Untuk Kedua Kalinya, Pemerintah dan Bank Sentral Jepang Cemaskan Pelemahan Yen

Senin, 13 Juni 2022 | 14:53 WIB
Untuk Kedua Kalinya, Pemerintah dan Bank Sentral Jepang Cemaskan Pelemahan Yen
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Ilustrasi nilai tukar yen terhadap dolar. 28 Februari 2013. REUTERS/Shohei Miyano/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang merisaukan penurunan nilai tukar yen yang drastis dan siap untuk "merespons dengan tepat" jika diperlukan, demikian pernyataan jurubicara Tokyo pada Senin. Ini adalah peringatan terbaru Jepang ke pasar.

Pernyataan itu mengulang pernyataan bersama yang dirilis pemerintah dan bank sentral Jepang pada Jumat lalu. Namun pernyataan pertama itu gagal mencegah yen jatuh hingga ke posisi 135,22 terhadap dolar, yang merupakan level terendah sejak Oktober 1998.

"Penting bahwa nilai tukar mata uang bergerak dengan cara yang stabil, mencerminkan fundamental. Tetapi baru-baru ini ada penurunan tajam yen, yang kami khawatirkan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno dalam konferensi pers terjadwal.

"Kami siap untuk merespons dengan tepat sesuai kebutuhan, sambil berkomunikasi erat dengan otoritas mata uang masing-masing negara."

Baca Juga: Badan Investasi Thailand Resmi Menyetujui Proyek Baterai EV Foxconn US$ 1,04 Miliar

Matsuno menolak berkomentar apakah Tokyo akan melakukan intervensi untuk mengekang penurunan tajam yen.

Tidak seperti bank sentral utama lainnya, yang melakukan kenaikan suku bunga acuan secara agresif untuk mengatasi inflasi, Bank of Japan (BOJ) berulang kali berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga rendah. Posisi bank sentral Jepang memudarkan daya tarik instrumen keuangan Jepang bagi investor.

Divergensi kebijakan yang meningkat itu telah mengirim yen turun lebih dari 15% terhadap dolar sejak awal Maret.

Kepala bank sentral Haruhiko Kuroda juga memperingatkan kerugian dari penurunan yen. Ia mengubah pendirian yang lama dipegangnya, yaitu pelemahan yen secara umum baik untuk ekonomi yang bergantung pada ekspor.

Baca Juga: Supir Truk Mogok Selama Sepekan, Industri Korea Selatan Rugi Lebih dari US$ 1 Miliar

"Penurunan tajam yen baru-baru ini negatif bagi ekonomi Jepang dan karena itu tidak diinginkan, karena menyulitkan perusahaan untuk menetapkan rencana bisnis," ujar Kuroda, gubernur BOJ, di depan parlemen pada Senin.

"BOJ akan berkomunikasi secara dekat dengan pemerintah, dan meneliti dampak pergerakan mata uang terhadap ekonomi dan harga."

Kuroda mengulangi janjinya untuk menjaga kebijakan moneter sangat longgar untuk mendukung ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari pukulan yang ditangani oleh pandemi virus corona.

Yen sempat reli pada Jumat malam setelah pemerintah bersama BOJ mengeluarkan pernyataan. Sesuatu yang jarang terjadi itu dilihat pasar sebagai peringatan terkuat bahwa Tokyo dapat melakukan intervensi untuk mendukung mata uang tersebut. 

Tetapi mata uang kehilangan momentum karena dolar menguat setelah data inflasi AS hari Jumat memperkuat ekspektasi pasar agar Federal Reserve secara agresif menaikkan suku bunga dalam memerangi lonjakan inflasi.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler