Uber Ingin Jual Kepemilikan Saham yang Dianggap Tidak Strategis, Termasuk Saham Didii

Rabu, 15 Desember 2021 | 06:54 WIB
Uber Ingin Jual Kepemilikan Saham yang Dianggap Tidak Strategis, Termasuk Saham Didii
[ILUSTRASI. Logo Uber tampil di layar iPad, Taipei, Taiwan, 13 April 2017. REUTERS/Tyrone Siu]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - AUSTIN. CEO Uber Technologies Inc pada Selasa (14/12) mengatakan raksasa ride healing itu tengah mencari untuk menjual saham yang dianggap sebagai investasi non-strategis. Termasuk saham perusahaan transportasi Cina Didi Global Inc.

Dalam acara diskusi dengan para analis saham, Chief Executive Dara Khosrowshahi mengatakan Uber memiliki saham dari sejumlah perusahaan yang baru-baru ini telah go public dan masih tunduk pada periode lock up.

Khosrowshahi mengatakan Uber akan terus memegang beberapa saham karena alasan strategis. Namun ia juga berniat menjual banyak dari mereka, termasuk Didi.

"Saham Didi kami, kami tidak percaya bernilai strategis. Mereka adalah pesaing dan China adalah lingkungan yang cukup sulit dengan transparansi yang sangat sedikit," kata CEO Uber.

Baca Juga: OECD ingatkan arus modal asing berisiko keluar, ini penyebabnya

Khosrowshahi mengatakan perusahaan tidak terburu-buru untuk melepas sahamnya. "Pertaruhan seperti itu yang kami cari untuk dimonetisasi dengan cerdas dari waktu ke waktu," katanya.

Saham Uber naik 4,3% dan ditutup menjadi US$ 37,26 setelah pernyataan Khosrowshahi itu. Dia juga mengatakan Uber pekan lalu mencatat total pemesanan kotor, baik untuk operasi ride-hail maupun pengiriman makanan, yang terbaik dalam periode mingguan sepanjang sejarahnya.

Namun secara keseluruhan, perjalanan ride-hail tetap sekitar 10% di bawah tingkat pra-pandemi, kata CEO.

Uber memiliki sekitar US$ 13,1 miliar dalam investasi di perusahaan lain pada akhir kuartal ketiga, termasuk kepemilikan atas saham Didi senilai US$ 4,1.

Beberapa investor mencemaskan, Uber mengirimkan sinyal yang keliru ke pasar dengan memegang saham pesaing. Bahwa menggunakan uangnya untuk membeli saham perusahaan lain lebih menarik, daripada menggunakan uang tersebut untuk menutup kebutuhan modalnya.

Bisnis operasional Uber di kuartal terakhir untuk pertama kalinya mencapai profitabilitas berdasarkan pendapatan yang disesuaikan. Namun saham Didi memicu kerugian bersih
US$ 2,4 miliar pada kuartal ketiga.

Saham Didi, yang telah diguncang oleh penyelidikan oleh regulator China ke dalam praktik datanya, turun sekitar 53% dari harga IPO 30 Juni.

Baca Juga: Wall Street turun, investor mencermati inflasi dan perkembangan varian Omicron

Di bawah tekanan dari regulator China, Didi awal bulan ini mengatakan akan menarik diri dari bursa saham AS dan mengejar listing di Hong Kong.

Didi dan Uber, keduanya didukung oleh konglomerat Jepang Softbank Group Corp, pada 2016 mencapai kesepakatan di mana Uber keluar dari pasar China dan menjual bisnisnya di China ke Didi dengan imbalan ekuitas.

Uber juga memegang saham di perusahaan pengiriman makanan India Zomato, saingan Asia Tenggara Grab, perusahaan self-driving Aurora Innovation Inc dan lainnya. Grab dan Aurora juga didukung oleh Softbank.

Bagikan

Berita Terbaru

Penambahan Usia Pensiun Menjadi 59 Tahun Memantik Protes Pekerja
| Jumat, 10 Januari 2025 | 17:50 WIB

Penambahan Usia Pensiun Menjadi 59 Tahun Memantik Protes Pekerja

Dengan usia pensiun yang bertambah, pemerintah dinilai bisa lebih leluasa dalam mengelola dana pekerja.

Memulai Ekonomi Inklusif dari Bursa
| Jumat, 10 Januari 2025 | 17:34 WIB

Memulai Ekonomi Inklusif dari Bursa

Hal lebih mendasar adalah menciptakan regulasi proporsional, mendukung persaingan sehat, dan mendorong kepercayaan investor melalui edukasi.

Badai PHK Berlanjut
| Jumat, 10 Januari 2025 | 17:21 WIB

Badai PHK Berlanjut

Jika dibiarkan, berlanjutnya PHK bisa berdampak serius terhadap perekonomian lantaran daya beli masyarakat makin melemah.

InvestHK Siap Membantu Pemerintah Indonesia Untuk Mendirikan Family Office
| Jumat, 10 Januari 2025 | 13:40 WIB

InvestHK Siap Membantu Pemerintah Indonesia Untuk Mendirikan Family Office

Dalam kunjungannya di Indonesia, InvestHK mengaku sudah bertemu dengan Pemerintah Indonesia dan para pengusaha.

Petani Tembakau, Antara Risko Tinggi dan Rezeki yang Memukau
| Jumat, 10 Januari 2025 | 10:00 WIB

Petani Tembakau, Antara Risko Tinggi dan Rezeki yang Memukau

Risiko tinggi tersebut terbayarkan lunas dengan adanya peluang pada saat panen. Ada yang bisa menunaikan ibadah haji. 

Melihat, Meraba dan Mencium, Kunci Menghasilkan Rokok yang Berkualitas
| Jumat, 10 Januari 2025 | 09:52 WIB

Melihat, Meraba dan Mencium, Kunci Menghasilkan Rokok yang Berkualitas

Bila setelah diraba masih ragu, kunci terakhir dalam menentukan kualitas tembakau adalah dengan cara dicium.

Masa Depan Suram Kaum Kerah Biru Saat Kepulan Asap Semakin Berkurang
| Jumat, 10 Januari 2025 | 09:42 WIB

Masa Depan Suram Kaum Kerah Biru Saat Kepulan Asap Semakin Berkurang

Apakah industri tembakau akan "terbakar" menjadi abu? Bagaimana nasib para pekerja seperti Sunarti? Bagaimana nasib keluarga mereka?

Dana Hasil Divestasi Saham RATU Dipakai RAJA Untuk Proyek Pipa BBM Hingga LNG Plant
| Jumat, 10 Januari 2025 | 08:34 WIB

Dana Hasil Divestasi Saham RATU Dipakai RAJA Untuk Proyek Pipa BBM Hingga LNG Plant

PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) merangsek ke bisnis EBT, salah satunya di bisnis PLTS yang berkongsi dengan investor Timur Tengah.

Rezeki Mini dari Makan Bergizi
| Jumat, 10 Januari 2025 | 07:41 WIB

Rezeki Mini dari Makan Bergizi

Saham-saham yang digadang-gadang bakal terkena dampak positif dari program makan bergizi gratis, belum banyak terapresiasi.

Lebih Waspada Usai Masuk Radar Bursa
| Jumat, 10 Januari 2025 | 07:24 WIB

Lebih Waspada Usai Masuk Radar Bursa

Di tengah pergerakan Indeks Saham Gabungan (IHSG) yang tengah lesu, beberapa saham dinilai bergerak di luar kebiasaan

INDEKS BERITA

Terpopuler