KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai token buatan Indonesia terus membanjiri pasar kripto. Salah satu yang terbaru adalah token NanoByte (NBT) yang mengusung token kombinasi antara Centralized Finance (CeFi) dan Decentralized Finance (DeFi).
Token NBT yang didukung Sinar Mas Group ini dibangun di atas ekosistem Binance Smart Chain (BSC) dan menggunakan standar BEP-20 dengan total suplai maksimal 10 miliar token. Kehadiran NBT makin meramaikan pasar koin lokal. Ada koin yang cukup familiar untuk trading seperti Tokocrypto Token (TKO) dan Zipmex Token (ZMT).
Selain itu ada koin bertema metaverse seperti Duckieland, hingga token buatan pesohor seperti ASIX yang dikembangkan oleh Anang Hermansyah. Token ASIX saat ini sudah tercatat di Indodax, tapi ternyata belum mendapat izin dari Bappebti.
Baca Juga: Token Kripto Lokal Dinilai Lebih Cocok Untuk Trading Jangka Pendek
Pengamat dan investor aset kripto Vinsensius Sitepu mengatakan, untuk memilih aset kripto buatan Indonesia, investor harus jeli melihat jenisnya. Ia mencontohkan TKO dan ZMT masuk ke kategori exchange native crypto, yang punya fungsi tertentu, seperti mendapatkan kegunaan khusus, diskon biaya trading dan profit perdagangan kripto.
Lalu bila investor ingin membeli token yang menjual fungsi teknologi, investor harus mempertimbangkan investor di balik proyek. Kebanyakan token di luar negeri mendapatkan dana dari perusahaan ventura besar.
Sedang di dalam negeri perusahaan ventura belum melirik token lokal. Token lokal lebih banyak didanai individu, atau dana publik lewat initial coin offering (ICO). Oleh karena itu, Vinsensius menilai token buatan Indonesia lebih menarik digunakan untuk trading jangka pendek.
Co-founder CryptoWatch dan pengelola kanal Youtube Duit Pintar Christopher Tahir menyarankan investor juga melihat likuiditas koin bila ingin menempatkan dana di koin lokal. "Pastikan likuiditas transaksi itu minimal 1.000 kali lipat dari modal yang kita masukkan untuk trading," sarana dia.
Selain itu, token dianggap likuid bila volume perdagangannya setara 2% dari kapitalisasi pasar. Lebih baik bila ada bid dan offer tinggi.
Baca Juga: Melirik Peluang dari Token Kripto Lokal Buatan Indonesia