Utang Negaranya Jatuh Tempo, Rusia Akan Lebih Paham Ongkos Menyerbu Ukraina Pekan Ini

Sabtu, 12 Maret 2022 | 15:00 WIB
Utang Negaranya Jatuh Tempo, Rusia Akan Lebih Paham Ongkos Menyerbu Ukraina Pekan Ini
[ILUSTRASI. Seorang pria melintas di depan layar display berbagai informasi di kantor Bursa Moskow di Moskow, Rusia, 28 Februari 2020. REUTERS/Maxim Shemetov]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - LONDON. Biaya yang harus ditanggung Rusia atas aksi militer di Ukraina akan menjadi jauh lebih jelas minggu depan. Sepanjang pekan depan, Rusia diproyeksikan akan menyaksikan surat utang negaranya terkena status default.

Biaya lain yang mungkin terlihat pekan depan adalah bank sentral negeri itu harus melakukan berbagai tindakan darurat. Dan yang tak kalah gawat, bursa saham negeri itu yang dijadwalkan buka kembali, terancam rontok.

“Operasi khusus" Moskow di negara tetangga itu, telah memutus akses Rusia ke pasar keuangan global. Sanksi itu mengarahkan Rusia ke krisis ekonomi terburuknya sejak Uni Soviet bubar pada 1991.

Sejarah negeri Rusia bisa menyentuh titik terendahnya yang baru pada Rabu mendatang. Dua obligasi negara dalam denominasi dolar senilai US$ 117 juta akan jatuh tempo. Namun Pemerintah Rusia sudah menyatakan tidak akan membayar dalam dolar. Andaipun ada pelunasan, itu akan dilakukan dalam rubel. Ini berarti utang negara Rusia akan terjeremus ke status default.

Baca Juga: Pemerintah AS Tegaskan Sanksi terhadap Rusia Berlaku juga untuk Transaksi Digital

Secara teknis, masa pelunasan obligasi negara Rusia memiliki masa tenggang selalam 30 hari. Namun pasar keuangan diperkirakan tidak terlalu memperhitungkan klausul itu.

Andai default terjadi, maka ini adalah default pertama yang dialami Rusia sejak terakhir kali negeri itu mengalami wanprestasi, pada revolusi Bolshevik lebih dari seabad yang lalu.

“Bayang-bayang default cukup jelas," kata Roberto Sifon analis top di S&P Global. Rating agency itu baru saja memukul Rusia dengan penurunan peringkat kredit negara terbesar yang pernah ada di dunia.

Memang, raksasa energi yang dikelola negara, Gazprom dan Rosneft telah melakukan pembayaran atas obligasi internasional pada beberapa hari terakhir. Dan sebelum terkena sanksi, Rusia diketahui masih memiliki cadangan devisa sekitar US$ 200 miliar. Namun pasar keuangan global memperkirakan kecil kemungkinan utang negara Rusia dalam dolar akan dilunasi di pekan ini.

Baca Juga: Ditolak China, Rusia Beralih Cari Sumber Suku Cadang Pesawat dari Asia

Ada kejadian penting lain yang kemungkinan terjadi pada Rabu esok. Mengutip sumber-sumbernya di bank sentral dan di bursa efek Moskow, surat kabar keuangan di Rusia Vedomosti memberitakan perdagangan ekuitas dan obligasi lokal yang kini ditangguhkan, akan kembali dilanjutkan.

Pembukaan pasar modal terancam menjadi kacau setidaknya dalam jangka pendek. Perusahaan-perusahaan besar Rusia yang juga terdaftar di pasar London dan New York, telah melihat harga saham-sahamnya di bursa luar negeri merosot hampir ke nol ketika krisis pecah dan sekarang telah dihentikan.

"Ada banyak lembaga keuangan yang mengantongi aset Rusia yang ingin mereka singkirkan, namun mereka tetapi tidak bisa," kata ahli strategi mata uang Rabobank Jane Foley. "Mereka tidak memiliki pilihan nyata selain duduk di atasnya. Tapi itu berarti bahwa ketika mereka diizinkan untuk berdagang, penjualannya bisa sangat persisten." 

Itu tidak akan selesai sampai di situ. Bank sentral Rusia dijadwalkan bertemu pada hari Jumat setelah menaikkan suku bunga lebih dari dua kali lipat menjadi 20% dan membawa kontrol modal yang luas untuk mencoba dan mencegah krisis keuangan besar-besaran.

Bank investasi Barat seperti JPMorgan sekarang memperkirakan ekonomi akan jatuh 7% tahun ini karena kombinasi kekhawatiran bank run, kerusakan sanksi dan lonjakan inflasi instan yang disebabkan oleh penurunan 40% dalam rubel.

Itu dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan 3% di awal tahun. Ini juga berarti penurunan sekitar 12%, yang akan lebih besar dari penurunan 10% dalam krisis rubel 1998, kerugian 11% selama krisis keuangan global dan penurunan 9% dari pandemi Covid-19 .

 Baca Juga: Wall Street: S&P 500 Mencari Arah, Saham Meta dan Krisis Ukraina Menyeret Pasar

"CBR mungkin menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh, itu akan menjadi asumsi paling aman saat ini," kata Arthur Budaghyan, kepala strategi pasar berkembang di BCA Research.

Namun, langkah yang lebih penting pada tahap ini dapat menjadi langkah-langkah pengendalian modal lebih lanjut untuk mencoba dan menjaga sistem keuangan tetap tertutup.

"Memastikan bank dapat berfungsi, tetap dapat memproses pembayaran dan menjaga kredit mengalir ke perekonomian sehingga setidaknya dapat berfungsi dalam beberapa kapasitas jauh lebih penting," kata Budaghyan.

Bagikan

Berita Terbaru

Tidak Hanya Andalkan PPN DTP, MDLN Punya Jurus Pemasaran Menarik Pelanggan
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 21:02 WIB

Tidak Hanya Andalkan PPN DTP, MDLN Punya Jurus Pemasaran Menarik Pelanggan

Lonjakan laba MDLN merupakan hasil dari keberhasilan perusahaan menjalankan program buyback dan exchange offer atas surat utang global.

Seberapa Menarik Prospek Saham BSDE di Tengah Pelemahan Daya Beli
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 20:37 WIB

Seberapa Menarik Prospek Saham BSDE di Tengah Pelemahan Daya Beli

Status BSD City sebagai PSN dan KEK juga semakin memperkuat posisinya sebagai pengembang utama di kawasan Jabodetabek.

BMRI Catat Nilai Transaksi Terbesar Berkat Tiga Crossing, Rekomendasi Buy Mendominasi
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 18:19 WIB

BMRI Catat Nilai Transaksi Terbesar Berkat Tiga Crossing, Rekomendasi Buy Mendominasi

Transaksi dilakukan melalui Maybank Sekuritas Indonesia sebanyak 2.630.700 saham, seharga Rp 4.828 per saham senilai total Rp 12,7 miliar.

Kronologi Dugaan Korupsi Kuota Haji  yang Seret Mantan Menag Yaqut dan Bos Maktour
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 15:02 WIB

Kronologi Dugaan Korupsi Kuota Haji yang Seret Mantan Menag Yaqut dan Bos Maktour

KPK sebut ada perintah atas pembagian kuota tambahan haji 2024 yang menyalahi UU No 8/2019 tentang Haji dan Umrah serta ada unsur timbal balik.   

Melihat Potensi ISAT Membalikkan Kinerja di Paruh Kedua 2025
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 13:15 WIB

Melihat Potensi ISAT Membalikkan Kinerja di Paruh Kedua 2025

PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) berhasil melakukan efisiensi biaya serta menjaga modal usaha.

Profit 24,24% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (13 Agustus 2025)
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:59 WIB

Profit 24,24% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (13 Agustus 2025)

Harga emas batangan bersertifikat di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang 13 Agustus 2025 turun Rp 7.000 per gram ke Rp 1.917.000 per gram.

Membedah Prospek Kinerja Keuangan dan Saham DEWA, Dinaungi Banyak Sentimen Positif
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:33 WIB

Membedah Prospek Kinerja Keuangan dan Saham DEWA, Dinaungi Banyak Sentimen Positif

Meski secara umum masih prospektif, bottomline PT Darma Henwa Tbk (DEWA) di kuartal III-2025 diprediksi bakal tertekan.

Jejak Investor Asing Institusi di Saham AMMN, Dominan Aksi Borong Ketimbang Jual
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:09 WIB

Jejak Investor Asing Institusi di Saham AMMN, Dominan Aksi Borong Ketimbang Jual

Sejak listing hingga saat ini, Vanguard Group Inc., menjadi investor asing institusi yang paling banyak menggenggam saham AMMN.

IHSG Hampir 7.800, Market Cap Bursa Mencetak Rekor
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 07:41 WIB

IHSG Hampir 7.800, Market Cap Bursa Mencetak Rekor

Pada akhir perdagangan Selasa (12/8) kapitalisasi pasar IHSG menembus Rp 14.103 triliun. Padahal, IHSG belum melewati rekor tertinggi di 7.910.

BEI Mempertanyakan Kinerja, Begini Jawaban Emiten Haji Isam
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 07:02 WIB

BEI Mempertanyakan Kinerja, Begini Jawaban Emiten Haji Isam

Manajemen PGUN menegaskan, tidak terdapat perubahan volume dan harga jual CPO signifikan sebelum kenaikan harga saham PGUN.

INDEKS BERITA

Terpopuler