Setelah Naik Tinggi di Kuartal I, Restitusi Pajak Diprediksi Tumbuh Melambat

Rabu, 24 April 2019 | 08:03 WIB
Setelah Naik Tinggi di Kuartal I, Restitusi Pajak Diprediksi Tumbuh Melambat
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Restitusi pajak sepanjang tiga bulan pertama tahun ini berlari kencang. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi restitusi pajak selama kuartal pertama meningkat 47,83% dibanding periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 50,65 triliun.

Pengembalian kelebihan (restitusi) pajak yang naik tinggi merupakan salah satu sebab realisasi penerimaan pajak di awal tahun loyo. Penerimaan pajak per akhir Maret 2019, hanya mampu tumbuh 1,8% year on year (yoy) menjadi Rp 248,98 triliun, melambat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh mencapai 9,9% yoy.

Jika restitusi dirinci berdasar jenisnya, total pembayaran restitusi pajak penghasilan (PPh) non migas mencapai Rp 12,13 triliun atau tumbuh 61,6% yoy. Ini didominasi oleh PPh badan yang mencapai Rp 8,53 triliun, naik 29,3% yoy.

Sementara restitusi PPh orang pribadi mencapai Rp 32,12 triliun, melonjak 155,8% yoy. Adapun restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) tercatat sebesar Rp 38,21 triliun atau tumbuh 46,2% yoy.

"Secara sektoral, perkebunan dan industri sawit serta pertambangan termasuk yang terbesar (restitusi pajaknya)," kata Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal, Selasa (23/4). Demikian pula dengan industri pengolahan.

Di sektor pertambangan, Kemkeu mencatat terjadi peningkatan restitusi pajak 43,5% yoy. Makanya, realisasi penerimaan pajak dari sektor ini turun 16,2% yoy menjadi Rp 9,9 triliun.

Sedangkan pada sektor industri pengolahan, pertumbuhan restitusi pajak melonjak 60,6% yoy, ditambah faktor adanya pembayaran PPN BBM bersubsidi yang tak sebesar kuartal-I 2018 lalu. Penerimaan pajak dari sektor ini pun turun 8,8% yoy menjadi Rp 60,43 triliun.

"Tapi, denyut ekonomi masih oke. Berbeda ceritanya kalau penurunan ini karena yang membayar secara umum berhenti," tandas Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Robert Pakpahan, Senin (22/4).

Kendati begitu, ia memproyeksi pertumbuhan restitusi pajak di bulan-bulan berikutnya tahun ini akan mulai melambat, tepatnya memasuki Mei atau Juni mendatang. Hingga akhir tahun, otoritas pajak mematok pertumbuhan restitusi Sekitar 18%-20%, dari yang biasanya hanya tumbuh 10% saban tahunnya.

Artinya, perkiraan pembayaran restitusi pajak secara nominal sepanjang tahun ini akan mencapai Rp 130 triliun-Rp 140 triliun. Sementara itu, nilai restitusi pajak sepanjang tahun 2018 mencapai Rp 118 triliun.

"Kalau sampai akhir tahun restitusi tumbuh 20%, sementara tiga bulan pertama ini growth-nya sudah sampai 47,83%, seyogyanya bulan-bulan ke depan growth restitusi akan slowing down sehingga penerimaan pajak secara neto bisa membaik," tambah dia.

Direktur Eksekutif Center of Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menilai, kebijakan percepatan restitusi pajak sejatinya bagus untuk arus kas wajib pajak yang lebih baik. Namun pemerintah perlu mengantisipasi kecenderungan peningkatan restitusi sepanjang tahun ini. "Ini dapat diantisipasi dengan strategi penggalian potensi yang lain agar pertumbuhan tetap terjaga," kata dia.

Yustinus juga melihat, kinerja penerimaan pajak kuartal pertama tahun ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pemilu. Sebab, pada tahun 2014 lalu penerimaan pajak juga hanya tumbuh 6,89% yoy, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tumbuh 10,3% maupun tahun sesudahnya yang tumbuh 7,7%.

Bagikan

Berita Terbaru

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:45 WIB

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas

Produk exchange-traded fund (ETF) emas siap meluncur awal tahun depan dari sejumlah manajer investasi (MI)

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:38 WIB

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar menantikan rilis data penjualan ritel bulan Oktober 2025 yang diproyeksikan tumbuh 4% secara tahunan. Meningkat dari 3,7% pada September.

Nilai Tukar Rupiah pada Rabu (10/12) Menanti Data Ekonomi
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah pada Rabu (10/12) Menanti Data Ekonomi

Ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve masih menjadi sentimen dominan yang menahan penguatan dolar AS.

Harga Energi Masih Akan Tertekan Hingga Awal 2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Energi Masih Akan Tertekan Hingga Awal 2026

Proyeksi surplus dari IEA hingga 2026 serta revisi prospek surplus kuartal III oleh OPEC+ sebagai faktor pengganjal harga. 

Bank Digital Pacu Pertumbuhan Kredit Lewat Direct Lending
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:13 WIB

Bank Digital Pacu Pertumbuhan Kredit Lewat Direct Lending

Kredit bank digital Indonesia tumbuh hingga Oktober 2025, dengan Bank Jago pimpin Rp 23,78 triliun, tunjukkan tren direct lending.

Demutualisasi BEI
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:10 WIB

Demutualisasi BEI

Demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tak boleh mengenyampingkan kepentingan jutaan investor saham.

Transaksi Digital Kian Melonjak
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:10 WIB

Transaksi Digital Kian Melonjak

BI laporkan transaksi pembayaran digital 2025 capai 39,87 miliar, pertumbuhan 10,8% YoY, meski risiko perlambatan muncul.

Kredit Menganggur di Bank Kian Menumpuk
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:08 WIB

Kredit Menganggur di Bank Kian Menumpuk

Data BI Oktober 2025 tunjukkan kredit menganggur 22,97% total, naik ke Rp 2,45 triliun, menandakan permintaan kredit masih lemah.

INDEKS BERITA

Terpopuler