Tengah diverifikasi, Smelter Kapuas Prima (ZINC) Beroperasi Akhir Semester I 2019

Selasa, 26 Februari 2019 | 07:55 WIB
Tengah diverifikasi, Smelter Kapuas Prima (ZINC) Beroperasi Akhir Semester I 2019
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) siap mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) timbal dan seng. Jika tak ada aral melintang, Kapuas Prima Coal berencana mengoperasikan smelter tersebut pada akhir semester pertama 2019.

Direktur Keuangan PT Kapuas Prima Coal Tbk, Hendra Susanto William mengemukakan, saat ini smelter timbal (Pb) dalam tahap verifikasi oleh Surveyor Indonesia. Progres pembangunannya sudah mencapai 99,28% dan commissioning test dijadwalkan pada akhir semester pertama tahun ini.

Namun emiten berkode saham ZINC di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini belum bisa memastikan jadwal uji coba pengoperasian smelter tersebut. "Kami mengupayakan yang terbaik agar semester 1 2019 sudah bisa beroperasi," ungkap Hendra kepada KONTAN, Senin (25/2).

Dia menjelaskan, smelter ZINC ini merupakan smelter timbal pertama di Indonesia yang direncanakan bisa memproses sekitar 36.000-40.000 ton konsentrat per tahun yang menghasilkan sekitar 20.000 ton timbal bullion (batangan) per tahun. Adapun nilai investasi smelter itu mencapai sekitar US$ 12 juta.

Manajemen ZINC memprediksikan pengoperasian smelter dapat mendorong kinerja perusahaan. "Kami berharap smelter timbal ini dapat memberikan kontribusi laba dengan adanya nilai tambah," ungkap Hendra.

Sementara untuk smelter seng (Zn), ZINC melaporkan bahwa progres pembangunannya baru mencapai 26,21%. Pada tahun ini, kemajuan pembangunannya diharapkan mencapai 50%. "Proses penyelesaiannya ditargetkan akhir tahun 2020," ungkap Hendra.

Nah, manajemen ZINC merencanakan smelter seng ini bisa memproses sekitar 55.000 ton hingga 60.000 ton konsentrat dalam setahun, yang ditargetkan mampu menghasilkan seng bullion hingga 30.000 ton. Adapun nilai investasi smelter tersebut mencapai US$ 30 juta.

Hendra menyebutkan, sejatinya sebesar 100% kebutuhan metal zinc di Indonesia diperoleh melalui impor. Sehingga produksi dalam negeri metal zinc ini diharapkan bisa menekan total biaya produksi untuk kebutuhan domestik.

"Dari sisi bisnis, tentunya akan ada penambahan nilai jual terutama ketika dikonsolidasikan," ungkap dia.

Hendra mengemukakan, pasokan bahan baku untuk kedua smelter tersebut masih akan diisi oleh ZINC. Sedangkan produk olahan ZINC tersebut akan menyasar pasar domestik dan luar negeri.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Bank Mandiri Tanggapi Kabar Pelepasan Saham BSI
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 20:50 WIB

Bank Mandiri Tanggapi Kabar Pelepasan Saham BSI

Bank Mandiri menegaskan bahwa wacana spin off saham BSI tidak ada dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2025 yang telah disampaikan kepada OJK.

Gas Alam Jadi Penyelamat Prospek Emiten Migas di Tengah Tekanan Harga Minyak Dunia
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 20:06 WIB

Gas Alam Jadi Penyelamat Prospek Emiten Migas di Tengah Tekanan Harga Minyak Dunia

Kenaikan harga gas alam ditopang perkiraan cuaca yang lebih dingin dan permintaan gas alam cair (LNG) yang kuat.

WIFI Buka-Bukaan Soal Alasan Menambah Tiga KBLI Baru dalam Usahanya
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 18:26 WIB

WIFI Buka-Bukaan Soal Alasan Menambah Tiga KBLI Baru dalam Usahanya

Penambahan tiga KBLI merupakan bagian dari strategi jangka panjang WIFI dalam memperluas kegiatan usaha dan memperkuat kapabilitas operasional.

Prospek Saham GTSI dan HUMI: Ekspansi Gasifikasi dan Delisting Induk Jadi Katalis
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 17:12 WIB

Prospek Saham GTSI dan HUMI: Ekspansi Gasifikasi dan Delisting Induk Jadi Katalis

GTSI dan HUMI mencatatkan kenaikan harga saham yang cukup signifikan, dipicu sentimen ekspansi bisnis serta rotasi investor dari perusahaan induk.

Sudah Turun 5 Kali, Bank Indonesia (BI) Menahan BI Rate di 4,75% pada Oktober 2025
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 15:40 WIB

Sudah Turun 5 Kali, Bank Indonesia (BI) Menahan BI Rate di 4,75% pada Oktober 2025

Bank Indonesia tetap jaga BI‑Rate di 4,75% pada RDG 21‑22 Okt 2025. Kebijakan ini dukung inflasi rendah & stabilitas rupiah. 

Di Balik Proyek PLTSa: Truk Sampah Akan Makin Ramai hingga Beban PLN Makin Berat
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 13:39 WIB

Di Balik Proyek PLTSa: Truk Sampah Akan Makin Ramai hingga Beban PLN Makin Berat

Jika pembangkit sampah dibangun di dekat pemukiman, ini akan menimbulkan masalah baru. Truk sampah akan melewati komplek dan mengganggu masyarakat

PP Presisi (PPRE) Memperkuat Segmen Bisnis Pertambangan
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 08:00 WIB

PP Presisi (PPRE) Memperkuat Segmen Bisnis Pertambangan

Diversifikasi usaha PPRE kini terfokus pada jasa pertambangan, yang telah menjadi penyumbang dominan terhadap pendapatan konsolidasi perusahaan

Pemerintah Pangkas Tarif Tiket Pesawat saat Nataru
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:46 WIB

Pemerintah Pangkas Tarif Tiket Pesawat saat Nataru

Diskon tarif pesawat berlaku spesifik untuk tiket domestik kelas ekonomi untuk periode penerbangan 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026.

Bisnis Petikemas Entitas Grup Pelindo Tumbuh 15%
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:45 WIB

Bisnis Petikemas Entitas Grup Pelindo Tumbuh 15%

Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan arus petikemas yang konsisten dari tahun ke tahun di seluruh lini operasi perusahaan.

Danantara Siap Merampingkan Jumlah BUMN
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Danantara Siap Merampingkan Jumlah BUMN

Danantara menargetkan pemangkasan jumlah BUMN dari ribuan entitas saat ini menjadi hanya ratusan dalam lima tahun ke depan.  

INDEKS BERITA

Terpopuler