Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 3

Senin, 04 April 2022 | 05:00 WIB
Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 3
[ILUSTRASI. Lukas Setia Atmadja. KONTAN/Baihaki/12/5/2015]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Nama Lo Kheng Hong (LKH) sudah tidak asing lagi di pasar saham dalam negeri. Lantaran dikenal mumpuni dalam berinvestasi saham, banyak orang penasaran dengan gaya investasi pria ini.

Artikel in berisi tanya jawab dengan Lo Kheng Hong sekitar topik seni berinvestasi saham dengan gaya value investing. Sebagian pertanyaan berasal dari investor saham peserta sejumlah webinar yang diselenggarakan oleh penulis.

 

Investor: Kalau anak-anak Pak Lo tidak mau jadi profesional yang bekerja untuk perusahaan orang lain, maunya jadi investor full-time di rumah, apakah Pak Lo akan mengizinkan atau mendorong mereka untuk berkarir dulu sebagai profesional?

Lo Kheng Hong (LKH): Saya akan melihat situasinya. Kalau anak saya memang punya passion yang tinggi sehingga bisa berhasil menjadi seorang investor saham, ya, tidak apa-apa. Tetapi kalau seperti putra sulung saya, dia malah passion-nya di bidang teknologi. Jadi dia bekerja di sebuah perusahaan informasi teknologi (IT). Betul-betul bukan karena dilahirkan, karena bapaknya, kan, gaptek. Dia seorang yang dibentuk, bukan dilahirkan.

Dia bisa mendapatkan sertifikat dari Cisco, data center, tanpa kursus. Dia ikut ujian bisa lulus. Dia memang punya passion di situ, tentu saya tidak bisa memaksa. Biar dia melakukan apa yang dia sukai agar hidupnya tiap hari happy. Karena seperti tadi saya katakan, kalau seseorang melakukan apa yang dia sukai, uang bisa datang menghampiri dia.

Baca Juga: Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 2

Investor: Terkait soal teknologi, akhir-akhir ini dari AS, Warren Buffet ada investasi juga di saham teknologi, seperti Apple. Dari perspektif Pak LKH, apa mungkin di waktu mendatang kalau sudah memahami bisnisnya, sudah melihat ada value di sana, apa mungkin Pak LKH berinvestasi juga di saham teknologi?

LKH: Sampai saat ini saya belum menemukan perusahaan yang bagus dan murah. Pertama, saya, kan, orang yang konservatif. Anda mungkin enggak tahu kalau saya mengetik di komputer saja enggak bisa, karena waktu saya kuliah dulu belum ada komputer. Saya juga enggak mau belajar, karena enggak ada kebutuhan. Webinar malam ini bisa berlangsung karena bantuan anak saya. Jadi saya bukan orang yang paham teknik.

Kedua, tentu saja perusahaan teknologi itu mahal-mahal harga pasarnya. Anda bisa lihat saham-saham yang saya pegang price-to-book value di bawah 1 semua. Jadi enggak mungkin saya membeli saham yang PBV-nya begitu tinggi.

Saya enggak mungkin mengubah-ubah gaya investasi saya, karena saya sudah mendapat hasil besar dengan strategi saya sekarang. Nanti kalau terjadi crash, atau harga saham jatuh dalam, baru menyesali mengapa membeli saham bervaluasi mahal. Membeli saham-saham yang valuasinya mahal tidak ada margin of safety. Saya selalu membeli saham dengan margin of safety yang besar.

Investor: Kalau orang bilang, Warren Buffet punya gaya value investing seperti Benjamin Graham dan juga growth investing seperti Philip Fisher. Ada juga value growth investing seperti Peter Lynch. Mereka semuanya sukses. Pertanyaannya, mengapa Pak LKH pilih value investing? Kenapa tidak growth investing?

LKH: Kalau saya beli PT Global Mediacom Tbk (BMTR), bukankah termasuk growth company? Growth company adalah perusahaan yang bertumbuh. Kalau BMTR bukan perusahaan bertumbuh, mana bisa jadi perusahaan media terbesar di Indonesia?

Kalau saya punya saham PT Gajah Tunggal Tbk, apakah perusahaannya itu tidak bertumbuh? Kalau tidak bertumbuh, mana bisa jadi pabrik ban terbesar di Asia Tenggara? Siapa bilang perusahaan yang saya pegang tidak bertumbuh? Coba lihat saham-saham perusahaan yang saya beli, apakah tidak bertumbuh?

Baca Juga: Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab

INVESTOR: Maksud saya lebih ke penekanannya, kalau Pak Lo kan lebih cari price to book value (PBV) yang di bawah 1 kali, bahkan kalau perlu di bawah 0,5 kali. Kalau kita lihat perusahaan tertentu kan ada ekspektasi pertumbuhannya yang tinggi sehingga Warren Buffet mengkategorikannya sebagai wonderful company. Jadi, lebih ke mengapa Pak LKH memilih value investing?

LKH: Saya pilih value investing artinya saya membeli yang harga pasarnya jauh lebih murah dari nilai intrinsik perusahaan. Jika ada harga diskon untuk perusahaan yang bagus, tentu saya membeli perusahaan itu karena memberikan margin-of-safety yang besar.

Warren Buffet pernah bilang "Jangan pernah rugi". Kalau kamu berinvestasi, nomor 1, jangan pernah rugi. Nomor 2 balik lagi, jangan pernah rugi. Kalau kita enggak mau rugi, harus punya margin-of-safety yang besar. Buat kita, yang pertama harus aman dulu, jangan sampai rugi.

Saya juga mau beli wonderful company asal harga masih menarik, memberikan margin of safety besar. Jadi saya konsisten menerapkan strategi lama, membeli saham bagus dengan price-to-book rendah, price earnings ratio rendah.

Ini untuk keamanan uang saya, supaya uang saya tidak hilang dulu. Jadi bukan berpikir berapa untung yang akan saya dapat, tapi berpikir berapa selamatnya uang saya? Jadi saya tidak memasuki investasi yang high risk, high gain. Tapi low risk, high gain.

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:31 WIB

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin

BI rate turun agresif, tapi bunga kredit masih tinggi. Transmisi kebijakan moneter ke perbankan berjalan lambat pada tahun ini.

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:21 WIB

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun

Penurunan dana ETF kripto belakangan ini juga lebih mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang akhir tahun.

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:55 WIB

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar

Bisnis wealth management atau pengelolaan dana nasabah tajir perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif.​

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:50 WIB

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah

​Permintaan kredit perbankan di segmen debitur korporasi masih lemah karena pelaku usaha korporasi masih wait and see

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:30 WIB

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah

Untuk memuluskan agenda ekspansi, SPMA bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Oktober 2025. ​

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:20 WIB

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut

Inisiatif tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi pelaku usaha sekaligus memastikan pengelolaan SDA dilakukan secara bertanggung jawab.

Produsen Optimistis Bisa Capai Target
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:16 WIB

Produsen Optimistis Bisa Capai Target

Asus Indonesia sangat optimistis dapat menuntaskan target penjualan 1 juta unit laptop hingga akhir 2025,

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:14 WIB

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser

Perubahan strategi gerai cepat saji yang kini lebih banyak bermigrasi ke lokasi suburban dan food court

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:11 WIB

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang

Industri udang nasional terdampak tarif tinggi Trump dan isu pencemaran radioaktif sehingga mengguncang ekosistem udang dari hulu hingga hilir

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:07 WIB

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar

Bagi perusahaan yang mengekspor produk olahan seperti ferronickel dan stainless steel, aturan sekarang cukup memberatkan.

INDEKS BERITA