Tak Terpengaruh Bunga Acuan BI, Dana Asing Mengalir Deras ke Saham dan SBN

Senin, 29 Juli 2019 | 07:29 WIB
Tak Terpengaruh Bunga Acuan BI, Dana Asing Mengalir Deras ke Saham dan SBN
[]
Reporter: Bidara Pink | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing tetap mengalir deras ke pasar keuangan domestik meski Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuannya sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%.

BI mencatat, modal asing yang masuk ke dalam negeri (capital inflow) sejak awal tahun hingga 25 Juli 2019 mencapai Rp 192,5 triliun.

Jumlah itu terdiri dari Rp 119,3 triliun inflow ke surat berharga negara (SBN) dan Rp 72,2 triliun inflow ke pasar saham.

"Kami ingin mengonfirmasi bahwa aliran modal asing yang masuk ke dalam portofolio investasi Indonesia masih terus positif," kata kata Gubernur BI Perry Warjiyo, akhir pekan lalu.

Menurut Perry, capital inflow yang besar menunjukkan bahwa investor global masih merasa yakin dengan prospek perekonomian Indonesia.

Selain itu, mereka juga masih optimistis dengan kebijakan pemerintah serta BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ekonom Institut Pertanian Bogor Iman Sugema menilai, masuknya modal asing ke pasar keuangan dalam negeri lantaran bunga di Indonesia masih menarik dibandingkan dengan negara lain. Ini sejalan dengan tren suku bunga rendah di pasar internasional.

Iman juga menilai, menariknya pasar dalam negeri juga dipengaruhi oleh kondisi politik Indonesia.

Terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo menjadi sentimen positif karena pasar menilai tidak akan ada perubahan dalam pemerintahan lima tahun ke depan.

Sehingga, program dan kebijakan terkait dengan ekonomi tidak akan terlalu banyak berubah.

"Selain itu, dunia internasional sudah mengenal Jokowi. Jadi, akan lebih solid dan lebih mantap untuk melangkah," kata Iman kepada KONTAN.

Meski demikian, derasnya aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri juga akan sangat tergantung pada kebijakan bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

"Sekarang tekanannya adalah untuk menurunkan suku bunga, nah ini relatif menguntungkan untuk kita. Tapi tidak tahu ini akan reverse atau tidak," tambah Iman.

Risiko ke rupiah perlu diwaspadai

Namun Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengingatkan, derasnya aliran modal asing yang masuk di portofolio harus menjadi perhatian khusus.

Meski tak bisa dipungkiri bahwa inflow masih dibutuhkan, Indonesia tidak boleh terlena.

Sebab, arus modal asing salah satunya dipengaruhi oleh kepastian usaha yang diturunkan dari kepastian hukum dan kepastian politik.

Oleh karena itu, bila kepastian hukum dan kepastian politik rentan, tentu akan berbahaya.

Jika ada perubahan kebijakan dan ketidakpastian politik di dalam negeri, maka modal asing tersebut bisa sewaktu-waktu bisa ke luar.

Hal itu akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Bagikan

Berita Terbaru

Mengukur Prospek Saham Sektor Infrastruktur
| Senin, 22 Desember 2025 | 02:22 WIB

Mengukur Prospek Saham Sektor Infrastruktur

Penguatan Indeks Infrastruktur sepanjang 2025 ditopang oleh subsektor telekomunikasi dan infrastruktur digital

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

INDEKS BERITA