Reksadana dan ESG

Sabtu, 19 Februari 2022 | 07:15 WIB
Reksadana dan ESG
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Saat ini banyak perusahaan di belahan dunia dan di Indonesia mulai menerapkan standar environmental, social and governance (ESG) dalam aktivitas bisnisnya. Standar ESG dapat dikatakan sebagai konsep maupun sistem yang menerapkan kegiatan pembangunan, keberlanjutan bisnis dan investasi, dengan tiga pilar utama, yakni lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance). Industri pasar modal pun mengadopsi standar ini dengan membuat kriteria emiten-emiten yang masuk sebagai perusahaan yang menerapkan ESG.

Standar dan konsepsi mengenai ESG dapat digunakan oleh para investor untuk menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan, apakah akan berinvestasi atau tidak dalam bisnis atau perusahaan tertentu. Sejumlah manajer investasi juga menerbitkan reksadana yang memakai prinsip ESG.

Tetapi tentu saja esensi dari berinvestasi adalah untuk mendapatkan kinerja atau return positif guna mengembangkan dana yang ada. Lalu seperti apakah kinerja investasi reksadana berbasis ESG di Indonesia hingga tahun 2022 ini?

Hingga 15 Februari 2022, terdapat 11 reksadana berbasis ESG di Indonesia dengan total dana kelolan Rp 1,63 triliun. Jumlah ini memang belum signifikan dibanding total dana kelolaan industri reksadana yang saat ini sebesar Rp 589 triliun.

Namun dana kelolaan reksadana berbasis ESG sudah tumbuh dua kali lipat sejak akhir 2020. Produk reksadana ESG sendiri didominasi oleh alokasi aset saham dan hanya ada satu reksadana bebasis pasar uang. Umumnya produk reksadana ESG berjenis ETF dengan enam produk. Disusul jenis saham dua produk serta indeks dan pasar uang masing-masing satu produk.

Untuk saham sendiri terdapat satu produk global sharia fund yang berinvestasi 100% diluar negeri dan berdenominasi dollar Amerika Serikat. Untuk jenis ETF umumnya mengikuti indeks ESG yang ada dari luar maupun dalam negeri.

Secara kinerja, terdapat dua reksadana ETF yang kinerjanya di atas IHSG. Meski demikian, hampir semua reksadana berbasis ESG kinerjanya lebih baik dari rata-rata reksadana saham.

Emiten yang menjadi bagian dari ESG umumnya adalah saham-saham bluechip dengan kapitalisasi pasar besar. Tidak heran kinerjanya tidak berbeda terlalu jauh dengan reksadana yang mengikuti indeks LQ45 atau IDX30. Dari sisi ini maka investasi berbasis ESG dapat menjadi pertimbangan sebagai diversifikasi, walau memang tidak memberikan kinerja di atas indeks-indeks berbasis likuiditas yang ada.

Tentu saja data di atas hanya memberikan gambaran kinerja jangka pendek dari reksadana berbasis ESG. Hasilnya dapat berbeda dalam jangka yang lebih panjang.

Prinsip ESG awalnya muncul karena adanya kesadaran kegiatan bisnis dan investasi tidak hanya sebatas untuk mencari keuntungan semata, tapi juga memiliki dampak yang luas terhadap lingkungan hidup dan sosial kemasyarakatan. Secara umum penerapan ESG pada emiten juga memberi keyakinan atas kerberlangsungan bisnis, sehingga cocok sebagai salah satu kriteria pemilihan investasi jangka panjang.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Anak Usaha ADRO Umumkan Rencana Akuisisi Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI)
| Minggu, 09 Maret 2025 | 06:10 WIB

Anak Usaha ADRO Umumkan Rencana Akuisisi Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI)

ADRO melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) saat ini tengah membangun smelter aluminium di KIPI

Ke Barak atau ke Lapak
| Minggu, 09 Maret 2025 | 03:10 WIB

Ke Barak atau ke Lapak

​Pembahasan RUU TNI, Polri dan Kejaksaan tersebut dianggap paling urgen dari RUU lain yang berhubungan dengan warga kebanyakan.

Cuan Nyaman dari Bisnis Co-Living, Indekos Gaya Kekinian
| Minggu, 09 Maret 2025 | 03:10 WIB

Cuan Nyaman dari Bisnis Co-Living, Indekos Gaya Kekinian

Tren indekos berkonsep co-living jadi pilihan banyak orang, khususnya perantau. Tren ini menjadi peluang usaha yang menggiurkan di perkotaan.

 
Menakar Nasib Padat Karya di Tengah Kabar PHK Sahut-Sahutan
| Minggu, 09 Maret 2025 | 03:05 WIB

Menakar Nasib Padat Karya di Tengah Kabar PHK Sahut-Sahutan

Sektor padat karya merana karena tidak leluasa mengatasi beban utang saat pasar tak lagi bisa diandalkan. 

Kilang Minyak Baru Bakal Dibangun di Pulau Pemping
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:48 WIB

Kilang Minyak Baru Bakal Dibangun di Pulau Pemping

Pulau Pemping berdekatan dengan Pulau Nipa, tempat pembangunan fasilitas penyimpanan minyak untuk cadangan penyangga energi

Bank Syariah Kompak Targetkan Pembiayaan Tumbuh Dua Digit
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:47 WIB

Bank Syariah Kompak Targetkan Pembiayaan Tumbuh Dua Digit

Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menargetkan pembiayaan tumbuh di kisaran 14%-16% tahun ini. ​Adapun tahun 2024 tercatat tumbuh 15,8%

Properti Industri dan Logistik Minim Risiko
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:45 WIB

Properti Industri dan Logistik Minim Risiko

Kawasan Greater Jakarta dan Subang,jadi submarket paling potensial untuk industri dan logistik, dengan sektor auto-related sebagai prime mover,

Kemenperin Menerbitkan Sertifikat TKDN untuk 20 Produk Apple
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:40 WIB

Kemenperin Menerbitkan Sertifikat TKDN untuk 20 Produk Apple

Dengan memiliki sertifikat TKDN, iPhone 16 series bisa dijual secara resmi di Indonesia. dan blokir bisa dibuka

Tidak Ada Penundaan Wajib HBA untuk Ekspor
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:35 WIB

Tidak Ada Penundaan Wajib HBA untuk Ekspor

Sanksi bagi yang melanggar ketentuan HBA sebagai standar ekspor maka harus bayar pajak sesuai harga acuan

Di Luar Kebiasaan, Belanja Masyarakat Justru Turun Menjelang Ramadan 2025
| Sabtu, 08 Maret 2025 | 09:35 WIB

Di Luar Kebiasaan, Belanja Masyarakat Justru Turun Menjelang Ramadan 2025

Pendapatan masyarakat yang tergerus, terutama yang bekerja di sektor komoditas menjadi salah satu penyebab melambatnya konsumsi.

INDEKS BERITA

Terpopuler