Yuk, Cari Reksadana Yang Tepat Saat Kondisi Pasar Bergejolak

Jumat, 09 Agustus 2019 | 09:15 WIB
Yuk, Cari Reksadana Yang Tepat Saat Kondisi Pasar Bergejolak
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan Indonesia kembali diliputi ketidakpastian seiring meningkatnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Investor pun perlu cermat dalam memilih produk reksadana di tengah kondisi pasar terkini.

Lihat saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun ke level 6.119,471 pada 6 Agustus lalu. Di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) juga masuk dalam tren naik. Yield SUN acuan 10 tahun sempat mencapai level 7,657% di awal pekan ini.

Baca Juga: Wall Street melaju kencang, saham-saham teknologi diburu

Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management Markam Halim mengatakan, pelemahan di pasar saham jelas akan berdampak negatif bagi reksadana saham dalam waktu dekat. Ini mengingat komposisi efek berupa saham dalam reksadana tersebut minimal 80%.

Belum lagi, mayoritas reksadana saham yang beredar di pasar memiliki aset dasar saham-saham blue chip atau berkapitalisasi jumbo. Dapat dikatakan kinerja reksadana berbanding lurus dengan kondisi IHSG, papar Markam.

Belum lagi, kinerja rata-rata reksadana saham sejauh ini juga belum memuaskan. Infovesta Equity Fund Index, yang menggambarkan kinerja rata-rata reksadana saham, masih terkoreksi 3,13% sejak awal tahun hingga akhir Juli lalu. Ini membuat reksadana saham menjadi reksadana dengan kinerja terburuk dalam tujuh bulan terakhir.

Namun, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto tetap melihat ada peluang untung dari reksadana. Menurut dia, penurunan suku bunga acuan, ditambah pelonggaran likuiditas yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), bisa berdampak positif bagi reksadana saham.

Tetapi, efek sentimen tersebut cenderung lebih lambat dirasakan oleh reksadana saham. Reksadana saham belum sepenuhnya merealisasikan dampak penurunan suku bunga acuan, tegas dia.

Baca Juga: Bank berlomba bikin platform digital wealth management

Rudiyanto menilai, kinerja reksadana saham baru bisa kembali positif bila sentimen negatif global reda. Saat ini, pasar masih tertekan sentimen perang dagang dan potensi currency war.

Sementara itu, kinerja reksadana pendapatan tetap terancam turun seiring tren kenaikan yield SUN. Kamis (8/8), yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,336%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, koreksi yang terjadi di pasar obligasi sejatinya masih bersifat wajar. Pasalnya, koreksi murni terdorong faktor eksternal, yakni peningkatan eskalasi perang dagang AS-China.

Dari sisi fundamental, pasar obligasi domestik masih cukup mumpuni karena BI sudah menurunkan suku bunga acuan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan kembali terjadi di sisa tahun ini.

Dengan demikian, penurunan kinerja reksadana pendapatan tetap kemungkinan hanya sesaat. Harga obligasi masih berpeluang naik dalam waktu dekat, sehingga reksadana pendapatan tetap bisa menjadi opsi bagi investor, jelas Wawan.

Ia memperkirakan, jika BI kembali menurunkan suku bunga acuan sebelum pergantian tahun ini, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap dapat mencapai 10% sepanjang tahun ini.

Market timing

Sementara itu, Markam memaparkan, apabila investor masih memiliki kelebihan dana, maka tren koreksi pasar keuangan saat ini dapat dijadikan momentum untuk melakukan pembelian secara berkala. Investor bisa masuk ke reksadana saham atau pendapatan tetap.

Baca Juga: LPPF gesit berekspansi tapi saham dan labanya konsisten turun, kok bisa?

Di sisi lain, jika investor keberatan dengan risiko volatilitas pasar keuangan terkini, reksadana pasar uang dapat dijadikan pilihan alternatif. Reksadana ini memang dikenal sebagai tempat bagi para investor untuk memindahkan dananya dari instrumen yang lebih berisiko, sembari menunggu momen perbaikan pasar.

Hanya saja, investor juga perlu pintar-pintar dalam memanfaatkan market timing. Sebab, jika investor tidak tahu kapan waktu untuk memindahkan dana dari reksadana saham ke reksadana pasar uang atau sebaliknya, bisa-bisa investor ketinggalan momentum pasar.

Senada, Wawan juga menyebut, reksadana pasar uang cocok sebagai opsi alternatif yang aman bagi investor di kala pasar dipenuhi sentimen negatif. Performa reksadana pasar uang saat ini pun tergolong stabil.

Terbukti, hingga akhir Juli lalu, kinerja rata-rata reksadana pasar uang, seperti tergambar dari pergerakan Infovesta Money Market Fund Index, mencapai 3,05% (ytd). Walau suku bunga acuan turun, imbal hasil reksadana pasar uang masih bisa di atas deposito, sebut Wawan.

Bagikan

Berita Terbaru

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya
| Kamis, 15 Mei 2025 | 12:41 WIB

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya

Manajemen BMAS menyatakan bahwa hingga Mei 2025, proses hukum masih berlangsung di Pengadilan Negeri Surabaya.

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (15 Mei 2025) 1 gram Rp 1.866.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,6% jika menjual hari ini.

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:44 WIB

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini

Sejumlah pabrikan elektronik terpaksa menaikkan harga jual di tengah daya beli masyarakat yang melemah.

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:09 WIB

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See

Secara umum analis menilai saham-saham properti memiliki peluang untuk kembali melanjutkan penguatan.

 Laju Penjualan Mobil Masih Melambat
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:45 WIB

Laju Penjualan Mobil Masih Melambat

Daru data Gaikindo, secara bulanan laju penjualan mobil pada April 2025 baik whole sale dan retail kompak turun

Menakar Potensi Simpanan Emas di Bank Jadi DPK, Menyusul Langkah AS Adopsi Basel III
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:43 WIB

Menakar Potensi Simpanan Emas di Bank Jadi DPK, Menyusul Langkah AS Adopsi Basel III

Bila emas bisa diperhitungkan sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK), bank bisa menarik tambahan DPK dari orang-orang kaya. 

Kinerja PTBA Dihantui Perlambatan Permintaan Ekspor
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:40 WIB

Kinerja PTBA Dihantui Perlambatan Permintaan Ekspor

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi tren perlambatan permintaan ekspor batubara serta tuntutan proyek hilirisasi komoditas tersebut.

Eni Mulai Produksi Gas dari Lapangan Merakes East
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:38 WIB

Eni Mulai Produksi Gas dari Lapangan Merakes East

Merakes East berada pada kedalaman laut sekitar 1.600 meter dan terletak sekitar 10 kilometer di sebelah timur Lapangan Merakes.

Dana Jumbo, GOTO Lanjutkan Buyback
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:32 WIB

Dana Jumbo, GOTO Lanjutkan Buyback

Kali ini, nilai buyback saham yang disiapkan  PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencapai Rp 3,3 triliun.

Temuan Kandungan Minyak 20 Juta Barel di WK Bentu
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:31 WIB

Temuan Kandungan Minyak 20 Juta Barel di WK Bentu

Kandungan minyak ini berasal dari Lapangan Central East Napuh (CEN) Deep South yang terdiri dari dua lapisan reservoir batu pasir di formasi lakat

INDEKS BERITA

Terpopuler