Reksadana Saham Bisa Jadi Pilihan Simpanan Pengganti JHT

Selasa, 22 Februari 2022 | 04:55 WIB
Reksadana Saham Bisa Jadi Pilihan Simpanan Pengganti JHT
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akhirnya memutuskan akan merevisi aturan soal pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di usia 56 tahun. Namun aturan ini sudah sempat bikin pekerja pusing tujuh keliling.

Kalau Anda tidak mau pusing akibat aturan pemerintah yang bisa berubah-ubah, Anda bisa, lo, mengelola sendiri dana untuk hari tua. Salah satunya dengan berinvetasi di reksadana. 

Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyebut, JHT merupakan investasi jangka panjang, sehingga penggunaan reksadana bisa jadi pilihan yang optimal. "Kalau bicara JHT, asumsinya investor punya time horizon sangat panjang," kata dia. Reksadana yang berisiko tinggi dan menawarkan imbal hasil tinggi, seperti reksadana saham, bisa dijadikan pilihan.

Baca Juga: Tuai Polemik, Jokowi Minta Menaker Revisi Permenaker soal Pencairan JHT
 
Tapi, akan lebih baik bila investor juga diversifikasi ke jenis reksadana lain. Porsi reksadana saham bisa dibuat lebih besar, meski tetap disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. "Semakin besar porsi reksadana saham, semakin optimal juga imbal hasilnya. Apalagi bila investasi rutin tiap bulan," imbuh Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi.

Agar hasil investasinya optimal untuk hari tua, investor sebaiknya tidak sembarang memilih. Eko menyarankan investor menganalisa kinerja historis reksadana, idealnya hingga 5 tahun terakhir. Pastikan juga imbal hasil rata-rata tahunan produk tersebut di atas inflasi. Pastikan juga manajer investasinya terpercaya.

Selain itu, investor juga harus bisa mengevaluasi kinerja reksadana pilihannya. Bila sudah tidak oke, lakukan rotasi investasi ke reksadana lain yang lebih baik.

Eko mencontohkan, 10 tahun lalu, reksadana yang porsinya mayoritas berisikan saham konsumer berkinerja baik, seiring meroketnya saham konsumer. Nyatanya, saat ini, saham teknologi dan new economy jadi bintang. 

Ke depan, kondisi ini bisa berubah lagi. Karena itu, investor perlu belajar soal tren dan perkembangan pasar agar perolehan dana untuk hari tua optimal dan maksimal. 

Reza menyarankan, evaluasi kinerja dan rebalancing portofolio bisa dilakukan setidaknya tiga tahun sekali jika tujuannya jangka panjang. Jika kinerja reksadana tidak bisa mengalahkan indeks, maka investor bisa mempertimbangkan mengganti dengan produk lain.

Eko menambahkan, setiap investor sedari awal sebaiknya punya target imbal hasil per tahun yang ingin didapat. Lalu, setiap enam bulan sekali, kinerjanya dievaluasi. Investor harus punya batas toleransi, seberapa dalam kerugian yang bisa diterima. 

Baca Juga: BPJS Kesehatan Jadi Syarat Jual Beli Tanah per 1 Maret 2022

Pertimbangkan juga biaya-biaya yang harus ditanggung investor. Bila biaya terlalu besar, imbal hasil untuk hari tua akan jadi tidak optimal. "Rajin mengamati, evaluasi dan rebalancing," kata Eko.

Bagikan

Berita Terbaru

Perkara Korupsi Digelar, Aset Sritex Bakal Jadi Rebutan
| Jumat, 23 Mei 2025 | 09:21 WIB

Perkara Korupsi Digelar, Aset Sritex Bakal Jadi Rebutan

Kapsupenkum Kejaksaan Agung menyatakan, negara harus mendapat prioritas atas pengembalian kerugian negara dari aset Sritex​.

Daya Beli Domestik Melemah, Pasar Ekspor bisa Jadi Kunci Kinerja MYOR di 2025
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:55 WIB

Daya Beli Domestik Melemah, Pasar Ekspor bisa Jadi Kunci Kinerja MYOR di 2025

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) masih menduduki menjadi penguasa pasar produk biskuit dengan pangsa pasar 37% dan sereal dengan pangsa pasar 69%.​

Profit 30,41% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (23 Mei 2025)
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:43 WIB

Profit 30,41% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (23 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (23 Mei 2025) 1 gram Rp 1.910.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,41% jika menjual hari ini.

Target Pendapatan Negara Lebih Moderat
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:37 WIB

Target Pendapatan Negara Lebih Moderat

Rasio pendapatan negara terhadap PDB diperkirakan ada di kisaran 11,71%–12,22%, lebih rendah dibanding target APBN 2025 sebesar 12,36%.

Menakar Risiko Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:31 WIB

Menakar Risiko Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan atau CAD untuk kuartal I-2025 sebesar US$ 177 juta

Profil Utang SRIL dari Bank Swasta Lokal Hingga Asing, Terbesar Bank BCA
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:27 WIB

Profil Utang SRIL dari Bank Swasta Lokal Hingga Asing, Terbesar Bank BCA

Tim Penyidik pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (JAM PIDSUS) telah menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus kredit Sritex.

Sejumlah Saham Gocap Naik di Bulan Mei, Cermati Kinerja dan Volume Transaksinya
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:22 WIB

Sejumlah Saham Gocap Naik di Bulan Mei, Cermati Kinerja dan Volume Transaksinya

Investor perlu hati-hati lantaran lonjakan harga saham gocap tak selalu sejalan dengan perbaikan di sisi kinerja keuangan.

Membedah Profil Bisnis Chandra Daya Investasi (CDI), Anak Usaha TPIA yang Segera IPO
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:06 WIB

Membedah Profil Bisnis Chandra Daya Investasi (CDI), Anak Usaha TPIA yang Segera IPO

Laba tahun berjalan PT Chandra Daya Investasi (CDI) melambung 271,86% menjadi sebesar US$ 30,23 juta pada kuartal I-2025.

Bukan Rupiah yang Perkasa, Tapi Indeks Dolar AS yang Sedang Merana
| Jumat, 23 Mei 2025 | 08:05 WIB

Bukan Rupiah yang Perkasa, Tapi Indeks Dolar AS yang Sedang Merana

Penguatan rupiah ini masih didorong  pelemahan dolar AS.  “Pasar bersikap hati-hati. Jumat pagi (23/5), indeks dolar melemah 0,16% ke 99,69.

Ekspansi Bisnis, Hotel Fitra Internasional (FITT) Bangun Umrah Park
| Jumat, 23 Mei 2025 | 07:54 WIB

Ekspansi Bisnis, Hotel Fitra Internasional (FITT) Bangun Umrah Park

Seluruh capex tersebut untuk pembangunan tempat wisata bertema religi, Kertajati Umrah Park di Majalengka.

INDEKS BERITA

Terpopuler