Wilmar Cahaya Indonesia (CEKA) Membidik Pertumbuhan 5% di Tahun ini

Rabu, 26 Juni 2019 | 08:58 WIB
Wilmar Cahaya Indonesia (CEKA) Membidik Pertumbuhan 5% di Tahun ini
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk mengejar pertumbuhan kinerja keuangan maupun produksi 5% sepanjang tahun ini. Salah satu strategi mereka adalah merambah segmen pasar baru dari sektor usaha kecil menengah.

Kelak, Wilmar Cahaya bakal mendistribusikan produk ke pasar tradisional. Segmen anyar itu melengkapi daftar pelanggan terdahulu yakni perusahaan industri makanan dan minuman dengan skala cukup besar. "Kami kan bukan jual barang jadi, tapi bahan baku, sehingga kami akan terus mencari pelanggan baru," ujar Hairuddin Halim, Direktur PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, Selasa (25/6).

Tahun ini Wilmar Cahaya juga berniat lebih getol bersinergi dengan perusahaan lain di bawah payung Grup Wilmar International Limited. Kerjasama dengan perusahan afiliasi antara lain mencakup pembelian atau penjualan bahan baku, bahan pembantu serta produk turunan.

Asal tahu, Wilmar Cahaya memproduksi minyak nabati dan minyak nabati spesialitas (MNS). Perusahaan bekode sama CEKA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menggunakan bahan baku minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit atawa palm kernel.

Mengintip materi paparan publik Juni 2019, Wilmar Cahaya menyuling 287.311 metrik ton minyak sepanjang tahun lalu. Perinciannya, 68.483 produksi pabrik Cikarang Jawa Barat dan 218.828 metrik ton produksi pabrik Pontianak Kalimantan Barat. Dengan target pertumbuhan 5% tahun ini, artinya mereka membidik volume penyulingan minyak sekitar 301.676 metrik ton.

Pabrik Cikarang memiliki kemampuan penyulingan 210 metrik ton per hari sedangkan pabrik Pontianak punya kemampuan 650 metrik ton per tahun. Selain penyulingan, masing-masing pabrik memiliki kemampuan lain seperti fraksinasi, hidrogenasi dan penghancuran inti sawit.

Sementara penjualan bersih CEKA tahun 2018 mencapai Rp 3,63 triliun. Alhasil, target pertumbuhan 5% tahun ini setara dengan penjualan sebesar Rp 3,81 triliun. Namun CEKA sadar jika perjalanan bisnis 2019 penuh tantangan. Persaingan pasar yang semakin ketat mendorong mereka untuk selalu menjaga kualitas produksi. Pada saat yang sama, perusahaan itu mesti menghemat biaya operasional.

Tantangan lain seperti potensi berkurangnya daya serap pasar minyak tengkawang. Ada pula risiko perubahan kebijakan pemerintah terhadap harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, batubara, dan gas.

Sementara rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) kemarin (25/6) menyetujui pembagian dividen dari laba tahun buku 2018 kepada pemegang saham sebesar Rp 100 per lembar saham. "Totalnya Rp 59,5 miliar atau sekitar 64% dari laba tahun lalu," tutur Hairuddin.

Tahun lalu, CEKA meraih laba tahun berjalan Rp 92,65 miliar atau turun 13,75% year on year (yoy). Penurunan laba sejalan dengan penyusutan penjualan bersih 14,79% yoy. RUPST kemarin juga menyetujui pengunduran diri Hendri Saksti dari jabatan presiden komisaris.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Menakar Prospek Kinerja Keuangan serta Saham AADI dan ADMR Sepanjang 2025
| Rabu, 07 Mei 2025 | 09:42 WIB

Menakar Prospek Kinerja Keuangan serta Saham AADI dan ADMR Sepanjang 2025

Curah hujan yang tak lagi setinggi di kuartal I-2025 bisa membantu menopang kinerja operasional ADMR dan AADI.

Stock Pick BRI Danareksa Sekuritas Hari ini (7 Mei): MDKA, RAJA, DEWA dan JSMR
| Rabu, 07 Mei 2025 | 09:06 WIB

Stock Pick BRI Danareksa Sekuritas Hari ini (7 Mei): MDKA, RAJA, DEWA dan JSMR

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguji resistance pentingnya hari ini, Rabu (7/5) di kisaran 6.875–6.950.

Profit 36,95% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang (7 Mei 2025)
| Rabu, 07 Mei 2025 | 08:39 WIB

Profit 36,95% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang (7 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (7 Mei 2025) 1 gram Rp 1.956.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 36,95% jika menjual hari ini.

Usai Terkoreksi, Investor Kembali Memburu Logam Mulia
| Rabu, 07 Mei 2025 | 08:25 WIB

Usai Terkoreksi, Investor Kembali Memburu Logam Mulia

Para investor memanfaatkan momentum koreksi harga yang terjadi beberapa waktu terakhir untuk memborong saat harga turun alias bargain hunting

Rajin Ekspansi, Prospek RS SIloam (SILO) Lebih Sehat
| Rabu, 07 Mei 2025 | 08:19 WIB

Rajin Ekspansi, Prospek RS SIloam (SILO) Lebih Sehat

PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) akan membeli 14 rumah sakit milik First REIT dengan pinjaman sindikasi

Mengurai Faktor Pendorong Harga Saham KLBF, dari Aksi Blackrock Hingga Dividen
| Rabu, 07 Mei 2025 | 08:19 WIB

Mengurai Faktor Pendorong Harga Saham KLBF, dari Aksi Blackrock Hingga Dividen

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 22 Mei 2025.​

Menjaga Daya Tahan Pasar Saham Indonesia di Sepanjang Tahun 2025
| Rabu, 07 Mei 2025 | 08:13 WIB

Menjaga Daya Tahan Pasar Saham Indonesia di Sepanjang Tahun 2025

Kebijakan trading halt sebenarnya bagus, menghindari kepanikan massal dan memberikan waktu investor mengambil keputusan d lebih rasional.

Waspada, Sambil Berharap Bahan Bakar Pendorong Bursa Saham Tetap Menyala
| Rabu, 07 Mei 2025 | 07:37 WIB

Waspada, Sambil Berharap Bahan Bakar Pendorong Bursa Saham Tetap Menyala

Penguatan indeks berlawanan arah dengan data ekonomi dalam negeri yang menunjukkan perlambatan.Investor harus tetap mewaspadai pembalikan arah.

Pergerakan Kurs Rupiah Menanti Hasil Rapat The Fed
| Rabu, 07 Mei 2025 | 07:05 WIB

Pergerakan Kurs Rupiah Menanti Hasil Rapat The Fed

Pelemahan  rupiah sejalan sentimen perlambatan ekonomi domestik. "Namun, pelemahan rupiah tertahan di sesi kedua,

Jenuh Beli dan Sudah Naik Tinggi, Hari Ini Rabu (7/5), IHSG Rawan Terkoreksi
| Rabu, 07 Mei 2025 | 06:47 WIB

Jenuh Beli dan Sudah Naik Tinggi, Hari Ini Rabu (7/5), IHSG Rawan Terkoreksi

IHSG di area jenuh beli (overbought), berarti sudah naik cukup tinggi dalam waktu singkat. Jadi ada kemungkinan terkoreksi dalam waktu dekat.

INDEKS BERITA

Terpopuler