Berita Global

Tidak Risau dengan Inflasi, Bank Sentral Jepang Tetap Mendukung Pelemahan Yen

Kamis, 07 April 2022 | 16:38 WIB
Tidak Risau dengan Inflasi, Bank Sentral Jepang Tetap Mendukung Pelemahan Yen

ILUSTRASI. Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang. 20 Juni 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Kebijakan bank sentral Jepang (BOJ) terhadap pergerakan yen tidak berubah. Asahi Noguchi, salah seorang pengambil kebijakan di BOJ menegaskan manfaat dari pelemahan yen masih lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkannya ke ekonomi Jepang. Noguchi menepis pandangan yang belakangan ini muncul di Jepang, bahwa penurunan yen akan merugikan ekonomi, karena meningkatkan biaya impor.

Tidak seperti negara-negara lain yang risau saat melihat inflasi melonjak, Jepang memiliki tujuan utama untuk mengakhiri deflasi dan menopang inflasi ke tingkat yang lebih diinginkan, kata Noguchi. Untuk mencapai tujuan itu, pelemahan yen lebih sesuai dibandingkan penguatan yen, yang akan menekan harga dan merugikan ekspor, tambahnya.

"Memang benar beberapa sektor bisa menderita dari yen yang lemah. Tapi secara keseluruhan, manfaat dari melemahnya yen lebih besar daripada kerugiannya," kata Noguchi dalam konferensi pers.

Penilaian Noguchi sejalan dengan pernyataan Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda, yang secara konsisten mendengungkan manfaat pelemahan yen, seperti mendorong keuntungan dari bisnis perusahaan Jepang di luar negeri.

Baca Juga: Kejar Target Pengurangan Emisi, China akan Kekang Ekspor Sejumlah Produk Petrokimia

Setelah disambut sebagai dorongan untuk ekspor, yen yang lemah telah menjadi sakit kepala bagi pembuat kebijakan Jepang karena menaikkan biaya impor bahan bakar dan bahan mentah, yang sudah melonjak karena perang di Ukraina.

Beberapa analis dan anggota parlemen menyalahkan kebijakan suku bunga ultra-rendah BOJ untuk memicu penurunan yen yang tidak diinginkan.

Noguchi mengatakan inflasi konsumen inti Jepang mungkin melebihi target 2% bank sentral mulai April karena kenaikan biaya energi dan efek yang menghilang dari pemotongan biaya ponsel di masa lalu.

Tetapi dengan peningkatan yang jelas didorong oleh faktor eksternal daripada pemulihan permintaan domestik, BOJ harus menjaga kebijakan moneter sangat longgar untuk mendukung perekonomian, katanya.

Baca Juga: Akibat Keluar dari Rusia, Penurunan Nilai Aset Shell Naik hingga US$ 5 Miliar

"Jepang tidak mengalami jenis inflasi tinggi seperti yang terlihat di banyak negara lain," kata Noguchi dalam pidato sebelum konferensi pers.

"Di negara yang masih terperosok dalam pola pikir deflasi yang lengket, akan membutuhkan waktu yang signifikan untuk mencapai target inflasi 2% secara stabil dan membenarkan penarikan stimulus," katanya.

Jepang belum kebal dari lonjakan harga bahan bakar dan komoditas dengan inflasi grosir mencapai rekor tertinggi. Analis juga memperkirakan inflasi konsumen akan mencapai atau bahkan melebihi target inflasi 2% BOJ pada awal bulan ini.

Proporsi rumah tangga Jepang yang mengharapkan harga naik satu tahun dari sekarang telah mencapai level tertinggi 14 tahun, survei bank sentral menunjukkan pada hari Kamis, karena tekanan inflasi dari kenaikan biaya bahan baku meningkat.

Terbaru