Saham Saratoga (SRTG) Masih Terkoreksi, Valuasi Makin Murah Sudah Saatnya Dicermati?

Rabu, 15 Maret 2023 | 19:40 WIB
Saham Saratoga (SRTG) Masih Terkoreksi, Valuasi Makin Murah Sudah Saatnya Dicermati?
[ILUSTRASI. Logo PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) belum berhasil lepas dari tekanan. Pada perdagangan hari ini (15/3) saham SRTG turun 5%. Jika dihitung sejak awal 2023 (year-to-date), koreksinya sudah mencapai 24,90%.

Meski demikian, koreksi harga saham SRTG membuat emiten milik Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Salahuddin Uno jadi menarik untuk dicermati. Sebab, meskipun catatan laba bersihnya menurun, posisi keuangan SRTG sejatinya masih bagus. Secara valuasi harga sahamnya pun kini jadi lebih murah.

Data RTI menunjukkan, di harga Rp 1.900 per saham, berdasar kinerja keuangan per 31 Desember 2022, price to book value (PBV) SRTG cuma 0,43 kali. Sementara nilai aset bersih per saham atau net assets value per share (NAVS) di Rp 4.409,67. 

Sebagai perbandingan, per 31 Desember 2021 di harga Rp 2.800 per saham, PBV SRTG ada di level 0,68 kali. Sementara NAV ada di Rp 4.129,41 per saham.

Sebelumnya Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya menyebut NAV Saratoga pada 2022 mencapai Rp 60,9 triliun. Artinya ada kenaikan sekitar 8,17 persen dibanding NAV tahun 2021 yang sebesar Rp 56,3 triliun. 

"Saratoga menutup tahun 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatkan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia,” kata Michael dalam keterangan resmi, Senin (13/3).

Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Punya Kongsi Strategis dengan Pemilik Grup Djarum

Pada kesempatan terpisah Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menyebut, penilaian valuasi saham emiten investasi seperti Saratoga berbeda dengan perusahaan lain. Saratoga berinvestasi di perusahaan portofolio bukan mengelola secara langsung operasional bisnis seperti korporasi pada umumnya. 

Sumber utama keuntungan perusahaan investasi seperti Saratoga berasal dari pendapatan dividen dan kenaikan nilai saham dari portofolio investasi. 

Nah, kenaikan atau penurunan nilai saham portofolio dicatatkan dalam pos investasi. Dus, selisih yang dicatat sebagai laba atau rugi pun sejatinya hanya di atas kertas alias belum direalisasikan (unrealized). Saat aset saham itu didivestasi, barulah keuntungannya masuk ke kas perusahaan. 

Walhasil, laba perusahaan investasi seringkali mengalami fluktuasi seiring pergerakan harga saham portofolionya. 

 

Sepanjang 2022 laba bersih SRTG melorot 814,53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 4,62 triliun. Penyebab utamanya adalah penurunan keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar 847,35 persen secara tahunan menjadi Rp 3,73 triliun.

"Kinerja Saratoga tidak hanya bisa dilihat dari aspek bottom line, laba atau rugi bersih. Karena fluktuasi harga saham portopflio akan mempengaruhi nilai investasi sehingga berdampak terhadap perhitungan laba. Jadi yang harus dilihat cashflow dan pertumbuhan asetnya, itu yang menjadi acuan menilai perusahaan investasi," ujar Alfred, Rabu (15/3).

Sementara dividen yang diperoleh Saratoga tahun lalu merupakan rekor terbesar sepanjang sejarah perusahaan itu. Pada 2022 Saratoga memperoleh bagian dividen sebesar Rp 2,6 triliun. Kenaikannya mencapai 57% secara tahunan. Michael menyebut, dividen terbesar diperoleh dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX).

Selain itu nilai utang SRTG juga berhasil dipangkas lebih dari 60% menjadi tinggal Rp 1,6 triliun. Sementara utang bersih Saratoga ikut turun menjadi Rp 688 miliar. 

Sepanjang tahun lalu Saratoga juga menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas operasi hingga mencapai Rp 3,7 triliun. Sebagai perbandingan, pada 2021 Saratoga mencatatkan arus kas keluar senilai Rp 362 miliar.

