Reporter: Muhammad Julian
| Editor: Dadan M. Ramdan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Superkrane Mitra Utama Tbk terus berupaya memperluas pangsa pasar untuk menguatkan posisi di pasar dalam negeri dan mancanegara. Emiten dengan kode saham SKRN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berambisi meningkatkan penguasaan pasar alias market share dari semula berkisar 20%-30% menjadi 25%-35% untuk penyewaan crane berkapasitas besar.
Oleh karena itu, Superkrane Mitra menggelontorkan belanja modal atawa capex hingga Rp 150 miliar. Hanya butuj beberapa bulan pertama tahun ini, SKRN telah menyerap seluruh capital expenditure tahun buku 2021 untuk pengadaan crane baru. "Dari total anggaran capex Rp 150 miliar yang dicanangkan, SKRN telah membelanjakan Rp 150 miliar untuk menambah sebanyak 21 crane baru," kata Sekretaris Perusahaan SKRN Eddy Gunawin saat dihubungi KONTAN usai acara paparan publik pada Kamis (22/7).
Menurut dia, saat ini proses pengiriman crane-crane baru masih berlangsung. “Semua belanja capex telah terealisasi tetapi pengiriman crane terakhir akan tiba di bulan September 2021,” ujar Eddy Jika merujuk capex, realisasi belanja modal Superkrane Mitra pada tahun ini lebih besar dari rencana semula. Eddy menuturkan, awalnya SKRN hanya menganggarkan belanja modal Rp 50 miliar.
Namun, SKRN akhirnya memutuskan menaikkan anggaran belanja modal beberapa kali, menjadi Rp 100 miliar hingga menjadi Rp 150 miliar seiring dengan permintaan sewa crane yang terus naik. Catatan SKRN, permintaan sewa crane kembali normal sejak bulan Mei 2021 lalu, setelah sebelumnya menyusut. SKRN juga berencana menjajaki pasar luar negeri, khususnya negara-negara ASEAN. Pada Maret 2021 lalu, SKRN telah menyewakan dua crane berukuran 650 ton dan 750 ton ke Vietnam untuk durasi penyewaan minimal enam bulan dengan potensi perpanjangan sampai dua tahun.
Eddy tidak menyebutkan berapa total jumlah crane yang dimiliki oleh Superkrane Mitra pada saat ini. Namun ia mengungkap, saat ini tingkat utilisasi atau penggunaan alat angkat (crane) dan alat berat pendukung lainnya yang sedang disewakan/dioperasikan mencapai sekitar 75% dari keseluruhan alat. Eddy bilang, upaya perluasan pasar ekspor dapat membantu perusahaan dalam mengejar target pertumbuhan pendapatan sekitar 10%%-20% tahun ini. SKRN optimistis, target ini realistis untuk dicapai seiring permintaan sewa alat berat yang terus membaik.
Nilai tambah
Eddy optimistis, dengan nilai tambah yang dimiliki, SKRN memiliki keunggulan dibanding kompetitor lain dalam bersaing di pasar sewa crane. Di sisi lain, Superkrane juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bisa diandalkan dalam kegiatan operasional. “Kami mempunyai SDM yang mampu untuk memberikan one stop solution ke pelanggan. Sehingga, kami juga yang melakukan lifting plan, safety plan atau logistik. Jadi, bukan hanya menyewakan crane dan operator saja seperti yang dilakukan oleh kompetitor,” klaim Eddy.
Mengutip laporan keuangan interim perusahaan, SKRN mencatatkan penurunan pendapatan neto sebesar 59,95% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 135,31 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 54,18 miliar di kuartal I 2021. Dari hasil pendapatan neto itu, SKRN membukukan kerugian bersih sebesar Rp 33,34 miliar pada kuartal I 2021, turun tipis sebesar 0,82% dibanding rugi bersih pada kuartal I tahun lalu yang sebesar Rp 33,62 miliar.
Permintaan sewa crane yang lesu pada tahun lalu serta penerapan ketentuan PSAK baru menjadi biang kerok di balik penurunan pendapatan dan rugi bersih yang dibukukan oleh perusahaan.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.