Arab Saudi Mungkin Naikkan Produksi Minyak untuk Imbangi Penurunan Pasokan dari Rusia

Kamis, 02 Juni 2022 | 16:25 WIB
Arab Saudi Mungkin Naikkan Produksi Minyak untuk Imbangi Penurunan Pasokan dari Rusia
[ILUSTRASI. Ilustrasi pompa minyak di Permian Basin, Loving County, Texas, AS. 24 November 2019. REUTERS/Angus Mordant/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - DUBAI/LONDON. Negara-negara anggota OPEC, terutama Arab Saudi, dapat meningkatkan produksi minyak masing-masing untuk mengimbangi penurunan produksi Rusia. Langkah ini dapat mengurangi tekanan lonjakan inflasi global dan membuka jalan bagi kunjungan pemecah kebekuan ke Riyadh oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Dua sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu sedang berupaya menebus penurunan produksi minyak Rusia yang berkisar 1 juta barel per hari (bph). Penurunan itu merupakan akibat langsung sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat atas aksi Moskow menginvasi Ukraina.

Seorang sumber OPEC+ yang mengetahui posisi Rusia mengatakan Moskow dapat menyetujui produsen lain meningkatkan produksi untuk mengkompensasi output Rusia yang lebih rendah. Namun, peningkatan itu tidak harus menutupi semua kekurangan.

"Pada akhirnya, kompensasi dapat disepakati," kata sumber itu, tetapi mengatakan keputusan mungkin tidak akan diambil pada pertemuan OPEC+ hari Kamis. OPEC+ merujuk ke aliansi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para sekutunya, termasuk Rusia.

Baca Juga: Dapat 10 Proposal Strategis, Delapan Menyarankan Toshiba Go Private

Namun sumber OPEC+ dari kawasan Teluk mengatakan keputusan tentang peningkatan kapasitas "sangat mungkin" diambil saat pertemuan tingkat menteri yang dijadwalkan pada Kamis.

Para diplomat AS telah bekerja selama berminggu-minggu untuk mengatur kunjungan pertama Presiden Joe Biden ke Riyadh. Hubungan AS dan Arab Saudi merenggang selama dua tahun terakhir karena ketidaksepakatan AS atas pelaksanaan hak asasi manusia di Arab, perang di Yaman serta pembatasan pasokan senjata dari AS ke kerajaan.

Intelijen AS menuduh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang dikenal sebagai MBS, menyetujui pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018. Tuduhan yang dibantah sang pangeran. Biden sejauh ini menolak untuk berurusan dengan MBS sebagai penguasa de-facto Saudi.

Sebuah sumber yang diberi pengarahan tentang masalah itu mengatakan Washington menginginkan kejelasan tentang rencana produksi minyak oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, sebelum Biden menghadiri pertemuan puncak dengan para pemimpin di Teluk Arab, termasuk MBS, di Riyadh. 

"Perjalanan Biden yang akan datang dapat memberikan tekanan pada produsen OPEC Teluk untuk meningkatkan produksi," kata sumber Teluk, yang juga menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.

Dihadapkan dengan peringkat persetujuan yang rendah sebelum pemilihan paruh waktu AS di tengah melonjaknya harga bensin, Biden telah menekan Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak. Sumber di kedua belah pihak mengatakan MbS telah menolak untuk bertindak sampai Biden siap untuk berurusan langsung dengannya.

Para menteri OPEC+ mengadakan pembicaraan online pada hari Kamis ketika mereka secara luas diperkirakan akan tetap berpegang pada rencana yang ada untuk peningkatan bulanan reguler sebesar 432.000 barel per hari, mencerminkan pertemuan sebelumnya ketika mereka telah menolak seruan untuk kenaikan produksi yang lebih besar.

Tetapi sanksi Barat dapat mengurangi produksi dari Rusia, pengekspor minyak terbesar kedua di dunia, sebanyak 2 juta hingga 3 juta barel per hari, menurut berbagai perkiraan industri.

Baca Juga: Bangun Penyedia Navigasi untuk Mobil Otonom, Geely Luncurkan Sembilan Satelit

Rusia sudah memproduksi di bawah target OPEC+ sebesar 10,44 juta barel per hari pada April dengan produksi berjalan sekitar 9,3 juta barel per hari.

OPEC+ setuju untuk memangkas produksi dengan jumlah rekor pada tahun 2020 ketika pandemi memukul permintaan. Kelompok ini secara bertahap mengakhiri kesepakatan itu, yang akan berakhir pada bulan September. Pada saat itu kelompok akan memiliki kapasitas cadangan yang terbatas untuk meningkatkan produksi lebih lanjut.

Arab Saudi sekarang memproduksi 10,5 juta barel per hari dan jarang menguji tingkat produksi berkelanjutan di atas 11 juta barel per hari.

Di samping sesama negara Teluk, UEA, OPEC diperkirakan memiliki kapasitas cadangan kurang dari 2 juta barel per hari.

"Tidak banyak cadangan minyak di pasar untuk menggantikan potensi kehilangan barel dari Rusia," kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di bank SEB.

Bagikan

Berita Terbaru

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:57 WIB

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani memamerkan sejumlah upaya pemerintah untuk menciptakan iklim bisnis di sektor energi terbarukan

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:52 WIB

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN

Lebih dari 5.000 orang telah menandatangani petisi online yang telah dibuat sejak 19 November 2024 tersebut

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:45 WIB

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru

Pemerintah memastikan bahwa Tol Trans Jawa siap dilintasi saat libur Natal dan 2024 dan Tahun Baru 2025

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:39 WIB

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang

Pemerintah akan menggelontorkan pupuk subsidi sebanyak lebih dari 9 juta ton secara langsung kepada petani

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:30 WIB

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) melambat pada Oktober 2024

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri
| Sabtu, 23 November 2024 | 10:38 WIB

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri

PT Bumi Citra Permai Tbk bersiap menggenjot bisnis dengan menyediakan lebih banyak kaveling industri dan pergudangan. 

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

INDEKS BERITA

Terpopuler