Tanpa Bantuan ECB, Bank Italia Menghadapi Krisis Pendanaan

Rabu, 16 Januari 2019 | 09:57 WIB
Tanpa Bantuan ECB, Bank Italia Menghadapi Krisis Pendanaan
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - MILAN. Perbankan Italia tengah berjuang mencari pinjaman lebih dari 55 miliar euro (US$ 63 miliar) untuk pendanaan tahun ini. Selain dari pasar swasta, mereka berharap bantuan Bank Sentral Eropa (ECB).

Meski telah terhindar dari ancaman besar setelah melakukan bailout, sistem keuangan Italia tidak siap untuk untuk mendukung ekonomi yang berisiko tergelincir kembali ke dalam resesi.

Di sisi lain, ketidakpastian politik membuat lonjakan biaya pinjaman untuk bank-bank Italia. Sejauh ini hanya UniCredit dan Intesa Sanpaolo yang mampu meningkatkan utang tanpa jaminan sejak pemerintahan yang anti-penghematan mengambil alih kekuasaan tahun lalu.

Bank-bank Italia bergantung pada dana jangka panjang ultra murah sekitar 240 miliar yang dipinjam dari ECB pada 2016 dan 2017. Namun, sumber pendanaan yang tercakup dalam skema targeted longer-term refinancing operation (TLTRO) tersebut sekarang ditutup. Dus, bank-bank Italia akan mengalami penurunan net stable funding ratio (NSFR), ukuran likuiditas jangka panjang yang dipantau oleh regulator.

ECB sendiri menolak berkomentar apakah akan menawarkan pembiayaan jangka panjang baru untuk bank-bank Italia. Meski perbankan Italia masih mengharapkan uluran tangan tersebut. "Kami pikir akan ada sesuatu yang mirip dengan tawaran TLTRO yang dapat membantu mengurangi kenaikan biaya pendanaan bank," kata Luca Manzoni, Head of Corporate Banco BPM, bank terbesar ketiga di Italia.

Mulai Juni 2019, bank-bank Italia akan dipaksa untuk secara bertahap mengecualikan sekitar 140 miliar euro dari perhitungan NSFR dalam dana TLTRO yang akan dibayar kembali pada Juni 2020. Kepala pendanaan di sebuah bank besar Italia menyoroti NSFR sebagai salah satu rintangan besar di tahun 2019, seiring dengan persyaratan untuk mengeluarkan utang yang dapat dihapus untuk menutupi kerugian di masa depan.

Dus, ia berharap lebih banyak bank Italia untuk mengikuti jejak UniCredit dan UBI yang telah menerbitkan obligasi senior non preferred (SNP). Instrumen yang lebih berisiko dan lebih mahal yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana.

“Kami bekerja dengan beberapa bank Italia yang telah mengubah atau sedang dalam proses mengubah persyaratan program utang mereka untuk dapat menjual obligasi SNP,” kata Cristiano Tommasi dari Allen & Overy Partner.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Simpan Duit di Bank Digital Masih Menggiurkan
| Selasa, 24 Desember 2024 | 06:35 WIB

Simpan Duit di Bank Digital Masih Menggiurkan

Rata-rata bunga deposito bank digital saat ini masih di kisaran 6%-8%. Sedangkan bunga deposito bank umum konvensional hanya 3%-4%​

Prospek Mata Uang Utama Tergantung Kondisi Ekonomi
| Selasa, 24 Desember 2024 | 05:00 WIB

Prospek Mata Uang Utama Tergantung Kondisi Ekonomi

Dolar AS masih terlalu perkasa. Sikap hawkish Federal Reserve alias The Fed merupakan katalis positif bagi gerak dolar AS.

Pelemahan Daya Beli Bisa Menjadi Batu Sandungan
| Selasa, 24 Desember 2024 | 05:00 WIB

Pelemahan Daya Beli Bisa Menjadi Batu Sandungan

Tantangan utama di tahun depan masih maraknya serbuan produk impor yang terus meningkat, serta tren penurunan daya beli.

Industri Manufaktur Hadapi Sederet Tantangan
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:59 WIB

Industri Manufaktur Hadapi Sederet Tantangan

Tahun 2024 menjadi tahun yang berat bagi sektor manufaktur di tengah ketidakpastian geopolitik dan pelemahan ekonomi global.

SBN Tetap Jadi Primadona Asuransi Jiwa
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:57 WIB

SBN Tetap Jadi Primadona Asuransi Jiwa

Menghadapi tahun 2025 , perusahaan asuransi jiwa tetap akan mengandalkan instrumen investasi dengan risiko rendah. 

Harapan ADRO Pada Bisnis Energi Terbarukan
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:57 WIB

Harapan ADRO Pada Bisnis Energi Terbarukan

Meski menghadapi sejumlah tantangan, PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) siap menggarap pasar energi hijau

Industri Batubara Tolak Kenaikan Devisa Ekspor
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:56 WIB

Industri Batubara Tolak Kenaikan Devisa Ekspor

Selain DHE, masih banyak kebijakan lain yang memberatkan industri ini. Di antaranya penerapan tarif royalti progresif batubara sebesar 28%.

Adaptasi Ekonomi Digital Dorong Transaksi Paylater
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:55 WIB

Adaptasi Ekonomi Digital Dorong Transaksi Paylater

Bisnis buy now pay later alias BNPL di industri keuangan non bank masih tumbuh subur hingga Oktober 2024. 

 Tertohok Kenaikan PPN, Simpanan Bank Mengempis
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:55 WIB

Tertohok Kenaikan PPN, Simpanan Bank Mengempis

DPK perbankan mengalami tren perlambatan pertumbuhan sejak memasuki semester II-2024, setelah sempat meningkat dari awal tahun. ​

PPN dan Daya Beli
| Selasa, 24 Desember 2024 | 04:55 WIB

PPN dan Daya Beli

Kebijakan kenaikan tarif PPN harus ditemani dengan bauran kebijakan lain untuk memastikan daya beli masyarakat tak terganggu.

INDEKS BERITA

Terpopuler