Yield Obligasi Korporasi Naik, Tren Penerbitan Bakal Menurun

Rabu, 21 Desember 2022 | 04:15 WIB
Yield Obligasi Korporasi Naik, Tren Penerbitan Bakal Menurun
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bunga tinggi mengerek yield atau imbal hasil obligasi korporasi. Kondisi ini membuat penerbit obligasi menahan pendanaan menggunakan surat utang.

Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hendro Utomo bahkan memperkirakan, jumlah penerbitan obligasi korporasi tahun depan akan lebih rendah dari tahun ini. Suku bunga tinggi menyebabkan peningkatan leverage dan risiko keuangan, sehingga memaksa investor meminta premi yang lebih tinggi ketika membeli surat utang korporasi. 

Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi Belum Usai, Simak Instrumen Investasi yang Tepat Tahun Depan

"Faktor tersebut mengakibatkan peningkatan biaya dana yang bisa menghambat penerbitan surat utang korporasi" ujar Hendro, kemarin. Dia mengharapkan, kenaikan premi tidak terlalu agresif, karena pertumbuhan ekonomi mulai bergerak naik di tahun depan. 

Meski begitu, emiten perlu memiliki arus kas masuk yang solid. "Pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi sejatinya bisa menjadi katalis positif bagi penerbitan surat utang korporasi tahun depan, karena kebutuhan investasi tinggi," kata Hendro. 

Tapi, Hendro bilang, kebutuhan refinancing di tahun depan akan jauh lebih rendah dibanding 2022. Ini karena surat utang jatuh tempo di tahun 2023 hanya Rp 126,3 triliun, lebih rendah dibandingkan obligasi jatuh tempo di 2022 sebesar Rp 157 triliun. 

Karena itu, Hendro melihat penerbitan obligasi korporasi tahun depan sedikit lebih rendah jika dibandingkan penerbitan di 2022 yang diproyeksi mencapai Rp 160 triliun. 

Baca Juga: Tren Bunga Tinggi, Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Depan Tak Akan Semarak

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro juga memperkirakan total penerbitan obligasi korporasi bakal menurun di tahun depan. Hitungan dia, potensi penerbitan Rp 120 triliun-Rp 150 triliun. 

Hingga 19 Desember 2022, nilai penerbitan obligasi korporasi telah mencapai Rp 151 triliun. Di tahun depan, Nicodimus memperkirakan, sektor yang berpotensi menerbitkan obligasi korporasi terbesar adalah multifinance dan perbankan. Alasannya, kedua sektor ini mendominasi kebutuhan dana refinancing. 

Imbal hasil obligasi korporasi tahun depan juga dinilai akan naik, seiring dengan kondisi bunga yang tinggi.  Hendro bilang, dengan asumsi yield SUN lima tahun berada di 7,15%, maka kupon obligasi korporasi tenor lima tahun dengan rating AAA akan mencapai 7,73%-8,12%.

Nicodimus juga memperkirakan ada kenaikan yield, khususnya pada semester I-2023. Ini seiring masih adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia. "Biasanya yield obligasi korporasi akan terdorong naik dari yield obligasi negara, namun dengan besaran yang tidak signifikan," kata dia. 

Nicodimus memprediksi semester II-2023 akan menjadi titik balik surat utang korporasi. Syaratnya, tidak ada kenaikan suku bunga lagi.

Baca Juga: Pefindo Masih Pegang Mandat Obligasi Rp 11,16 Triliun Per November 2022

Bagikan

Berita Terbaru

HM Sampoerna (HMSP) Pacu Kinerja Tetap Mengepul
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 04:15 WIB

HM Sampoerna (HMSP) Pacu Kinerja Tetap Mengepul

Volume penjualan HMSP turun sebesar 1,5% menjadi 39,3 miliar batang. Ini merupakan cerminan dari tren downtrading.

Steel Pipe Industry (ISSP) Siapkan Strategi Dongkrak Kinerja
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 04:00 WIB

Steel Pipe Industry (ISSP) Siapkan Strategi Dongkrak Kinerja

ISSP bisa terus menjaga profitabilitas melalui efisiensi biaya dan pengelolaan product mix yang efektif.

Bos INTP Memilih Instrumen Berisiko Rendah dalam Berinvestasi
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 03:45 WIB

Bos INTP Memilih Instrumen Berisiko Rendah dalam Berinvestasi

Bagi Christian Kartawijaya, berinvestasi adalah cara lain bagi dirinya untuk menabung dalam mempersiapkan diri di masa mendatang.

Sistem Pembayaran Era Baru Stablecoin
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 03:30 WIB

Sistem Pembayaran Era Baru Stablecoin

Walau diregulasi baik, stablecoin tetap membawa potensi disrupsi terhadap sistem keuangan tradisional.

Kepala BP Taskin: Pengentasan Kemiskinan Dibangun di Atas Dua Agenda
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 03:15 WIB

Kepala BP Taskin: Pengentasan Kemiskinan Dibangun di Atas Dua Agenda

Simak wawancara khusus KONTAN dengan Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko.

Ada Rojali dan Rohana di Balik Kemiskinan Perkotaan
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 03:00 WIB

Ada Rojali dan Rohana di Balik Kemiskinan Perkotaan

Angka kemiskinan di perkotaan naik, setelah dalam tren penurunan sejak Maret 2023. Persentasenya jadi 6,73%. ​

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 18:11 WIB

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium

Kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) terkerek berkat kehadiran gadget iPhone seri 16 yang masuk ke Indonesia pada April 2025.

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025

Pertumbuhan di semester II-2025 dan tahun depan berpotensi melambat karena adanya proses integrasi jaringan XLS dan relokasi situs.

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:24 WIB

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 1 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.948.000 per gram, harga buyback Rp 1.793.000 per gram.

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:00 WIB

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)

ROTI belum menerima informasi mengenai rencana konkret KKR sehubungan dengan rencana divestasi kepemilikan sahamnya di ROTI.

INDEKS BERITA

Terpopuler