Yen Melemah, Jepang Cetak Defisit Perdagangan Terbesar Sejak 2014

Kamis, 16 Juni 2022 | 12:02 WIB
Yen Melemah, Jepang Cetak Defisit Perdagangan Terbesar Sejak 2014
[ILUSTRASI. Pelabuhan industri di Tokyo, Jepang, 23 Mei 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Defisit perdagangan Jepang untuk sebulan pada Mei mencetak angka tertinggi selama lebih dari delapan tahun terakhir. Kenaikan harga komoditas dan penurunan nilai tukar yen membengkakkan impor, mengaburkan prospek ekonomi negara itu.

Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menghadapi tantangan terbesar akibat defisit perdagangan yang melonjak yang diakibatkan penurunan yen dan lonjakan biaya bahan bakar serta bahan baku.

Impor pada Mei melonjak hingga 48,9% dalam basis tahunan, demikian data yang dipublikasikan Kementerian Keuangan Jepang pada pada Kamis. Angka itu di atas rata-rata perkiraan pasar dalam jajak pendapat Reuters, yaitu meningkat 43,6% 

Peningkatan impor jauh di atas kenaikan ekspor sebesar 15,8% year-on-year di bulan yang sama. Selisih itu mengakibatkan defisit perdagangan senilai 2,385 triliun yen ($17,80 miliar), yang merupakan nilai defisit terbesar dalam satu bulan sejak Januari 2014.

Baca Juga: Stok Bensin Tipis di Pasar, Biden Tuntut Perusahaan-perusahaan Minyak Beri Penjelasan

"Pelemahan yen merupakan faktor utama di balik kenaikan impor," kata Harumi Taguchi, ekonom utama di S&P Global Market Intelligence.

"Tetapi akan ada jeda sebelum menguntungkan ekspor," katanya, menambahkan bahwa pengiriman AS dan China menghadapi kendala pasokan suku cadang dan penguncian ketat virus corona di China.

Defisit perdagangan di Mei yang merupakan angka bulanan terbesar kedua yang pernah tercatat, memperpanjang tren defisit bulanan hingga 10 bulan berturut-turut. Angka itu lebih besar daripada kesenjangan sebesar 2,023 triliun yen, seperti yang didapatkan dalam jajak pendapat Reuters.

Berdasarkan wilayah, ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, menyusut 0,2% dalam 12 bulan hingga Mei karena pengiriman mesin dan peralatan transportasi yang lebih lemah ke negara tersebut.

Baca Juga: IEA Prediksi Pendapatan Minyak Rusia Bulan Mei Meningkat, Diuntungkan Kenaikan Harga

Pengiriman menuju Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia, naik 13,6% di bulan Mei, berkat ekspor mesin dan bahan bakar mineral yang lebih kuat, meskipun ekspor kendaraan bermotor turun.

"Sulit untuk mengharapkan kenaikan besar dalam ekspor bahkan jika yen yang lemah membawa beberapa keuntungan, sehingga ekspor tidak mungkin menurunkan defisit perdagangan," kata Atsushi Takeda, kepala ekonom di Itochu Economic Research Institute.

Impor keseluruhan didorong kuat oleh pengiriman minyak yang lebih besar dari Uni Emirat Arab dan batu bara dan gas alam cair dari Australia, data menunjukkan.

Meskipun ekonomi Jepang diperkirakan akan tumbuh 4,1% tahunan pada kuartal ini karena pandemi virus corona memudar, penurunan yen mengancam akan melukai sentimen konsumen karena biaya bahan bakar dan makanan yang lebih tinggi menimbulkan rasa sakit pada rumah tangga.

Hampir setengah dari perusahaan Jepang melihat yen yang lemah sebagai hal yang buruk untuk bisnis mereka, sebuah survei swasta menunjukkan minggu ini, menunjukkan penurunan mata uang melukai sentimen bisnis.

Bagikan

Berita Terbaru

Relaksasi Jemaah dan Petugas Haji Daerah Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:30 WIB

Relaksasi Jemaah dan Petugas Haji Daerah Bencana

Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) menunda proses PPIH di daerah bencana serta memberikan relaksasi pembayaran haji bagi warga terdampak.

Bantuan Internasional Belum Dibuka
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

Bantuan Internasional Belum Dibuka

Proses rehabilitasi bencana dan banjir yang terjadi di tiga provinsi di Sumatra berlangsung selama 100 hari.

Dramatisasi Pemberantasan Korupsi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

Dramatisasi Pemberantasan Korupsi

Bukannya memicu gerakan antikorupsi, dramatisasi justru melemahkan semangat publik untuk ikut memberantas korupsi.

Danantara Membenahi Subsidi dan Kompensasi BUMN
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

Danantara Membenahi Subsidi dan Kompensasi BUMN

Danantara akan mengubah skema biaya di sejumlah BUMN yang menerima program subsidi serta kompensasi.

Transaksi Harbolnas 2025 Bisa Tembus Rp 35 Triliun
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

Transaksi Harbolnas 2025 Bisa Tembus Rp 35 Triliun

Pesta belanja dan diskon tahunan yakni Harbolnas 2025 bakal berlangsung di periode10 - 16 Desember 2025.

IHSG Cetak Rekor Penutupan Tertinggi, Simak Peluang Investor Jumat (5/12) Ini
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

IHSG Cetak Rekor Penutupan Tertinggi, Simak Peluang Investor Jumat (5/12) Ini

IHSG pecahkan rekor penutupan tertinggi di 8.640,2. Intip prediksi IHSG dan rekomendasi saham untuk Jumat (5/12).

Premi Asuransi Kesehatan Tak Bisa Asal Naik
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:29 WIB

Premi Asuransi Kesehatan Tak Bisa Asal Naik

Frekuensi kenaikan tarif alias repricing premi asuransi kesehatan akan dibatasi sebanyak satu kali dalam jangka waktu setahun.

Selektif Pilih Startup, Laba Modal Ventura Makin Tebal
| Jumat, 05 Desember 2025 | 04:15 WIB

Selektif Pilih Startup, Laba Modal Ventura Makin Tebal

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sektor industri ini mengumpulkan laba sebanyak Rp 474,4 miliar, atau tumbuh 38,9% secara tahunan

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan
| Kamis, 04 Desember 2025 | 12:57 WIB

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan

Jika harga ANTM ditarik hingga tiga bulan terakhir maka sudah ada penurunan sebesar 16,38%. Selain itu, ada juga ekspektasi penurunan suku bunga.

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun
| Kamis, 04 Desember 2025 | 10:27 WIB

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun

Di periode ini, ARCI membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk US$ 70,47 juta.

INDEKS BERITA