Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 2

Senin, 07 Maret 2022 | 06:20 WIB
Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 2
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Nama Lo Kheng Hong sudah tidak asing lagi di pasar saham dalam negeri. Lantaran dikenal mumpuni dalam berinvestasi saham, banyak orang penasaran dengan gaya investasi pria ini.

Artikel in berisi tanya jawab dengan Lo Kheng Hong sekitar topik seni berinvestasi saham dengan gaya value investing. Sebagian pertanyaan berasal dari investor saham peserta sejumlah webinar yang diselenggarakan oleh penulis.

Investor: Jika saya melihat saham yang Bapak pilih, beberapa di antaranya memiliki rasio utang (debt to equity ratio atau rasio utang terhadap ekuitas) yang besar. Bagaimana cara menilai perusahaan tersebut berpotensi gagal bayar?

Lo Kheng Hong (LKH): Beberapa perusahaan yang saya beli punya utang yang besar relatif terhadap ekuitasnya. Tapi selama ini saya lihat belum pernah terjadi gagal bayar. Seperti PT Gajah Tunggal, Tbk (GJTL) juga punya utang besar dari saya pernah beli di 2005. Enam belas tahun lalu saya pernah punya sahamnya, sampai sekarang utangnya tidak banyak berkurang. Tapi saya lihat, perusahaan ini tidak pernah gagal bayar.
Saya membeli Gajah Tunggal karena di tahun 2005 harga sahamnya Rp 500. Tahun 2020, lima belas tahun kemudian, harganya masih Rp 500, ya sudahlah saya beli saja. Saya beli saham ini dan dalam waktu singkat sudah dapat 5% lebih. Kalau kita lihat nilai buku per sahamnya sekitar Rp 1.900. Gajah Tunggal adalah pabrik ban terbesar di Asia Tenggara, price-to-book hanya 0,4 kali. Sedang kalau kita lihat MASA, pabrik ban yang lebih kecil, price-to-book sudah 4 kali.

Investor: Terkait psikologis, melihat dari Januari ke Juli 2021, IHSG cukup fluktuatif, dari 6.000 naik ke 6.400, kembali ke 6.000. Sebagian investor ada yang sudah floating profit tapi belum jual karena belum sampai target harga. Sekarang harganya kembali ke harga beli. Di sisi lain ada beberapa value stock seperti PNLF, harganya belum naik. Bagaimana cara tetap sabar dan berani memegang saham tersebut? Pada saat yang sama, banyak saham yang sudah overpriced malah naik terus dengan cepat. Bagaimana bisa memegang saham untuk waktu yang panjang?

LKH: Saham yang sudah mahal tapi naik terus itu bukan tipe saham saya. Saham mahal yang naik terus itu untuk orang lain. Saya tetap konsisten memegang saham yang saya yakini bagus dan murah. Saya tetap pegang saham saya karena saya punya satu keyakinan, tidak ada perusahaan yang bagus dan murah yang selamanya tidak naik. Dengan kata lain, saya tetap yakin bahwa saham perusahaan yang bagus dan murah suatu hari pasti akan naik, entah kapan naiknya.

Investor: Pak Lo pernah bekerja di bank selama tujuh tahun. Apakah pengalaman kerja ini membantu menjadi investor yang sukses?

LKH: Tentu saja. Tujuh tahun bekerja di bank tentu banyak pelajaran yang saya dapat. Ketika saya memberikan fasilitas kredit kepada nasabah tentu ada analisis. Saat membeli perusahaan publik, analisisnya hampir sama seperti saat kita memberikan fasilitas kredit. Kita melihat likuiditas perusahaan, solvabilitasnya, rentabilitasnya, kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maupun kemampuan pengembaliannya. Ketika saya bekerja di bank, saya belajar menjadi orang yang teratur dan disiplin. Setiap hari harus masuk kantor, berangkat pagi pulang sore. Juga belajar jadi orang jujur. Kan enggak bisa kerja di bank kalau saya tidak jujur, bisa dipecat. Saya menjadi orang yang sangat hati-hati. Jadi banyak manfaat bekerja di bank untuk diri saya.

Investor: Momen apa yang menjadi titik balik dalam perjalanan investasi Pak Lo? Kapan bapak akhirnya meyakini bahwa investasi saham adalah yang terbaik?

