KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga PT Smelting memproyeksikan produksi katoda tembaga pada tahun ini mencapai 292.000 ton. Jumlah tersebut tumbuh 21% dibandingkan realisasi produksi sepanjang tahun lalu sebesar 242.000 ton.
Proyeksi volume produksi sebesar 292.000 ton katoda tembaga itu merupakan hasil olahan dari konsentrat tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) sebanyak 1,1 juta ton konsentrat dengan tingkat kemurnian mencapai 99,99%.
Manager General Affair PT Smelting, Sapto Hadi, memastikan produksi mereka masih bisa stabil meskipun Freeport Indonesia sebagai pemasok bahan baku utama konsentrat tembaga sudah mengumumkan adanya penurunan produksi dari tambang Grasberg di Papua pada tahun ini. Hal tersebut lantaran adanya peralihan metode pertambangan dari penambangan terbuka (open pit) menjadi penambangan bawah tanah (underground).
Sapto meyakini Freeport Indonesia tetap berkomitmen memasok konsentrat tembaga kepada Smelting. "Penurunan produksi tambang Freeport Indonesia tak akan berpengaruh terhadap produksi PT Smelting, meski produksi mereka sedang turun, tapi komitmen Freeport untuk industri dalam negeri tetap stabil," ungkap dia saat konferensi pers PT Smelting di Jakarta, Senin (11/2).
Dengan target produksi tersebut, manajemen PT Smelting meyakini masih tetap menjaga komitmen untuk memenuhi pasokan katoda tembaga pada pelanggannya, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pasar ekspor menyumbang 59% dari total penjualan, sementara sisanya berasal dari pasar dalam negeri.
Selain memproduksi katoda tembaga, PT Smelting memiliki produk lain seperti asam sulfat dan terak tembaga. Pada tahun ini, Smelting memproyeksikan mampu memproduksi sekitar 1,04 juta ton asam sulfat, atau tumbuh 37,74% daripada realisasi tahun lalu 755.000 ton asam sulfat. Untuk produk asam sulfat, Sapto menjelaskan, PT Smelting memenuhi kebutuhan pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik.
Adapun produksi terak tembaga sebesar 805.000, meningkat 38,80% dari produksi tahun lalu 580.000 ton. Selain itu, PT Smelting memproduksi terak tembaga untuk kebutuhan industri yang bergerak di bidang semen beton dan galangan kapal yang memerlukan pasokan slag tembaga.
Terak tembaga merupakan produk samping milik mereka. "Terak tembaga mempunyai nilai ekomonis tinggi untuk mengganti pasir besi bagi industri semen. Kami juga menyuplai industri galangan kapal untuk pembersih kapal," papar Sapto.
Manajemen PT Smelting juga mengklaim mampu menjaga kontribusinya terhadap neraca perdagangan Jawa Timur. Selama ini, PT Smelting menjadi penyumbang terbesar kedua komoditas ekspor di wilayah Jawa Timur.
Mengenai produksi pada tahun lalu, Technical Manager PT Smelting, Bouman T. Situmorang bilang, produksi mereka belum maksimal lantaran hanya melakukan produksi selama 10 bulan.
Alasannya, pabrik smelter milik mereka sempat berhenti beroperasi karena adanya annual shutdown untuk perbaikan dan modifikasi.
Namun hal itu dianggap lumrah, lantaran PT Smelting perlu melakukan pemeliharaan. Hal tersebut juga penting bagi smeltersebagai upaya mencapai kinerja operasional yang lebih baik ke depannya. "Kalau tahun ini, kami produksi penuh," pungkas Sapto.