Tekanan Likuditas Tak Kunjung Reda, Lippo Karawaci Alami Lagi Pemangkasan Peringkat

Jumat, 25 Januari 2019 | 11:56 WIB
Tekanan Likuditas Tak Kunjung Reda, Lippo Karawaci Alami Lagi Pemangkasan Peringkat
[]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  SINGAPURA. PT Lippo Karawaci Tbk kembali mengalami pemangkasan peringkat. Terbaru, S&P Global Ratings memangkas peringkat perusahaan properti itu menjadi CCC+ dari B-. Dalam laporan yang terbit 24 Januari itu, S&P menyertakan outlook negatif untuk peringkat terbaru Lippo Karawaci.

Peringkat itu mencerminkan penilaian S&P bahwa Lippo Karawaci akan menghadapi biaya keuangan yang tinggi, kewajiban pelunasan utang serta penurunan nilai kas. Situasi itu mengharuskan Lippo Karawaci mencari pendanaan dari pihak ketiga, sesuatu yang tak mudah dilakukan di masa kini dan sangat bergantung pada situasi di pasar keuangan global.

S&P mencatat ada dua biaya keuangan bernilai besar yang harus ditanggung Lippo Karawaci tahun ini. Pertama, pembayaran sewa senilai Rp 1 triliun ke First REIT, yang merupakan pengelola rumah sakit perusahaan. Kedua, pembayaran biaya bunga utang yang nilainya mencapai Rp 1,2 triliun.

Beban Lippo Karawaci kian berat karena utang sindikasi senilai US$ 50 juta akan jatuh tempo di tahun ini. Utang Lippo Karawaci lain yang segera jatuh tempo adalah obligasi senilai US$ 75 juta, yang harus dilunasi Juni 2020. S&P memprediksi, Lippo akan memperpanjang waktu jatuh tempo utang sindikasinya menjadi April 2020.

S&P mengkalkukasi Lippo Karawaci sebagai induk perusahaan tidak memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anak usahanya, jika tidak melakukan penjualan aset bernilai signifikan secara tepat waktu. Kesimpulan ini, menurut S&P, sudah menimbang kemungkinan Lippo Karawaci berhasil mendapatkan perpanjangan waktu utang sindikasinya.

Namun rencana penjualan aset juga tidak mudah mengingat kelesuan pasar properti Indonesia diperkirakan berlanjut di tahun ini. Lippo Karawaci juga harus menghadapi dilema karena menjual aset dalam bentuk REIT atau land bank bisa berimbas negatif ke potensi pendapatannya di masa depan.

Prospek negatif yang diberikan S&P atas peringkat terkini Lippo Karawaci mencerminkan risiko pembiayaan dan beban bunga utang yang ditanggung Lippo Karawaci. Prospek itu juga menandakan kemungkinan Lippo Karawaci mengalami lagi penurunan peringkat satu tingkat dalam sembilan bulan mendatang jika tidak melakukan aksi yang material, seperti penjualan aset.

Dalam catatan Kontan, tiga perusahaan pemeringkat dunia telah memangkas peringkat Lippo Karawaci selama lima bulan terakhir. Sebelum S&P, Moody's pada 19 September 2018 lalu memangkas peringkat Lippo Karawaci menjadi B3 dari B2. Lalu, Fitch Ratings melakukan hal serupa pada 2 November tahun lalu dengan menyatakan peringkat Lippo Karawaci menjadi CCC+ dari B. Baik Moody's maupun Fitch menyertakan outlook negatif atas peringkat yang diberikannya.

Bagikan

Berita Terbaru

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:56 WIB

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) telah merealisasikan pembukaan 27 toko baru di sepanjang tahun 2025.

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:45 WIB

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang

AS bakal mendapatkan keuntungan strategis sementara RI hanya mendapat pembebasan tarif              

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:48 WIB

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan dua transaksi afiliasi dengan nilai total Rp 2,79 triliun.

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:45 WIB

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar

Pergerakan pasar dipengaruhi kombinasi profit taking akhir tahun.Kewaspadaan jelang rilis PMI China, serta risiko geopolitik.

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:44 WIB

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun. 

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:39 WIB

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis

Transformasi mencakup penguatan bisnis energi dan logistik, khususnya yang berkaitan dengan elektrifikasi alat angkut di sektor pertambangan. ​

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:32 WIB

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini

Emiten konsumer dan ritel tak bisa berharap banyak pada dampak bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 900.000 yang dikucurkan pemerintah. 

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:15 WIB

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi

Ekonom memprediksi penyaluran kredit di tahun 2026 berpotensi tumbuh 9%, di atas proyeksi target tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler