Smelter Nikel Wanatiara Persada di Maluku Utara Beroperasi Desember 2019

Senin, 08 Juli 2019 | 06:03 WIB
Smelter Nikel Wanatiara Persada di Maluku Utara Beroperasi Desember 2019
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wanatiara Persada menargetkan jadwal pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel pada Desember tahun ini. Smelter yang berlokasi di Pulau Obi, Maluku Utara, itu memiliki kapasitas output hingga 260.000 ton feronikel dengan kadar nikel sebesar 15%.

Senior Advisor PT Wanatiara Persada Arif S. Tiammar mengemukakan, saat ini, pembangunan smelter tersebut sudah mencapai 93%. Kelak, smelter feronikel ini memiliki empat jalur fasilitas pengolahan, yang satu di antaranya sudah beroperasi. "Kami ada empat line, yang pertama sudah beroperasi. Nanti line 2, 3 dan 4 diharapkan beroperasi semua pada bulan Desember," kata dia kepada KONTAN, belum lama ini.

Dari sisi operasional, smelter tersebut dapat memurnikan bijih nikel hingga 2,2 juta ton dalam setahun. Smelter ini mendapatkan pasokan bahan baku bijih nikel dari tambang sendiri atau milik PT Wanatiara Persada yang memegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP).

Lantaran cadangan nikel tambang itu tidak terlalu banyak, Arif bilang, pihaknya akan mendatangkan pasokan bahan baku smelter dari tambang lainnya.

Sementara dari sisi pemenuhan energi, masing-masing line smelter membutuhkan pasokan listrik sekitar 33 mega volt ampere (MVA). Secara total, smelter feronikel ini membutuhkan daya sebesar 112 megawatt (MW) yang dipenuhi dari pembangkit listrik milik sendiri.

"Kami punya power plant, berkapasitas 3 x 55 MW, setidaknya menghasilkan 150 MW. Jadi untuk listrik bisa lebih," ungkap Arif.

Dari sisi investasi, Arif menjelaskan, smelter feronikel ini menelan dana hingga US$ 600 juta. Skema pendanaannya berupa patungan dengan porsi 40% PT Wanatiara Persada dan 60% milik perusahaan asal China.

Arif mengklaim, sejatinya, Wanatiara Persada bisa membangun dan mengoperasikan smelter tersebut. Cuma, mereka tak bisa memenuhi kebutuhan dana sehingga harus menggandeng investor asing.

Ia menjelaskan, perusahaan asal China dipilih sebagai mitra lantaran bisa memberikan pinjaman dengan bunga sangat murah, selain sebagai pemain utama dalam pasar dan pengolahan nikel di dunia. "Jadi sebenarnya bukan karena kami enggak bisa membangun (smelter) sendiri, tapi perlu dana yang tidak kecil. Bank di China memberikan bunga sangat rendah, cuma 2,5%," sebut Arif.

Bagikan

Berita Terbaru

Kanal Digital Topang Premi Asuransi
| Sabtu, 16 November 2024 | 05:20 WIB

Kanal Digital Topang Premi Asuransi

Jasindo mengaku penjualan asuransi kanal digital naik 25% secara tahunan. Ini membuat pendapatan premi tumbuh 5% secara tahunan. 

Bank Pelat Merah Genjot Pembiayaan Berkelanjutan
| Sabtu, 16 November 2024 | 05:15 WIB

Bank Pelat Merah Genjot Pembiayaan Berkelanjutan

 Bank yang memiliki komitmen untuk ikut aktif mengurangi emisi di COP29 terutama datang dari bank pelat merah.

Merdeka Battery Materials (MBMA) Siap Tuntaskan Proyek HPAL
| Sabtu, 16 November 2024 | 05:05 WIB

Merdeka Battery Materials (MBMA) Siap Tuntaskan Proyek HPAL

MDKA melalui anak usahnya MBMA menargetkan dua proyek smelter HPAL dapat segera beroperasi pada tahun 2025

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara
| Jumat, 15 November 2024 | 15:15 WIB

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara

Nilai investasi ekosistem baterai EV di proyek patungan IBC, Antam dan anak usaha CATL mencapai kurang lebih US$ 6 miliar.

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS
| Jumat, 15 November 2024 | 14:30 WIB

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS

Meski mendapat halangan dari Amerika Serikat, China dan Indonesia akan tetap mendominasi pasokan nikel dunia.

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong
| Jumat, 15 November 2024 | 10:40 WIB

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong

China, Indonesia, India, dan Filipina diprediksi akan terus memimpin pertumbuhan pasar obligasi di Asia.​

Saham Lapis Dua Mulai Merana
| Jumat, 15 November 2024 | 09:02 WIB

Saham Lapis Dua Mulai Merana

Setelah sempat menguat di tengah pelemahan saham-saham big cap, kini saham-saham lapis kedua juga mulai kehilangan tenaga.

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia
| Jumat, 15 November 2024 | 08:49 WIB

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia

Tidak tersedianya stok emas batangan Antam bisa terjadi karena masalah logistik ataupun permintaan. 

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing
| Jumat, 15 November 2024 | 08:48 WIB

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing

Beberapa saham berada di daftar top 10 market cap bursa, tidak  masuk dalam portofolio hedge fund asing

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed
| Jumat, 15 November 2024 | 08:42 WIB

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed

Rasio lancar TBIG per September 2024 berada di angka 0,2x, turun dari periode sama tahun sebelumya yang sebesar 0,3x. 

INDEKS BERITA

Terpopuler