Trump dan Xi Rujuk, Sejumlah Emiten Kehilangan Penghasilan Tambahan

Selasa, 02 Juli 2019 | 07:10 WIB
Trump dan Xi Rujuk, Sejumlah Emiten Kehilangan Penghasilan Tambahan
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten sempat ketambahan order akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Tapi dalam KTT G20 akhir pekan lalu, Donald Trump dan Xi Jinping sepakat melakukan negosiasi lagi dan menghentikan perang dagang.

Toh, emiten yang meraup berkah dari perang dagang tak khawatir order jadi turun setelah perang dagang mereda. Sekretaris Perusahaan dan Head of Investor Relation PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) Wendy Chandra menyebutkan, perang dagang hanya salah satu peluang.

Wendy yakin order produk WOOD tetap tinggi, lantaran produknya kompetitif. "Bahkan sebelum perang dagang, produk WOOD sudah lebih kompetitif dibanding dengan produk furnitur dari China," ujar dia, Jumat (28/6).

Menurut Wendy, beberapa pembeli dari AS mulai meninggalkan barang impor dari China karena industri kayu Indonesia lebih kompetitif dibanding China. Maklum, China masih mengimpor bahan baku dan mematok UMR lebih tinggi dari Indonesia. China juga lebih fokus ke sektor teknologi, bukan manufaktur, sehingga tak mengganggu industri kayu Indonesia.

Apalagi, menurut Wendy, WOOD juga menjajaki kawasan selain Amerika, yakni Eropa dan Asia. Ia menargetkan pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 3 triliun, dengan kontribusi ekspor di atas 20%. WOOD akan fokus mendorong penjualan produk unggulan yang diekspor ke AS, yakni millwork.

Wendy berharap, distribusi ke AS dapat tumbuh konsisten dan mencapai kapasitas penuh 250 kubik per bulan. Jumlah itu sekitar 50% dari penjualan konsolidasi tahun 2018.

Permintaan tinggi

Wakil Presiden Direktur Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) sekaligus Direktur Utama Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) Suhendra Wiriadinata menyatakan, saat perang dagang berlangsung, Indonesia dianggap sebagai sumber alternatif oleh negara maju. Alasannya, harga produknya kompetitif.

Suhendra mengatakan bahwa selama ini ekspor pulp ke China relatif tidak terganggu. Sedangkan pengiriman produk pulp and paper Grup Sinar Mas ke AS tercatat mengalami kenaikan.

Pada kuartal I-2019, kenaikan ekspor kertas TKIM ke AS mencapai 9%, lebih tinggi ketimbang kenaikan di kuartal I-2018 yang sebesar 4%. Begitu juga INKP yang mencatat kenaikan ekspor ke AS 12% year on year di akhir Maret 2019.

Sementara di Maret 2018, ekspor hanya naik 4%. Suhendra mengakui, kenaikan ini didorong langkah INKP mengisi kekosongan penutupan pabrik kertas di AS.

INKP dan TKIM akan tetap mengantisipasi dampak dari hubungan baru AS-China. Salah satunya dengan memperkuat penjualan, baik untuk domestik dan ekspor. Adapun strategi lainnya, kedua emiten tersebut akan melakukan efisiensi dan menggenjot produktivitas, sehingga dapat meredam masalah global.

Emiten tekstil juga yakin, perdamaian AS dan China tidak serta merta mengganggu penjualan. PT Pan Brothers Tbk (PBRX) optimistis penjualan ke AS tetap tinggi.

Menurut Vice Chief Excecutive Officer Pan Brothers Anne Patricia Sutanto, ekspor PBRX paling banyak ke AS. Namun secara kontingen, Asia turut menjadi wilayah terbesar ekspor. "Ekspor ke kontingen Asia didukung oleh penduduk dan market yang besar," ujar Anne.

Ekspor tekstil Indonesia ke AS cenderung stabil. Persaingan ke depan bisa makin ketat karena beberapa negara di Asia, seperti Vietnam, Bangladesh dan Kamboja, juga berhasil meningkatkan volume pengiriman ke AS.

Anne meyakini, Indonesia masih unggul dari prospek domestik dan ekspor di masa mendatang. "Selain itu juga didukung oleh tenaga kerja yang skillful," jelas dia.

Anne mengakui saat ini sudah kebanjiran pesanan untuk produksi tahun depan dari AS. PBRX kini meningkatkan kapasitas produksi dan digitalisasi, serta membangun tiga pabrik baru untuk memenuhi kenaikan permintaan.

Bagikan

Berita Terbaru

Menakar Untung & Buntung Tawaran Indonesia Untuk Mengimpor Migas Lebih Banyak dari AS
| Selasa, 13 Mei 2025 | 13:03 WIB

Menakar Untung & Buntung Tawaran Indonesia Untuk Mengimpor Migas Lebih Banyak dari AS

Beban yang ditanggung APBN berpotensi makin membengkak jika Indonesia mengimpor migas lebih banyak dari Amerika Serikat.

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton
| Selasa, 13 Mei 2025 | 12:18 WIB

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton

Adapun pasokan cadagan beras pemerintah yang sudah dikuasai oleh Bulog hingga 9 Mei 2025 sudah tembus 3,6 juta ton. 

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:40 WIB

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)

Kontribusi terbesar terhadap penjualan datang dari segmen manufaktur dan retail, yang bersama-sama menyumbang 97% terhadap total penjualan.

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:38 WIB

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (13 Mei 2025) 1 gram Rp 1.884.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  29,93% jika menjual hari ini.

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:15 WIB

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025

ALII memproyeksikan profitabilitas dan volume jasa ALII pada tahun ini bisa meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan  tahun 2024.

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:57 WIB

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande

Sejak 1 Juni 2024 pendaftaran produk yang mengandung omethoate, carbosulfan, dan Methomyl di China ditangguhkan dan produksinya dilarang.

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:23 WIB

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT

Rata-rata margin laba bersih tahun 2025-2029 diprediksi meningkat sebesar 22,10% dibanding posisi per akhir tahun 2024.

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:03 WIB

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut

Belum ada sentimen negatif, harga bitcoin diprediksi masih akan bertahan di kisaran US$ 102.000 hingga US$ 108.000 per btc.

Catur dan Support System
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Catur dan Support System

Pendanaan masih menjadi persoalan klasik di program pembinaan olahraga seperti catur yang merupakan olahraga sejuta umat.

Tarif, Konsumsi dan Sustainability
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Tarif, Konsumsi dan Sustainability

Esensi dari keberlanjutan atau sustainability sebenarnya sederhana yakni mengurangi yang tidak perlu.

INDEKS BERITA

Terpopuler