Berita Market

Tantangan Indofood Sukses Makmur (INDF) ke Depan Masih Soal Bahan Baku

Kamis, 09 Juni 2022 | 04:00 WIB
Tantangan Indofood Sukses Makmur (INDF) ke Depan Masih Soal Bahan Baku

Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di kuartal I-2022 sejalan dengan proyeksi para analis. Emiten anggota indeks Kompas 100 ini mencetak laba bersih sebesar Rp 2,36 triliun, naik 36% year on year (yoy).

Perolehan pendapatan INDF juga sudah in-line dengan proyeksi analis. Pada kuartal I-2022, pendapatan INDF naik 11,8% yoy menjadi Rp 27,4 triliun.

Putu Chantika analis Ciptadana Sekuritas lewat risetnya yang dipublikasikan 3 Juni kemarin menyebut bahwa laba bersih INDF di kuartal I-2022 mencapai 28,8% dari proyeksinya untuk setahun penuh. Laba INDF itu juga setara 29,3% dari konsensus analis.

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Naik Dobel Digit, Intip Rekomendasi Saham INDF dan ICBP

Sementara menurut hitungan Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia, pendapatan INDF sudah menyumbang 26,3% dari proyeksi sepanjang tahun 2022 ini. "Sementara laba bersih di atas estimasi karena penurunan rugi mata uang," terangnya, Rabu (8/6).

Analis menaruh optimisme besar pada prospek INDF ke depan, meski dihadapkan pada tantangan melejitnya harga bahan baku. "Kami melihat upaya perusahaan mengambil langkah-langkah menjaga margin, dengan menaikkan harga serta melakukan efisiensi biaya bisa berhasil menjaga kinerja," terang Benny Kurniawan analis JP Morgan Sekuritas dalam risetnya 11 April 2022.

Kekhawatiran tersendatnya pasokan gandum yang dapat mempengaruhi harga, diyakini mampu ditangani INDF. Bahkan, kata Putu, termasuk saat harga gandum cetak rekor tertinggi imbas perang Rusia-Ukraina.

Menaikkan harga jual

Saat ini, lanjut Putu, harga gandum mulai turun ke level US$ 10-US$ 11 per bushel dari semula US$ 13-US$ 14 per bushel. Hal ini karena optimisme akan ada panen raya di semester II 2022.

Manajemen INDF juga lebih berhati-hati menjaga harga gandum. "Untuk ketersediaan pasokan gandum, kami melihat Bogasari memiliki banyak sumber bahan baku seperti dari Australia dan Amerika Selatan," ujar Putu. 

Baca Juga: INDF Catat Pertumbuhan Penjualan 12% di Kuartal I-2022

Ke depan, INDF bakal ditopang perbaikan kondisi ekonomi, yang imbasnya memperbaiki daya beli masyarakat pasca pandemi Covid-19. Dari proyeksi Pebe, akan ada kenaikan volume penjualan dari anak usaha INDF, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Akuisisi Pinehill, juga telah berkontribusi pada kinerja INDF.

Untuk kenaikan harga bahan baku, tandas Pebe, akan lebih mudah di pass on ke konsumen. Maklum, pangsa pasar INDF cukup besar, sehingga konsumen akan lebih mudah menerima.

Adapun Benny menegaskan, jika bisnis mi instan milik INDF lewat ICBP ada di posisi prima untuk meneruskan kenaikan harga. Ia tidak melihat adanya penyusutan volume penjualan signifikan, meski ada kenaikan harga.

"Dalam pandangan kami, Mi instan adalah konsumsi pokok di Indonesia. Karena itu, kami melihat kenaikan harga diserap konsumen dengan konsekuensi negatif yang minimal," ujar Benny. Hitungan Benny, pendapatan dan laba bersih INDF pada tahun 2021 ini masing-masing akan menjadi Rp 115,10 triliun dan Rp 7,49 triliun.

Terlebih tren harga CPO saat ini cukup tinggi. Di kuartal I-2022, kontribusi penjualan segmen agribisnis menyumbang porsi 14,89%.

Realisasi kinerja kuartal I-2022 menjadi alasan Putu mengerek proyeksi pendapatan INDF di tahun 2022 ini sebesar 3,4%, menjadi Rp 109,68 triliun dari proyeksi semula di Rp 106,08 triliun. Pengelolaan biaya yang lebih rendah juga membuat Putu percaya jika laba bersih INDF bisa mencapai Rp 8,2 triliun.

Putu rekomendasikan buy saham INDF dengan target harga Rp 8.200. Sedangkan Benny menyarankan INDF overweight dengan target Rp 7.050 dan Pebe memilih buy dengan target Rp 7.150.  

Baca Juga: Jaminan Laba Pinehill Tercapai, Indofood CBP (ICBP) Akan Bayar Retensi US$ 650 Juta

Terbaru