Unit Temasek jadi SPAC Pertama yang Catatkan Saham di Bursa Singapura
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Perusahaan cek kosong bermodal cekak yang didukung perusahaan investasi Singapura, Temasek memulai debut di bursa efek negeri pulau itu, Kamis. Vertex Techology Acquisition Corporation Ltd (VTAC) menjadi perusahaan dengan tujuan khusus akuisisi (SPAC) pertama yang melakukan pencatatan saham di bursa Singapura.
Initial public offering (IPO) Vertex terjadi empat bulan setelah Singapore Exchange mengizinkan SPAC, yang juga populer disebut perusahaan cek kosong atau perusahaan cangkang untuk melakukan pencatatan saham. Aturan baru yang lebih longgar itu merupakan tanggapan atas umpan balik dari para pelaku pasar.
Pencatatan saham Vertex di bursa Singapura juga menandai pertama kalinya perusahaan cek kosong merambah Asia. Pencatatan saham SPAC sempat hiruk-pikuk di Amerika Serikat (AS) pada awal 2021, sebelum otoritas negeri itu mengubah aturan.
"Sebagai SPAC pertama di Singapura, kami harus melewati perairan yang sulit dan belum dipetakan," kata Chua Kee Lock, CEO Vertex Venture, anak perusahaan Temasek, pada seremoni pencatatan yang dihadiri eksekutif perusahaan, bankir, dan pengacara. Vertex Venture merupakan sponsor dari VTAC.
Baca Juga: Bursa Hong Kong Terima Pendaftaran Pertama Pencatatan Saham SPAC
Dengan memperhatikan sektor-sektor seperti keamanan siber dan fintech, VTAC mengumpulkan dana SGD 200 juta, atau setara Rp 2,1 triliun lebih. Investor utama, seperti entitas-entitas yang terafiliasi dengan Temasek dan produk yang dioperasikan Dymon Asia, berkontribusi hingga 55%.
Saham VTAC diperdagangkan seharga SGD 5,16 di atas harga saham IPO-nya, yaitu SGD 5 per unit. IPO perusahaan itu sendiri menampung permintaan yang lebih tinggi.
Vertex Venture, sponsor SPAC, mengelola aset senilai $5,1 miliar dengan portofolio lebih dari 200 perusahaan, dan memiliki waktu hingga dua tahun untuk menemukan target.
"Intinya adalah untuk menarik perusahaan teknologi pertumbuhan tinggi yang secara konvensional tidak akan mempertimbangkan pasar ini dan sekarang mereka memiliki sponsor yang dapat mengambil alih risiko juga," kata Chua kepada Reuters minggu ini.
Baca Juga: Kesepakatan Global Tahun Lalu Ingar-Bingar, Laba Kuartal IV Bank of America Melonjak
SPAC mengumpulkan uang dari investor publik melalui penawaran saham, yang kemudian ditemputkan dalam bentuk trust. SPAC emudian mencari perusahaan private untuk dilebur, dan go public. Dengan melebur bersama SPAC, sebuah perusahaan tertutup mendapatkan jalan pintas untuk melakukan pencatatan saham di bursa.
SPAC lain yang merambah Asia saat ini adalah Pegasus Asia. Perusahaan ini mendapat dukungan dari pengelola aset asal Eropa Tikehau Capital serta perusahaan investasi milik petinggi grup LVMH.
Pegasus mengumpulkan dana hingga SGD 150 juta, atau setara Rp 1,6 triliun dan berencana untuk berinvestasi di sektor yang mendukung teknologi. Perusahaan melakukan pencatatan pada Jumat.
Ada juga SPAC yang telah menggalang dana SGD 150 juta, dengan sponsor buyout fund yang berspesialisasi di sektor industri dan teknologi Asia Tenggara, Novo Tellus Capital Partners, unit Temasek dan perusahaan lain. SPAC ini akan melakukan pencatatan saham minggu depan.
Asia Tenggara, rumah bagi Indonesia dan Vietnam yang berkembang pesat, mengalami ledakan dalam pembuatan kesepakatan karena investor bertaruh pada permainan teknologi pasca-pandemi.
SGX menawarkan kerangka peraturan yang serupa dengan yang ada di Amerika Serikat, termasuk mengizinkan partisipasi investor ritel tetapi juga mewajibkan sponsor untuk berinvestasi di SPAC.
Analis mengatakan risiko termasuk SPAC menilai perusahaan terlalu tinggi dan tidak menemukan target yang ideal.
"Meskipun akan selalu ada putaran di pasar, kami percaya kerangka SPAC ada di sini untuk tetap dan melengkapi rute IPO tradisional," Mohamed Nasser Ismail, kepala pasar modal ekuitas di SGX, mengatakan kepada Reuters.
Baca Juga: Wall Street Anjlok Tersengat Lonjakan Imbal Hasil US Treasury
Dengan berfokus pada rekam jejak sponsor, memastikan investasi wajib mereka di SPAC dan mempertahankan uji tuntas dan pengungkapan dalam SPACS yang terdaftar serupa dengan IPO biasa, SGX optimis tentang listing SPAC.
Meskipun dianggap sebagai salah satu pusat keuangan dan bisnis terkemuka di Asia, Singapura belum mampu membukukan IPO bernilai besar. Eng-Kwok Seat Moey, kepala pasar modal DBS, mengatakan SPAC diterima oleh banyak investor sebagai alternatif untuk mendapatkan akses ke perusahaan rintisan yang biasanya memanfaatkan pasar ekuitas swasta.
"Beberapa perusahaan Singapura dan regional dalam pertumbuhan tinggi, sektor teknologi tinggi akan matang untuk listing di pasar publik di tahun-tahun mendatang," katanya, menambahkan bahwa ini akan muncul sebagai target kombinasi bisnis untuk SPAC yang terdaftar di SGX.