Baca Juga: Bank Mandiri Lakukan Pemecahan Saham, Ini Harga Pasca Stock Split Kemarin

Sementara itu analis  Mirrae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya dan Rut Yesika Simak, dalam riset pada 20 Januari 2023 menilai harga saham SRTG layak untuk dihargai lebih tinggi. Ada 4 alasan yang mendasari analisis Mirrae. 

Pertama, NAV SRTG terus meningkat. Dengan harga saham saat ini, dimana kapitalisasi pasar SRTG sekitar Rp 27 triliun, mencerminkan diskon hingga 46% terhadap NAV.

Kedua, Mirrae menilai pengurangan utang membuat neraca SRTG jadi lebih sehat. Ketiga, kas bersih yang terus meningkat. Keempat, adanya potensi bagi SRTG untuk meraih pendapatan dividen yang lebih tinggi dalam enam bulan ke depan.

Namun Mirrae juga mengingatkan ada beberapa risiko yang dihadapi oleh Saratoga. Seperti pendapatan dividen dibawah perkiraan, penurunan harga komoditas seperti emas, tembaga, batubara dan nikel. Faktor negatif lainnya jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah daripada proyeksi.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Jejak Panjang Happy Hapsoro di Saham MINA, Setelah 8 Tahun Pasif Kini Ambil Kendali
| Selasa, 15 Juli 2025 | 14:05 WIB

Jejak Panjang Happy Hapsoro di Saham MINA, Setelah 8 Tahun Pasif Kini Ambil Kendali

Setelah Happy Hapsoro jadi pengendali MINA, komisaris serta direksi dirombak dan rencana ekspansi bisnis dijalankan. 

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara
| Selasa, 15 Juli 2025 | 09:40 WIB

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) lebih berhati-hati di bisnis PLTA namun tetap ekspansif di pertambangan nikel.

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:52 WIB

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi

Lantaran sudah mengalami kenaikan tinggi sejak awal 2025, saham INET disarankan untuk trading jangka pendek saja.

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:47 WIB

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 15 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.914.000 per gram, harga buyback Rp 1.758.000 per gram.

Saham TOWR Sedang Uptrend, Jadi Emiten Menara Paling Banyak Aksi Korporasi di 2025
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:12 WIB

Saham TOWR Sedang Uptrend, Jadi Emiten Menara Paling Banyak Aksi Korporasi di 2025

Penggunaan dana rights issue untuk melunasi sebagian utang bank Protelindo akan memperbaiki kemampuan TOWR dalam menghasilkan laba.

IHSG Menanti Arah Suku Bunga Acuan Bank Indonesia
| Selasa, 15 Juli 2025 | 07:45 WIB

IHSG Menanti Arah Suku Bunga Acuan Bank Indonesia

Penguatan IHSGkemarin  sejalan dengan pergerakan mayoritas bursa Asia yang turut menguat. Hari ini, Herditya memproyeksi IHSG menguat terbatas.

Lonjakan Harga Bitcoin Akan Terus Berlanjut Sepanjang 2025, Rekor Baru bisa Tercipta
| Selasa, 15 Juli 2025 | 07:11 WIB

Lonjakan Harga Bitcoin Akan Terus Berlanjut Sepanjang 2025, Rekor Baru bisa Tercipta

Harga bitcoin tahun ini diprediksi bisa tembus US$ 140.000 per btc, menjadikannya sebagai aset terbaik mengalahkan emas.

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Prospektif di Semester II
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:30 WIB

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Prospektif di Semester II

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana mencapai Rp 513,93 triliun.

Rumitnya Premium
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:12 WIB

Rumitnya Premium

Pemerintah harus berani bersinergi dengan pelaku usaha untuk menciptakan ekosistem beras yang adil, stabil, dan tanpa drama.

Berharap Spread Harga ETF Emas Bisa di Bawah Emas Fisik
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:10 WIB

Berharap Spread Harga ETF Emas Bisa di Bawah Emas Fisik

Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meluncurkan produk exchange-traded fund (ETF) emas pada kuartal IV-2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler