Pertamax Oplosan
| Jumat, 07 Maret 2025 | 05:56 WIB

Lagi, Pertamina Tepis Isu Pertamax Oplosan

Hasil pengujian menunjukkan spesifikasi BBM telah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah melalui Ditjen Migas.

Perjanjian Jual Beli Listrik EBT bisa Capai 30 Tahun
| Jumat, 07 Maret 2025 | 05:53 WIB

Perjanjian Jual Beli Listrik EBT bisa Capai 30 Tahun

Kementerian ESDM merilis aturan perjanjian jual beli listrik berbasis energi baru terbarukan yang bisa mencapai periode 30 tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler