Utang Sulit Dikekang

Selasa, 19 Agustus 2025 | 06:14 WIB
Utang Sulit Dikekang
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Adi Wikanto. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Adi Wikanto | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang kembali menjadi strategi pemerintah. Padahal, utang pemerintah sudah menggunung. Merujuk dokumen Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, Pemerintah Indonesia berencana menarik utang baru sebesar Rp 781,87 triliun tahun depan. Data ini melanjutkan tren utang yang terus meningkat dari Rp 696 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 404 triliun (2023), Rp 558,1 triliun (2024), dan 2025 Rp 715,5 triliun (outlook). Tak heran, jumlah utang pemerintah pun terus bertambah menjadi Rp 9.105 triliun per April 2025, naik dari posisi akhir 2024 sebesar Rp 8.680 triliun. 

Salah satu yang harus diwaspadai adalah beban pembayaran utang (pokok dan utang) semakin berat. Beban pembayaran utang diproyeksikan mencapai Rp 1.433,4 triliun pada 2026, meningkat dari Rp 1.352,5 triliun pada 2025. Rinciannya: utang pokok jatuh tempo sebesar Rp 833,96 triliun; beban bunga utang Rp 599,44 triliun.

Beban bunga utang tersebut setara dengan hampir seperempat penerimaan perpajakan, dan sekitar 19%–22 % dari APBN. Artinya, APBN sudah digembosi oleh beban utang pemerintah. 

Akibatnya, anggaran negara untuk pendanaan infrastruktur, kesehatan, atau kesejahteraan sosial semakin terbatas. Oleh karena itu jangan heran jika kesenjangan sosial dan ekonomi tahun depan masih tinggi karena anggaran yang sedianya untuk pemerataan pembangunan dan kemajuan sosial, tersedot pembayaran bunga utang. Tren kenaikan utang pemerintah juga memperlemah daya tahan fiskal. Dengan utang yang terus naik dan rasio terhadap PDB sudah mendekati batas "aman", ruang fiskal semakin sempit. Kemungkinan pada masa depan, pemerintah semakin bergantung pada utang baru untuk membayar utang lama. Jelas, generasi mendatang akan semakin terbebani.

Tak hanya itu, perekonomian nasional juga akan semakin rentan oleh risiko eksternal. Jika suku bunga global naik atau rupiah melemah, biaya utang dan beban bunga bisa melejit. Ujung-ujungnya, tekanan di APBN semakin besar. 

Utang adalah komponen penting untuk menjaga pertumbuhan perekonomian. Namun jangan biarkan utang semakin menggunung dan membebani. Pemerintah wajib memperketat pengelolaan utang. Efisiensi, restrukturisasi utang, diversifikasi penerimaan negara serta membatasi ketergantungan pada utang asing berbunga tinggi wajib dilakukan agar utang tak berdampak negatif.

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA

Terpopuler