Yield SUN Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Tetap Ramai

Selasa, 14 Mei 2019 | 07:02 WIB
Yield SUN Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Tetap Ramai
[]
Reporter: Danielisa Putriadita, Maizal Walfajri | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal membuat pasar obligasi dalam negeri kocar-kacir. Buktinya, yield surat utang negara (SUN) kembali naik. Namun, para analis memprediksi penerbitan surat utang korporasi di tahun ini tetap mumpuni.

Kemarin, yield SUN tenor 10 tahun kembali ke atas level 8% tepatnya 8,011%. Posisi ini lebih tinggi ketimbang Jumat (10/5). Kala itu, yield SUN seri FR0078 tersebut masih berada di posisi 7,966%.

Di tengah kenaikan yield SUN, korporasi terlihat tetap optimistis dalam menerbitkan surat utang. Padahal kenaikan yield SUN dapat mengerek kupon obligasi korporasi.

Fikri C. Permana, ekonom Pefindo, mengatakan, jika yield obligasi negara naik maka yield obligasi korporasi akan naik lebih tinggi. "Misalnya, jika yield SUN naik 50 basis poin (bps) maka yield surat utang korporasi bisa naik hingga 60–70 bps," kata Fikri, Senin (13/5).

Lebih tingginya yield surat utang korporasi dibanding surat utang negara sering terjadi untuk mengkompensasi faktor risiko yang lebih tinggi di obligasi korporasi. Meski yield sedang dalam tren kenaikan, kebutuhan korporasi untuk mebiayai usaha dan membayar obligasi yang jatuh tempo menjadi alasan utama penerbitan obligasi korporasi di tahun ini akan tetap stabil bertumbuh.

Fikri menambahkan, penerbitan surat utang korporasi bisa saja tertahan bila yield dalam tren naik. Namun, ia memperkirakan di tahun ini penerbitan obligasi korporasi tetap tumbuh dengan kecenderungan stabil, paling tidak menyamai penerbitan di tahun lalu. Mengingat banyaknya obligasi jatuh tempo yang terjadi di 2019 sehingga kebutuhan refinancing cukup besar.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 18 April 2019, jumlah penerbitan surat utang korporasi sudah mencapai Rp 29,61 triliun. Komposisi terbesar masih berupa obligasi korporasi sebesar Rp 25,39 triliun. Dan sisanya merupakan sukuk korporasi, yang nilainya mencapai Rp 4,22 triliun.

Tergantung rupiah

Stabilnya pertumbuhan obligasi di tahun ini juga akan bergantung pada nilai tukar rupiah. Fikri menyebut, jika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih stabil, maka yield SUN dan penerbitan obligasi korporasi juga akan cenderung stabil di tahun ini.

"Tahun ini penerbitan obligasi korporasi bisa lebih baik dari tahun lalu, karena kenaikan yield obligasi negara tidak setinggi seperti di tahun lalu," kata Fikri. Bahkan, kini, imbal hasil investasi obligasi korporasi masih lebih ketimbang obligasi negara.

Namun belakangan, kurs rupiah kembali volatil. Kemarin, rupiah kembali berada di level Rp 14.423 per dollar AS. Hal ini membuat kurs rupiah secara year to date (ytd) melemah 0,23%.

Kondisi ini terjadi karena kembali tingginya tensi perang dagang antara AS dan China. Terlebih, AS mengerek tarif impor produk asal China dari 10% menjadi 25% pada Jumat (10/5).

Langkah ini akhirnya dibalas China dengan memberlakukan tarif impor pada 5.000 produk AS. Besaran tarif impor tersebut berjenjang antara 5% hingga 25%.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, meski yield SUN beranjak naik, penerbitan obligasi korporasi ke depan masih akan tetap ramai. Salah satu sentimen positifnya adalah pertumbuhan ekonomi di tahun ini diperkirakan akan lebih baik dari tahun lalu.

Memang, di kuartal I-2019 lalu pertumbuhan ekonomi masih kurang memuaskan. "Pertumbuhan investasi juga akan membaik di semester II-2019," kata Eric. Di akhir tahun ini, Eric pun optimistis, yield SUN tenor 10 tahun dapat mencapai 7,5%.

Namun, tak dipungkiri, pelaku pasar masih harus mewaspadai prospek pelemahan obligasi jika rupiah melemah ke Rp 14.500. Pasalnya, situasi tersebut bisa melemahkan daya beli masyarakat dan memicu outflow asing. Ini akan berdampak negatif pada kinerja korporasi dan penerbitan obligasi korporasi.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026
| Jumat, 05 Desember 2025 | 15:00 WIB

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026

SMDR tahun ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp 4 triliun ayang dialokasikan untuk menambah kapal baru.

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian
| Jumat, 05 Desember 2025 | 14:00 WIB

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian

Target GTSI adalah juga mencari sumber pendapatan baru agar tidak tergantung dari LNG shipping dan FSRU.

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 12:50 WIB

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis

Pendapatan IMAS sampai dengan September 2025 ditopang dari PT IMG Sejahtera Langgeng senilai Rp 14,79 triliun atau tumbuh 15,46% YoY.

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

INDEKS BERITA

Terpopuler