Sejak Akhir 2018, Tren CDS Indonesia Cenderung Menurun

Kamis, 10 Januari 2019 | 09:55 WIB
Sejak Akhir 2018, Tren CDS Indonesia Cenderung Menurun
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor atas risiko berinvestasi di Indonesia terus membaik di awal tahun ini. Ini terlihat dari tren penurunan credit default swap (CDS) Indonesia.

Rabu (9/1), CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun bertengger di level 128,25. Angka ini sudah turun 6,69% jika dibandingkan posisi CDS di akhir Desember 2018 lalu.

Setali tiga uang, CDS Indonesia tenor 10 tahun juga turun 1,44% dari akhir tahun lalu menjadi 210,91 di Selasa (9/1). Bahkan, di hari tersebut, penurunan CDS sejatinya mencapai 1,78%.

Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menjelaskan, sentimen eksternal yang cukup berperan penting terhadap penurunan level CDS Indonesia adalah perubahan sikap The Federal Reserves soal kenaikan suku bunga AS. Semula, The Fed punya pandangan hawkish. Namun belakangan The Fed bersikap dovish.

Sikap dovish The Fed didorong proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat serta ancaman resesi di Negeri Paman Sam pada tahun ini. Bayang-bayang perlambatan ekonomi di AS makin terlihat setelah adanya shutdown di sebagian layanan pemerintahan, sehingga mempengaruhi aktivitas ekonomi.

Selain itu, meredanya isu perang dagang antara AS dan China juga mempengaruhi pergerakan CDS Indonesia. Sebagaimana diketahui, kedua negara tersebut tengah menjalankan proses negosiasi dagang setelah gencatan senjata di akhir tahun lalu.

"Sentimen ini memberi dampak positif bagi persepsi risiko negara berkembang yang terlibat hubungan dagang dengan AS dan China," ujar Fikri, kemarin.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menambahkan, membaiknya persepsi risiko investasi Indonesia mendukung masuknya aliran dana investasi asing di pasar keuangan domestik. "Apalagi di awal tahun ini nilai tukar rupiah berada dalam tren penguatan terhadap dollar AS," terang dia.

Di pasar surat berharga negara (SBN) misalnya, hingga Selasa (8/1), investor asing telah mencatatkan net buy sebesar Rp 9,19 triliun. Dus, kepemilikan asing bertambah menjadi Rp 902,44 triliun.

Masuknya aliran dana asing ke pasar keuangan dalam negeri sebenarnya sudah diperkirakan. Karena pelaku pasar memilih melakukan antisipasi terhadap perlambatan ekonomi di AS dengan masuk ke negara-negara berkembang yang dianggap bisa memberi imbal hasil lebih baik.

Jika kondisi seperti ini masih berlanjut, peluang CDS turun dalam beberapa waktu ke depan terbuka lebar. Untuk saat ini, pemerintah tinggal memastikan kondisi fundamental ekonomi dalam negeri terjaga.

Dalam hal ini, rupiah diharapkan bergerak stabil dan masalah defisit transaksi berjalan bisa selesai. "Kalau indikator-indikator ekonomi Indonesia positif, persepsi risiko Indonesia akan tetap positif di mata investor global walau sentimen eksternal kurang mendukung," tegas Eric.

Fikri juga memandang bahwa sentimen dari dalam negeri punya pengaruh kuat terhadap pergerakan CDS Indonesia sepanjang tahun ini. Di antaranya sentimen volatilitas pergerakan rupiah serta realisasi tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

"Sebab tiga komponen tersebut akan menentukan real return instrumen investasi Indonesia bagi investor global," terang dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Efek Aturan Baru Harga Patokan Mineral, Penambang Kecil Berpotensi Tertekan
| Selasa, 02 September 2025 | 11:56 WIB

Efek Aturan Baru Harga Patokan Mineral, Penambang Kecil Berpotensi Tertekan

Di satu sisi pemerintah menilai langkah ini memperkuat penerimaan negara, sementara di sisi lain penambang khawatir posisi tawarnya makin lemah.

Prabowo akan Rilis Aturan Pembangkit Sampah, Danantara dan Swasta Siap Garap PLTSa
| Selasa, 02 September 2025 | 11:46 WIB

Prabowo akan Rilis Aturan Pembangkit Sampah, Danantara dan Swasta Siap Garap PLTSa

Aturan terbaru terkait pembangkit listrik tenaga sampah meniadakan tipping fee dan mengakomodasi semua teknologi pengolahan sampah​.

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI
| Selasa, 02 September 2025 | 08:36 WIB

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI

Situasi Indonesia yang masih panas di sejumlah daerah membuat investor saham mesti lebih berhati-hati.

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan
| Selasa, 02 September 2025 | 08:10 WIB

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan

Tantangan lain bagi ACES adalah kembalinya merek Ace Hardware di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound
| Selasa, 02 September 2025 | 07:52 WIB

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound

Posisi underowned investor asing di saham-saham perbankan besar membuat kemungkinan tekanan jual ke depannya cenderung lebih kecil 

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus
| Selasa, 02 September 2025 | 06:35 WIB

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus

Probabilitas kenaikan harga enam saham LQ45 mencapai 60 persen ke atas pada bulan September dalam 10 tahun terakhir.

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 02 September 2025 | 06:24 WIB

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Kondisi politik yang memanas memicu asing melakukan aksi jual bersih alias net sell sebesar Rp 2,15 triliun.

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?
| Selasa, 02 September 2025 | 06:20 WIB

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?

TLKM catat penurunan pendapatan 3% di semester I 2025. Pelajari segmen yang terdampak dan strategi perusahaan untuk hadapi tantangan pasar.

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)

Setelah melemah, rupiah menunjukkan tanda-tanda penguatan terhadap dolar AS. Pelajari faktor pendukung dan prediksi pergerakan rupiah ke depan

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas

Melalui anak usahanya, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengambil alih fasilitas pembibitan unggas milik PT Istana Satwa Borneo.

INDEKS BERITA

Terpopuler