LKH: Mungkin sepertinya tahun 1998 saat berinvestasi di saham PT United Tractors Tbk (UNTR). Saat itu saham-saham di Bursa Efek Jakarta mengalami crash. Saya beli saham UNTR di harga Rp 250 dengan modal Rp 1,5 miliar.
Setahun kemudian saya ke Singapura dengan teman saya. Dia ingin menyekolahkan anaknya di Malaysia. Ketika itu di hotel saya bercerita kepada dia kalau saya punya uang Rp 10 miliar, saya akan berhenti jadi seorang investor saham. Waktu itu saham UNTR harganya Rp 400. Saya anggap bursa saham seperti suatu hal yang tidak baik. Saya takut jika punya Rp 10 miliar dari saham UNTR, bisa hilang lagi jika harga turun. Tapi setelah untung Rp 10 miliar, masih naik terus.Akhirnya saya malah untung sekitar Rp 100 miliar dari saham UNTR dan saya tidak meninggalkan dunia saham. Hingga untung Rp 1 triliun dari investasi saham, saya juga belum berhenti berinvestasi saham. Bahkan sekarang saya berpikir akan menjadi investor saham sampai saya dipanggil Tuhan.

Bagikan

Berita Terbaru

Lonjakan Saham Properti Happy Hapsoro; BUVA, UANG & MINA, Fundamental atau Euforia?
| Minggu, 16 November 2025 | 11:00 WIB

Lonjakan Saham Properti Happy Hapsoro; BUVA, UANG & MINA, Fundamental atau Euforia?

Saham UANG, BUVA, MINA melonjak karena Happy Hapsoro. Pelajari mana yang punya fundamental kuat dan potensi pertumbuhan nyata.

Strategi Natanael Yuyun Suryadi, Bos SPID :  Mengadopsi Strategi Value Investing
| Minggu, 16 November 2025 | 09:24 WIB

Strategi Natanael Yuyun Suryadi, Bos SPID : Mengadopsi Strategi Value Investing

Natanael mengaku bukan tipe investor yang agresif.  Ia memposisikan dirinya sebagai investor moderat.

Multi Bintang Indonesia (MLBI) Menebar Dividen Interim Rp 400,3 Miliar
| Minggu, 16 November 2025 | 09:11 WIB

Multi Bintang Indonesia (MLBI) Menebar Dividen Interim Rp 400,3 Miliar

Total nilai dividen yang sudah ditentukan ialah Rp 400,33 miliar. Jadi dividen per saham adalah Rp 190.

BUMI Menerbitkan Obligasi Rp 780 Miliar, Simak Penggunaannya
| Minggu, 16 November 2025 | 09:02 WIB

BUMI Menerbitkan Obligasi Rp 780 Miliar, Simak Penggunaannya

Sekitar Rp 340,88 miliar atau A$ 31,47 juta untuk pemenuhan sebagian dari kewajiban pembayaran nilai akuisisi terhadap Jubliee Metals Limited.

Rencanakan Liburan dengan Matang biar Kantong Tak Kering
| Minggu, 16 November 2025 | 09:00 WIB

Rencanakan Liburan dengan Matang biar Kantong Tak Kering

Berlibur jadi kegiatan yang kerap orang lakukan di akhir tahun. Simak cara berlibur biar keuangan tetap sehat.

Ketika Dana Kelolaan Reksadana (AUM) Mencapai All Time High
| Minggu, 16 November 2025 | 08:52 WIB

Ketika Dana Kelolaan Reksadana (AUM) Mencapai All Time High

Pertumbuhan dana kelolaan ini mencerminkan kepercayaan investor yang pulih setelah masa sulit pasca-pandemi.

Kinerja Saham Emiten Grup Bakrie Beterbangan, Hati-Hati Sebagian Cuma Ikut-ikutan
| Minggu, 16 November 2025 | 07:54 WIB

Kinerja Saham Emiten Grup Bakrie Beterbangan, Hati-Hati Sebagian Cuma Ikut-ikutan

Sebagian emiten Grup Bakrie masih berada di Papan Pemantauan Khusus (PPK) dan harga sahamnya berada di bawah gocap. 

Saham BRIS Masih Gamang Diombang-Ambing Sentimen Pindah ke Pangkuan Danantara
| Minggu, 16 November 2025 | 07:37 WIB

Saham BRIS Masih Gamang Diombang-Ambing Sentimen Pindah ke Pangkuan Danantara

Ketidakpastian spin off BRIS dari Bank Mandiri ke Danantara memicu volatilitas dan kekhawatiran sebagian pelaku pasar.

Kinerja Emiten Emas Makin Bernas
| Minggu, 16 November 2025 | 07:14 WIB

Kinerja Emiten Emas Makin Bernas

Tren positif harga emas diprediksi masih akan berlanjut hingga tutup tahun 2025 dan mendorong kinerja emiten emas

IHSG Sepekan Lalu Melemah, Pasar Masih Wait and See
| Minggu, 16 November 2025 | 07:12 WIB

IHSG Sepekan Lalu Melemah, Pasar Masih Wait and See

Sepekan terakhir, IHSG turun 0,29%, kendati asing cenderung mencatatkan nilai beli bersih (net buy).

INDEKS BERITA

Terpopuler