Realisasi Investasi di Kuartal I 2019 Diproyeksikan Tumbuh Melambat

Kamis, 28 Maret 2019 | 08:42 WIB
Realisasi Investasi di Kuartal I 2019 Diproyeksikan Tumbuh Melambat
[]
Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sektor investasi diperkirakan tak akan memberi kontribusi yang signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun ini. Perkiraan itu sejalan dengan proyeksi realisasi investasi periode Januari-Maret 2019 yang tumbuh melambat.

Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) menyebut masih banyak hambatan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, selama kuartal satu tahun ini. "Kami menyadari masih ada aktor perlambatan ekonomi global dan wait and see para investor," kata Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal BKPM Wisnu Wijaya Soedibjo, Selasa (26/3).

Selama kuartal I-2018 lalu, realisasi investasi tumbuh 11,8% year on year (yoy) menjadi Rp 185,3 triliun. Sementara pada kuartal I-2019, menurut perkiraan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), realisasi investasi hanya tumbuh 3%-5% yoy menjadi Rp 190,8 triliun hingga Rp 194,5 triliun.

Menurut Peneliti Indef Bhima Yudhistira, kinerja investasi tersebut masih ditopang penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang diperkirakan tumbuh 12% yoy.

PMDN bisa tumbuh tinggi lantaran perilaku investor domestik tidak terlalu terpengaruh pemilu. Indikator ekonomi dalam negeri juga positif, mulai dari rendahnya inflasi, kurs rupiah yang menguat di awal tahun, dan pertumbuhan ekonomi yang didorong belanja pemerintah.

Sebaliknya, penanaman modal asing (PMA) diperkirakan masih dalam tren penurunan. Besar penurunan untuk kuartal I diperkirakan 2% yoy, setelah sepanjang 2018 lalu mencatat penurunan 8,8% yoy. Lesunya PMA, terutama karena besarnya risiko global. Selain itu, "Sebagian besar investor asing wait and see jelang pemilu. Negara asal investor utama baik Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sedang mengalami slowdown," kata Bhima kepada KONTAN, Selasa (26/3).

Senada, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam juga memperkirakan PMA kuartal I-2019 masih kontraksi. Sebab, PMA masih terkendala sejumlah persoalan, mulai masalah dalam perizinan melalui online single submission (OSS), belum konsistennya kebijakan pusat dan daerah, hingga masalah pembebasan lahan dan perburuhan.

"Jadi walaupun gejolak global mereda, pemilu berjalan lancar dan damai, tapi bila persoalan di atas tidak juga dituntaskan, saya yakin aliran modal asing dalam bentuk FDI atau PMA masih akan mini," kata Piter.

Persaingan dengan negara lain pun menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menarik dana asing. Jika berbagai persoalan tidak segera diperbaiki, maka realisasi PMA sepanjang tahun ini akan menurun lagi, sebagaimana tahun lalu. Tapi, "Jika pemerintah cepat melakukan perbaikan di semester satu ini, masih ada peluang PMA bangkit mengimbangi pertumbuhan PMDN," tambahnya

Sementara itu, kinerja PMDN diproyeksi masih akan moncer. Sebagai catatan, realisasi PMDN tahun lalu mencapai Rp 328,6 triliun atau tumbuh 25,3% dibanding tahun 2017.

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:31 WIB

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama

Inflasi November 2025 melambat ke 0,17% MoM (2,72% YoY). Emas perhiasan dominan, bawang merah & daging ayam ras alami deflasi.

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:00 WIB

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun

Emiten farmasi yang memproduksi obat generik berlogo, hingga alat kesehatan berpotensi merasakan dampak positif.

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:56 WIB

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$ 2,39 miliar.

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:29 WIB

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara

Mirae menyabjut bahwa dari pemeriksaan awal, terdapat indikasi kuat bahwa nasabah membagikan kata sandi dan akses akunnya kepada orang lain.

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:56 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah

Program stimulus pemerintah membantu mendorong daya beli masyarakat dan menaikkan permintaan di dalam negeri

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:11 WIB

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai

Laju inflasi menjelang akhir tahun, justru diperkirakan melandai yang disebabkan harga pangan yang tercatat lebih rendah. 

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:59 WIB

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi tercatat melesat 41% mencapai Rp 17,87 triliun           

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:50 WIB

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh

Menurut prediksi super optimistis Bank Indonesia, ekonomi cuma naik maksimal 7,7%                   

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:20 WIB

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan

Dari puluhan emiten yang keluar dari Papan Pemantauan Khusus pada 28 November 2025, hanya segelintir yang didukung narasi kuat.

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:16 WIB

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati

BEI mengumumkan evaluasi indeks Sri-Kehati. Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk menengok ulang portofolio masi

INDEKS BERITA