Surplus Neraca Dagang Makin Menyusut

Selasa, 18 Maret 2025 | 03:30 WIB
Surplus Neraca Dagang Makin Menyusut
[ILUSTRASI. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Surplus Neraca Perdagangan barang Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 3,13 miliar. Surplus neraca perdagangan ini tercatat turun US$ 380 juta secara bulanan, namun meningkat secara tahunan sebesar US$ 2,28 miliar.]
Reporter: Siti Masitoh | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia merosot. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 3,13 miliar.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, surplus neraca perdagangan ini tercatat turun US$ 380 juta secara bulanan, namun meningkat US$ 2,28 miliar secara tahunan. "Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," tutur Amalia, Senin (17/3). 

Surplus neraca dagang pada Februari ditopang komoditas non migas, mencapai US$ 4,84 miliar. Tapi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya, US$ 4,92 miliar. Komoditas non migas yang jadi penyumbang surplus adalah lemak minyak hewan, nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). 

Baca Juga: BPS: Indonesia Catat Surplus Perdagangan dengan Tiga Negara Ini pada Februari 2025

Pada saat sama, neraca perdagangan komoditas migas defisit US$ 1,72 miliar. Defisit non migas ini berasal dari komoditas hasil minyak maupun minyak mentah.

Tapi perlu dicatat, kendati neraca dagang masih surplus, nilai ekspor Indonesia sejatinya merosot. Nilai ekspor tercatat cuma US$ 21,95 miliar, turun 2,58% secara bulanan. 
Kendati begitu, nilai ekspor masih lebih besar dibanding impor yang tercatat sebesar US$ 18,86 miliar. Impor naik 5,18% secara bulanan.

Ke depan, para ekonom melihat neraca perdagangan Indonesia masih bisa surplus . Tapi, surplus akan terus menyempit akibat penurunan harga komoditas. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencatat, harga batubara, minyak mentah, komoditas energi dan logam di pasar global mengalami penurunan. Fenomena ini dinilai berpotensi mengurangi nilai ekspor komoditas.

Selain itu, pelarangan ekspor bijih tembaga yang berlaku Januari 2025 telah menghilangkan sumber pendapatan ekspor. Penurunan ekspor terlihat dari data ekspor komoditas utama di Februari.

Misal, batubara turun 3,79% secara bulanan dan 19,73% secara tahunan akibat harga global yang melemah. Ekspor besi dan baja juga turun 6,2% secara bulanan, tapi naik 19,52% secara tahunan.

Harga komoditas

Josua menilai, ekspor non migas, terutama industri pengolahan, masih memiliki prospek positif, didorong kenaikan ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Sementara kinerja impor akan terus meningkat seiring pemulihan industri manufaktur dan investasi di dalam negeri.

Baca Juga: Meski Menyempit, Surplus Perdagangan Indonesia Berlanjut 58 Bulan Beruntun

Josua menyebut, impor bahan baku dan barang modal yang meningkat di Februari lalu dapat jadi indikasi ekonomi tumbuh. Cuma, jika tidak disertai peningkatan ekspor, neraca dagang bisa defisit. 

"Surplus neraca perdagangan Indonesia masih bertahan, tetapi potensi penyusutannya cukup besar beberapa bulan ke depan akibat tekanan dari sisi ekspor dan naiknya impor," ujar Josua.

Dia menegaskan penurunan harga komoditas, kebijakan ekspor, serta ketidakpastian permintaan global menjadi faktor yang perlu diwaspadai. "Agar tetap surplus, pemerintah perlu mendorong ekspor berbasis manufaktur dan meningkatkan diversifikasi produk ekspor ke pasar non-tradisional," saran Josua.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga mengatakan, rencana kenaikan tarif royalti pemerintah atas batubara, nikel, tembaga, emas, perak, platina, dan timah bisa merusak daya saing produk tambang.

Kebijakan tersebut dapat menimbulkan tekanan di sektor pertambangan. "Ini terlihat dari ekspor yang kontraksi 31% di dua bulan 2025, yang berpotensi melemahkan surplus neraca dagang dan menghambat investasi,” kata Hosianna. Dia menambahkan, deflasi China dan melemahnya permintaan AS juga menimbulkan risiko dagang.

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Indonesia Diproyeksi Menyempit, Ini Sentimen yang Membayanginya

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Mayoritas Indeks Saham ASEAN Menghijau di 14-17 April 2025, IHSG Hanya di Bawah STI
| Senin, 21 April 2025 | 07:20 WIB

Mayoritas Indeks Saham ASEAN Menghijau di 14-17 April 2025, IHSG Hanya di Bawah STI

Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlangsung di saat investor asing masih rajin melakukan aksi jual.

Izin Belum Juga Diterbitkan, Pembangunan Stasiun LNG CGAS Baru Rampung Desember 2026
| Senin, 21 April 2025 | 07:10 WIB

Izin Belum Juga Diterbitkan, Pembangunan Stasiun LNG CGAS Baru Rampung Desember 2026

Dana hasil initial public offering (IPO) PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) masih tersisa sebanyak Rp 100,55 miliar.

Sentimen Negosiasi Dengan AS Membayangi Gerak IHSG Hari Ini, Senin (21/4)
| Senin, 21 April 2025 | 07:06 WIB

Sentimen Negosiasi Dengan AS Membayangi Gerak IHSG Hari Ini, Senin (21/4)

Harga minyak mentah juga melanjutkan tren penguatan, setelah AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.

Atur Uang Makin Mudah Lewat Aplikasi
| Senin, 21 April 2025 | 07:01 WIB

Atur Uang Makin Mudah Lewat Aplikasi

Populasi usia muda melek digital memberi prospek cerah terhadap platform digital pengelola keuangan.

Nilai Tukar Rupiah Menanti Perkembangan Tarif Trump
| Senin, 21 April 2025 | 07:00 WIB

Nilai Tukar Rupiah Menanti Perkembangan Tarif Trump

Rupiah di pasar spot turun tipis 0,26% per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (18/4) ke Rp 16.877 per dolar AS secara harian.

Di Tengah Ketidakpastian, Sukuk Ritel Seri 22 Siap Meluncur
| Senin, 21 April 2025 | 06:57 WIB

Di Tengah Ketidakpastian, Sukuk Ritel Seri 22 Siap Meluncur

Prospek imbal hasil SR022 yang akan ditawarkan bergantung pada kondisi yield di pasar dan tenor yang ditawarkan. 

Net Sell Rp 13,9 T Membayangi IHSG di Awal Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 21 April 2025 | 06:57 WIB

Net Sell Rp 13,9 T Membayangi IHSG di Awal Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pada Kamis (17/4) net sell tercatat Rp 679,86 miliar. Total net sell selama lima hari terakhir mencapai Rp 13,9 triliun.

Gempuran Aturan Jaga Kesehatan Tekfin
| Senin, 21 April 2025 | 06:56 WIB

Gempuran Aturan Jaga Kesehatan Tekfin

Demi menjaga kesehatan bisnis pinjaman daring dari kredit bermasalah, OJK menerbitkan sederet aturan.

Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat
| Senin, 21 April 2025 | 06:51 WIB

Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat

Di tengah pelemahan daya beli konsumen, kemunculan XLSmart menyebabkan persaingan harga industri telekomunikasi makin sengit

Lagi-Lagi Konsumen
| Senin, 21 April 2025 | 06:16 WIB

Lagi-Lagi Konsumen

Konsumen kadang selalu berada dalam posisi lemah, terlepas dari minimnya literasi, pengetahuan konsumen tentang produk di sektor jasa keuangan.

INDEKS BERITA

Terpopuler