KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Aneka Tambang Tbk terus memompa kinerja bisnis untuk mempertebal pundi-pundi pendapatan. Nyaris seluruh lini komoditas andalan mereka, yakni emas, feronikel, bijih nikel dan bauksit ditargetkan bisa tumbuh lebih dari 10% dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Arie Prabowo Ariotedjo mengemukakan, kenaikan target tersebut merupakan strategi manajemen untuk meningkatkan pendapatan semaksimal mungkin di tengah peluang pasar yang masih menjanjikan.
Apalagi, untuk produk feronikel, emiten berkode saham ANTM di Bursa Efek Indonesia ini percaya diri terhadap peningkatan volume produksi dan penjualan seiring dengan stabilitas operasi pabrik feronikel mereka di Pomalaa. Saat ini, kapasitas produksi terpasang pabrik tersebut mencapai 27.000 TNi per tahun. "Jadi produksi dan penjualan Antam tahun ini ditargetkan tumbuh dibandingkan target tahun lalu," ujar Arie kepada KONTAN, Minggu (27/1).
Pada tahun ini, Antam menargetkan produksi feronikel sebesar 30.280 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik 23% dibandingkan tahun lalu sebesar 24.652 TNi. Manajemen ANTM memproyeksikan penjualan di angka yang sama dengan produksi tahun ini yaitu 30.280 TNi. Jumlah itu naik 22% dari realisasi penjualan tahun lalu 24.719 TNi.
Untuk bijih nikel, Antam mematok produksi sebanyak 10,5 juta wet metric ton (wmt), atau meningkat 14% dibandingkan realisasi tahun 2018 yang sebesar 9,2 juta wmt. Sedangkan target penjualannya sebesar 8 juta wmt atau menanjak 18% dibandingkan tahun 2018 sebesar 6,7 juta wmt.
Menjaga cadangan
Sementara untuk komoditas bauksit, manajemen Antam menargetkan produksi di sepanjang tahun ini sebanyak 3,1 juta wmt atau naik 152% dari posisi 2018 yang sebesar 1,2 juta wmt. Targetnya, Antam mampu menjual 3,2 juta wmt bauksit atau meningkat 140% daripada tahun lalu yang sebanyak 1,3 juta wmt.
Adapun untuk komoditas emas, Antam mematok target produksi yang sama dari tahun lalu, yakni sebesar 2 ton. Meski demikian, target penjualan emas diharapkan bisa meningkat 23% dari 26 ton di tahun lalu menjadi 32 ton pada tahun ini. Arie bilang, peningkatan volume penjualan emas ditopang peluang pasar domestik produk logam mulia yang masih terbuka.
Demi mempertahankan kelangsungan bisnis, Antam memasang strategi untuk menjaga cadangan dan sumber daya mineralnya. Sebagai bagian dari upaya itu, Arie menuturkan, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp 120 miliar untuk aktivitas eksplorasi.
Angka itu meningkat sekitar empat kali lipat dibandingkan dana eksplorasi yang dikeluarkan Antam pada tahun lalu. Mengutip laporan bulanan eksplorasi, sepanjang 2018, ANTM mengeluarkan dana sebesar Rp 30,06 miliar sebagai biaya eksplorasi untuk ketiga komoditasnya.
Emas menjadi prioritas dengan menyedot dana eksplorasi sebanyak Rp 14,11 miliar untuk eksplorasi model geologi dan pengeboran di wilayah Pongkor Bogor, pengeboran inti di Cibaliung Banten, serta tinjauan ke beberapa daerah prospektif.
Upaya lainnya adalah melakukan aktivitas eksplorasi rutin di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan mengkaji opsi akuisisi aset tambang emas yang memiliki profil cukup baik.
Namun Arie masih enggan membuka detail opsi tersebut. "Ya, secara anorganik Antam melakukan kajian atas kemungkinan untuk mengakuisisi tambang agar tetap menjaga posisi cadangan emas perusahaan," ucap dia.